chapter 1

100 7 0
                                    

#Mia POV#

Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah dengan berstatus sebagai pacar dari Niall Horan. Aku tak habis pikir dengannya, mengapa Ia meminta aku menjadi pacarnya? Sedangkan banyak cewek cantik yang akan menggantikan posisiku dengan senang hati (sebagai pacar Niall tentunya, bukan sebagai kutu buku). Aku sedang menunggu Niall di gerbang pintu sekolah. Sebenarnya aku malas untuk menunggunya disini karena sepertinya semua orang yang melewatiku selalu melirik dan melihat padaku, tetapi apa boleh buat, aku diminta olehnya.

Saat itu aku sedang duduk menyendiri di perpustakan. Tiba-tiba ada yang datang mendekatiku.

"Hei" sapanya

"Hai" aku pun kembali pada buku yang kubaca

"Nama kamu Mia ya?" Tanya orang itu.

"Iya, kamu siapa?" Aku masih belum mau mengangkat kepalaku dari buku yang sedang kubaca.

"Kenalin aku Niall Horan"

"Hei, udah siap masuk kelas?" Tanya sebuah suara yang menyadarkanku dari lamunanku.

"Iya, barusan dateng?" Tanyaku. Ternyata suara itu Niall

"Lumayan sih"

"Kenapa gak nyadarin aku dari tadi?"

"Karena kamu lucu kalau lagi ngelamun"
Pipiku memerah mendengarnya.

"Lucu darimana?, udah ah ayo masuk nanti telat"

"Iya princess"

Aku menariknya masuk, tetapi tanganku yang menggenggam tangannya langsung aku lepas, karena aku melihat tatapan tidak suka dari cewek-cewek yang melihat kami.

Tetapi Ia yang malah menggenggam tanganku. Aku semakin mengeratkan genggammanku pada Niall karena cewek-cewek semakin menatapku dengan benci.

Aku semakin takut, maka sekarang giliran aku yang menarik Niall menuju kelas kami masing-masing (aku dan Niall tidak satu kelas).

Aku tetap berpikir selama perjalanan menuju kelas, mengapa Ia mau menjadi pacarku? Padahal aku hanya seorang kutu buku?.

"Sudahlah, aku tau kau masih tak percaya padaku, tapi aku pasti bisa membuat kau percaya padaku" katanya yang sepertinya bisa membaca pikiranku.

Sebenarnya aku takut. Aku takut karena Ia satu-satunya orang yang hampir bisa meruntuhkan dinding yang kubuat susah payah untuk melindungiku dari dunia luar.

Tapi Ia disini, dan hanya dengan senyummannya, Ia bisa membuat aku merasa seperti dicintai dan I'm the only one.

Tapi aku tak bisa memberikan hatiku padanya. Aku takut Ia akan meninggalkanku dengan gadis lain dan aku hanya bisa menangis. Setelah sampai di tempat duduk di kelas, aku kembali pada lamunanku.

Ini adalah hari ketiga Niall datang ke perpustakaan. Sebenarnya aku tak peduli. Tapi setiap kali Ia datang ke perpustakaan, Ia selalu menyapaku dan menggangguku dari kegiatan yang paling kusukai, membaca. Kenapa Ia tidak pergi ke lapangan basket saja? Lagipula Ia kapten tim basket seharusnya Ia mengatur teman-temannya untuk latihan atau apalah itu, aku tak peduli.

"Hei" sapanya setelah 1 minggu dan selama itu Ia terus menggangguku

"Sebenarnya apa maumu Horan?" Tanyaku padanya. Aku sudah mulai kesal, karena aku ingin sekali berkonsentasi pada buku ini, dan Ia merusaknya.

"Tak usah judes begitu, apa malam minggu ini kau bebas?"

"Iya, memangnya kenapa?"

"Apa kau mau pergi denganku?"

Bel sekolah menyadarkanku dari lamunanku. Aku membersihkan mejaku dan mulai berjalan ke luar kelas. Sepertinya ini pertama kalinya aku tidak memperhatikan pelajaran.

Di depan kelasku berdiri seorang yang tidak kuduga, Niall. Aku tau kalau sekarang aku adalah pacarnya, tapi aku tak menyangka Ia mau menungguku.

"Hei, mau ke kantin?" Tanyanya dan menggandeng tanganku

"Yap" kami pun mulai berjalan menuju kantin.

Tetapi setelah memasuki area kantin, aku berpikir menghabiskan waktu istirahat di kantin adalah ide yang buruk. Karena semua mata di kantin ini seperti memandangku dan aku tak terbiasa dipandangi banyak orang. Niall pun sepertinya menyadari itu dan menggenggam tanganku lebih erat.

"Tak apa, kau bersamaku dan aku tak akan membiarkan seorang pun menyakitimu" Ia berbisik di telingaku.

Wow. Aku kagum dengan kemampuannya meruntuhkan segala dindingku. Aku hampir saja mempercayai kata-katanya. Tapi aku tau aku tak bisa memberikan hatiku padanya. Aku pun hanya bisa mengangguk dan memberikan senyum tulusku padanya. Ia juga membalasnya dengan tersenyum padaku.

FakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang