Part 1

2.6K 141 3
                                    

Aku terus merundukan kepala. Entahlah pandanganku tak bisa berfokus pada apapun, bahkan aku tak bisa berfikir apa-apa lagi. Rasanya kemarahan memuncak pada diriku namun aku berusaha menahannya. Laki-laki yang duduk di hadapanku juga bergeming sama sekali.

"Mark, ayolah sapa calon istrimu" wanita paruh baya itu menyenggol pelan bahu laki-laki bernama Mark yang duduk berhadapan denganku. Laki-laki pendiam yang terlihat tak tertarik dengan pertemuan ini sama sekali.

"Eunji, tidak sopan terus menunduk seperti itu" Ibuku mulai berkicau layaknya tak ada sesuatu yang terjadi di antara aku dan ibuku itu.

Aku menarik nafas panjang dan kemudian mengangkat kepalaku sambil berusaha tersenyum manis pada wanita paruh baya yang berada di sebelah laki-laki itu. Ingat! Aku tersenyum hanya pada wanita itu, bukan pada laki-laki disebelahnya. Aku juga tidak
mau keluargaku di cap sebagai keluarga yang tidak punya sopan santun.

"Seunyum-mu manis sekali, Eunji. Tidak kah kau melihat itu,Mark?" puji wanita itu yang aku sebut sebagai Mrs.Tuan. Aku tak mengenalnya sama sekali bahkan ini adalah pertemuan kami yang pertama kalinya , tapi dari caranya berbicara rasanya ia sudah mengenal keluargaku seperti bagian dari keluarganya.
Sekilas aku menatap laki-laki itu, wajahnya tak merespon apa-apa. Aku rasa ia mempunyai perasaan yang sama denganku, tidak menyetujui dengan semua yang di rencanakan kekuarga kami, namun aku bukan orang bodoh yang akan bertingkah tidak sopan seperti itu di hadapan orang lain.

***

"Sudah aku bilang aku tidak setuju dengan rencana perjodohan itu."

Aku melemparkan tas tanganku ke arah sofa dan kemudian menghempaskan tubuhku
juga disana.

"Apa kau tidak lihat di surat wasiat kakek? Dia meminta salah satu dari keturunannya untuk menikah dengan keturunan Keluarga Tuan. Lalu siapa yang bisa menuruti keinginan kakek itu selain kau? Cucu keluarga Tuan hanya tersisa laki-laki dan Cucu perempuan di keluarga ini hanya Kau. Lagi pula kau dan Mark memiliki umur yang sama, apa yang harus di permasalahkan lagi?"

Ibuku bertutur panjang lebar. Aku bahkan tidak percaya bahwa ini semua akan terjadi kepadaku. Masa mudaku yang indah akan segera lenyap karena permintaan aneh mendiang kakek-ku.

"Kakek kan sudah meninggal, bagaimana kalau kita lupakan saja soal permintaan kakek itu?" tanyaku-ku dengan pemikiran yang sangat singkat dan kini ibu malah menatapku dengan tatapan seperti seekor gorila mengamuk karena makanannya di curi olehku.
"Jangan berkata seperti itu. Kakek-mu dan Kakek Mark sudah menjalin persahabatan sejak kecil, mereka tak ingin menghilangkan kekerabatan bahkan sampai keduanya meninggal, itu sebabnya kau dan Mark akan segera menikah."

"Kenapa aku?" Tanyaku lagi walau aku tahu jawabannya pasti sama.

"Karena memang hanya kau yang bisa memenuhi permintaan itu" Jawab ibuku enteng.

"Apa ibu tak tahu aku memiliki kekasih? Bagaimana dengan kekasihku nanti?" tanyaku sambil mencari-cari alasan untuk menghentikan perjodohan ini.

"Akhiri saja hubunganmu. Kau sudah memiliki Mark dengan wajah tampan yang akan menjadi suamimu"

Sungguh menyebalkan. Segampang itukah ibuku berbicara? Semudah itukah aku
menjalin hubungan dengan Mark Tuan yang sangat terlihat angkuh itu?

***

'Flower Palace'

"Terimakasih sudah berkunjung ke Flower Palace" Aku menundukan tubuhku dengan sopan kepada setiap pengunjung yang datang ke toko Bunga milik keluargaku.
Usaha kecil yang di turunkan oleh mendiang nenek-ku semasa mudanya itu kini menjadi sebuah toko Bunga yang Banyak di kenal orang, bahkan kami kini memikili kebun bunga yang cukup luas. Aku bekerja setiap hari disini, menggantikan ibuku yang dulunya menangani toko ini.

Purple Rose (2016)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang