2 - Masa Lalu

74 4 2
                                    

Ia tersenyum ketika Pak Hadi yang tidak lain adalah adik dari ayahnya memperkenalkan dirinya dihadapan semua calon karyawan barunya.

Namun matanya seketika terpaku pada seorang wanita cantik berjilbab di sudut ruangan dekat meja makanan dan minuman yang disediakan di acara tersebut.

Mata itu, mata wanita yang ia benci sekaligus ia rindukan selama bertahun-tahun ini. Mata teduh yang ketika pertama kali ia melihatnya kembali selalu membuatnya ingin mencium kedua kelopak mata itu dan merengkuh tubuh wanita tersebut dalam pelukannya.

Tubuhnya menegang ketika melihat kedua mata teduh itu mengeluarkan buliran-buliran air.

"Baiklah teman-teman, perkenalkan inilah calon pimcab baru kalian. Faishal Febriady Triatomo. Dia adalah keponakan saya yang akan menggantikan saya nantinya." Pak Hadi memecah pandangannya sesaat. Tapi ketika ia menoleh lagi ke tempat itu ia tak menemukan wanita tadi.

"Fai.. Faishal!" Faishal terkejut ketika omnya itu memanggil namanya dengan sedikit keras.

"Ayo perkenalkan dirimu." Faishal menganggukkan kepalanya mengiyakan permintaan omnya.

Setelah selesai memperkenalkan dirinya, Faishal meminta ijin pada omnya untuk berkeliling sebentar.

Faishal keluar dari ruangan tempat acara digelar dan berkeliling mencari wanita tadi. Cinta pertamanya sekaligus mantan pacarnya ketika SMA. Yang tidak lain adalah Syahila Rahma Juniar.

Setelah berkeliling kesana kemari mencari Syila disetiap sudut. Akhirnya Faishal menemukannya sedang duduk menangis di bangku taman belakang hotel tersebut.

Syila terlihat terkejut ketika menjumpai Faishal telah berdiri tegap dihadapannya.

Ia menoleh ke arah lain, buru-buru menghapus air matanya yang tidak mau berhenti sejak melihat laki-laki dihadapannya ini ketika di dalam ruangan tadi.

"Hai, lama tak jumpa. Bagaimana kabarmu?" Faishal memulai pembicaraan sambil tersenyum sinis pada wanita dihadapannya kini.

"Ternyata kamu kerja disini juga. Aku nggak nyangka kita bakal ketemu lagi disini setelah sekian lamanya." Faishal memasukkan tangannya kedalam saku dan membalikkan tubuhnya membelakangi Syila yang masih diam tak menjawab pertanyaannya tadi.

"Maaf..." Tenggorokannya terasa tercekat. Hanya kata itulah yang mampu terucap dari bibir pinknya.

Faishal membalikkan tubuhnya sambil masih tersenyum sinis, memandang remeh wanita dihadapannya ini.

"Kamu berubah sekarang. Apa ini termasuk kedokmu untuk menutupi masa lalumu yang buruk itu hmm?." Faishal menaikan sebelah alisnya sambil menyedekapkan tangan di depan dadanya.

Syila terkejut mendengar kata-kata yang baru saja Faishal katakan padanya. "Apa maksudmu?."

"Nggak usah pura-pura bodoh, kamu tau apa yang aku maksud. Sudah berapa laki-laki yang sudah kamu rayu sampai saat ini, heh?."

Syila menyipitkan matanya, napasnya memburu, gigi bergemelutuk mendengar perkataan Faishal. Matanya mulai berkabut.

Perlahan namun pasti air matanya pun mulai merebak membasahi pipinya. Faishal tertegun melihat pemandangan didepannya kini.

Sebenarnya ia sama sekali tak bermaksud membuat tangis wanita cantik itu, namun kini mulutnya sama sekali tidak sejalan dengan hati dan pikirannya.

Benci yang sejak sebelas tahun lalu tertanam di benaknya itu membuatnya mengeluarkan kata-kata kejamnya barusan.

Sebisa mungkin Syila menahan emosinya, tapi air mata ini sama sekali tak mampu ia tahan.

Faishal kembali mengingat hal yang membuatnya begitu membenci wanita dihadapannya kini.

That's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang