Part 2

1.9K 142 16
                                    

Hari yang di tunggu-tunggu semua orang akhirnya tiba. Nuansa putih yang bertabur bunga memamg banar-benar membuat siapa saja tersenyum bahagia. Termasuk aku yang berdiri di tengah-tengah aula besar yang berisikan keluarga serta teman-teman terdekatku dan juga Mark.

Hari yang tak pernah terbayangkan olehku dimana aku mengenakan gaun pengantin yang benar-benar terlihat cantik. Ibu dan calon Ibu mertuaku tak pernah berhenti memuji-ku saat mengenakan gaun ini.

Bahagia? Tentu saja! Siapa yang tak bahagia saat menjalani pernikahan. Namun tiba-tiba aku teringat akan perjanjian-ku dan Mark. Apa kebahagiaan ini hanya sebatas sandiwara di mata Mark? Laki-laki itulah yang pertama kali merancang rencana pernikahan kami agar berjalan sesuai ketentuan dari keluarga kami. Pernikahan tanpa dasar cinta.

Tiba-tiba saja dada-ku terasa sakit. Pikiran itu serasa menusukku. Tidak kah menyakitkan ketika aku tahu bahwa kebahagiaan ini adalah sebuah sandiwara antara aku dan Mark?

Aku menggenggam tangan Mark dengan kuat saat kami bersama-sama mengucapkan janji suci pernikahan. Mark menatapku dengan seulas senyum. Tentu saja senyum itu benar-benar membuatku kehabisa nafas.

Semua ini benar-benar terasa nyata namun tak terbayangkan sama sekali olehku. Mark menggenggam tanganku dan menyisipkan sebuah cincin berkliau di jari manisku-Ia kembali tersenyum kepadaku.

Senyum Mark membuat rasa sakit di dadaku hilang dan Aku tak bisa menahan senyum bahagiaku. Sudahlah, aku tak ingin memikirkan tentang sandiwara ataupun perjanjian yang aku buat dengan Mark. Aku telah menjadi pengantin yang sangat bahagia saat ini.

Aku menyisipkan sebuah cincin dengan model serupa di jari manis Mark.

"Silahkan kedua mempelai saling berciuman sebagai suami istri"

Jantungku berdetak kencang menatap wajah itu. Jemari Mark menyentuh kulit wajahku dan entah mengapa hal itu justru menciptakan gejolak aneh dalam diriku. Aku mulai tersipu dan tersenyum menatapnya.

"Aku baru saja menyadari bahwa aku mengagumi mata-mu ketika kau tersenyum, Eunji"

Oh Mark, aku mohon jangan membuatku lumpuh di hadapan banyak orang....

Dan bibir Mark perlahan menyentuh bibirku. Bibir yang hangat yang menciumku dengan lembut. Aku menyambutnya dengan senyuman disela-sela ciuman kami dan melingkarkan kedua tanganku di leher Mark. Suara riuh tepuk tangan terdengar dan itu membuat kebahagiaanku tersmenerus meningkat.

Entahlah, ini adalah hal yang sangat membuatku bahagia. Menikah dengan Mark tidak seburuk yang aku bayangkan. Tapi apa Mark juga merasakan bahagia seperti yang aku rasakan?

***
"Yeay! Selamat untukmu, Eunji !! Aku tidak menyangka kau akan menikah secepat ini !!" Ucap Naeun. Kini Chorong dan Naeun memelukku dengan erat, mereka teman kuliahku.

"Darimana kau mendapat suami setampan itu, uh? Menyebalkan sekali!! Jika ada temannya yang juga tampan, kau harus mengenalkannya denganku!" Chorong mulai bergumam.

Aku terkekeh sambil menatapnya "ya! Kakekku yang memilihnya untuk menikah denganku. Bilang saja pada Mark sendiri jika ingin di kenalkan pada teman-temannya," Aku melirik ke arah Mark yang sedang berbicara dengan teman-temannya dengan gembira. Mark menoleh kearahku dan mata kami bertemu-ia tersenyum kepadaku.

"Tidak kah kau lihat bagaimana ia tersenyum padamu? Aku rasa walau kau dijodohkan, ia sudah mempunyai perasaan yang berbeda terhadapmu" Suara Chorong terdengar sangat antusias.

"Tidak mungkin secepat itu" dan aku hanya tersenyum tipis.

Chorong dan Naeun berpamitan pulang dan Kerumunan laki-laki yang mengerubungi Mark sudah menghilang, kini Mark berjalan ke arah ku.

Purple Rose (2016)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang