3 - Keinginan ibu

82 7 1
                                    

Syila beranjak pergi meninggalkan hotel. Ia tak perduli lagi dengan apa yang akan dipikirkan Faishal terhadapnya. Dia benar-benar sakit hati karna kata-kata Faishal tadi.

Syila segera menyetop taksi yang lewat didepannya. Air matanya masih terus membanjiri wajah cantiknya. Pak supir yang tak tega melihatnya menangis pun mengambil tissue yang ada di dashboard dan menawarkannya pada Syila.

Syila mengucapkan terimakasih dan menyebutkan alamat yang ditujunya. Ia ingin pulang. Kosan adalah tempat satu-satunya ia dapat meluapkan tangisnya tanpa perlu banyak orang yang melihat.

Sesampainya di kosan Syila segera mengunci pintu dan berbaring di kamarnya tanpa membersihkan riasan dan mengganti gaun dengan pakaian tidurnya. Ia terlalu lelah untuk itu semua.

Otaknya masih tak berhenti memikirkan penyebab Faishal berlaku begitu padanya.

Dulu, ia juga bingung setelah ia mengantar Kak Rino ke rumah sakit untuk menjenguk Kak Syana, Syila baru ingat jika ia punya janji dengan Faishal namun ketika ia kembali ternyata Faishal tak juga datang.

Seminggu setelahnya Faishal tak pernah datang ke sekolah. Setiap di hubungi pun Faishal tak pernah menjawab atau balas menghubunginya.

Akhirnya Syila memutuskan menanyakan keberadaan Faishal pada Zaki yang merupakan sahabat dekat Faishal. Zaki hanya menjawab bahwa Faishal pergi ke tempat Opanya yang berada di sebuah desa di negeri Paman Sam. Syila curiga Zaki seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Namun ia tak banyak bersuara hanya memilih diam dan pergi meninggalkan Zaki.

Zaki yang sebenarnya kasihan melihat pacar sahabatnya itu yang terlihat murung beberapa hari setelah kepergian Faishal. Tapi ia sudah berjanji pada Faishal bahwa ia takkan menceritakan yang sesungguhnya pada Syila.

---

Mentari kembali menyapa setiap manusia di minggu pagi yang cerah ini. Syila mengerinyitkan alisnya karna cahaya matahari yang mengganggu tidurnya.

Matanya terbuka. Syila baru tersadar jika ia ternyata belum membersihkan diri sejak tadi malam. Ia bergegas pergi ke kamar mandi setelahnya.

Sekeluarnya dari kamar mandi, Syila mengambil hp dan menyalakannya. Ada tujuh panggilan tak terjawab dan tiga pesan masuk, dimana sebagian besar isinya dari Dara yang khawatir mencarinya tadi malam.

"Bodoh, kenapa aku bisa lupa sama Dara!" Syila menepuk dahinya dan segera membalas 2 pesan masuk dari Dara.

Setelah membalas pesan Dara , ia membaca pesan masuk dari ayahnya yang menanyakan kabarnya dan kapan ia akan pulang ke Surabaya.

Dengan segera Syila menekan tombol calling, menelpon lelaki nomor satu bagi hidupnya itu.

"Assalamu'alaikum, yah."

"Wa'alaikumsalam. Apa kabar, kak? Ayah kangen sekali padamu, sayang. Kapan kakak pulang?"

"Ayah satu-satu dong nanyanya." Syila memanyunkan wajahnya lucu. Ayah terkekeh dan meminta maaf mendengar gerutuan Syila barusan.

"Alhamdulillah Syila baik-baik aja disini, yah. Ayah sehatkan?"

"Ayah tidak sedang baik-baik saja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

That's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang