I Love You still die

78.2K 932 49
                                    

Nathan POV

Inggris 2015

Rasanya sudah hampir 1 tahun aku berpisah dengan Bree. Orang yang paling kusayangi di dunia ini setelah ibuku.

Setelah hari pernikahanku waktu itu Bree tiba tiba saja menghilang tanpa memberi kabar. Dan esoknya dia sms bahwa dapat pekerjaan di California selesainya skripsi dan berkata maaf tidak bisa mengantarkanku dan kakaknya pergi honeymoon.

Kakak? Iya, istriku adalah kakaknya Bree, kakak dari orang yang paling kusayangi.

Aku menatap wajah Dify yang telah tertidur lelap di ranjang kami.

Ketika memandangnya, wajahnya mengingatkanku akan Bree.

Bree ...

Dia adalah sahabat baikku, sahabat yang lebih dari sahabat. Apakah itu? Setelah dia memutuskan tinggal di California demi pekerjaannya di sana, rasanya sekarang hatiku sangat hampa.

Ketika dulu dia masih disini di jam jam seperti ini kami masih belum tidur karena dia akan terus merengek padaku minta diputarkan drama korea. Lalu dia akan tertawa sambil menguncang guncangkan tubuhku dan tiba tiba saja menangis sesenggukan didadaku hanya karena sebuah drama. Dan itulah Bree.

Sekarang aku telah bekerja di perusahaan papa sebagai wakil direktur. Andai Bree masih disini dia pasti akan menyiapkan bekal makan siang untukku saat aku akan berangkat bekerja. Karena dari dulu, dia selalu membawakanku bekal ketika kita masih sekolah.

"Nathan aku tuh benci banget sama badan kamu yang krempeng gini kayak kripik. Emangnya mama sama papa kamu nggak beri kamu uang jajan" omelnya sambil meneliti badanku dari atas ke bawah.

"Pantesan aja nggak ada yang mau sama kamu, orang badan cuman tinggal tulang sama kulit doang"

"Pokoknya besok pagi pagi jemput aku, aku bakalan nyiapin bekal buat kamu biar kamu itu berisi."

"Aku kan suka cowok berotot" cicitnya pelan yang masih terdengar telingaku.

Waktu itu demi Bree aku mulai pergi ke gym. Berusaha keras bikin tubuh aku berisi dan berotot seperti keinginannya.

Aku juga mulai makan makanan sehat banyak. Dan alhasil tubuhku menjadi proporsional.

Ketika Bree tahu tubuhku mulai berubah keren dia dengan senangnya berkata

"Emang ya , bekalku tuh emang bawa berkah. Berkat bekalku sekarang tubuh kamu udah kece kayak gini. Pokoknya aku bakalan kasih kamu bekal terus sampe' aku tua, sampe' tangan aku udah nggak bisa bergerak lagi buat masak"

Dan dengan keceriaannya itu aku juga ikut senang karenanya.

Mengingatnya membuatku selalu sakit.

Aku menatap wajah pulas Dify
"Maafin aku Dif, aku suami kamu tapi pikiran aku malah ke adek kamu" aku menatapnya sendu.

Aku mengelus perut buncitnya
"Ayah sayang adek" bisikku lembut.
"Maafin ayah ya jagoan"

***

Hari ini kami mau ke rumah orangtua nya Dify yang juga orangtua nya Bree.

Saat kami masuk ke dalam rumahnya betapa kagetnya aku waaktu melihat Bree duduk di sofa bersama ibu dan ayahnya.

Rasa rindu tiba tiba membuncah dihatiku. Ingin sekali memeluk dirinya. Tubuhku masih diam mematung disini jika bukan karena Dify mengajakku duduk di sofa.

"Pagi ma! Pagi pa! Hay Bree" sapa dify pada semua orang.

Bree hanya mengangguk. Dia mengucapkan salam juga pada kami lalu pergi ke kamarnya.

Suami KakakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang