PENYESALAN

6.1K 95 3
                                    

Penyesalan memang selalu datang terlambat pada kehidupan kita, dan penyesalan terkadang hanya memberi duka yang mendalam pada kita disaat mengenang kembali sejarah silam yang menjadi penyebab penyesalan itu muncul. Demikan juga yang aku alami saat ini.

Duka yang teramat mendalam itu kini masih mendera dalam lubuk hatiku yang paling dalam, saat menyadari bahwa saat ini aku tengah kembali menyendiri, setelah setahun silam orang yang sangat mengasihi aku, orang yang sangat peduli padaku telah dipanggil oleh Allah.

Aku adalah seorang lelaki yang telah membina mahligai rumah tangga bersama seorang wanita sholehah sejak tahun 2004 silam. Kuakui, memang pernikahan itu terjadi karena perjodohan yang diinginkan oleh orang tua kami masing-masing. Orang tuaku dan orang tua Maryam masih memiliki ikatan keluarga meskipun ikatan itu tidak terlalu dekat, akan tetapi masa kecil mereka hingga dewasa dan menikahnya hampir selalu bersama (Ayahku dan ayahnya Maryam berteman sejak kecil) sehingga kesepakatan untuk menjodohkan kami selaku anak-anaknya tak bisa dielakkan lagi.

Jujur aku sendiri awalnya tidak begitu respek dengan perjodohan itu. Bagaimana tidak, pertama usiaku lebih muda empat tahun dari Maryam. Saat menikah, usia Maryam memasuki 28 tahun sementara aku masih berusia 24 tahun. Yang kedua Maryam memiliki latar belakang pemahaman agama yang sangat kuat, sementara aku mengenal islam hanya dari kulitnya saja (Islam KTP).

Maka dari perbedaan itulah membuat aku jadi tidak respek dengan rencana perjodohan itu. Sementara pernah kudengar dari beberapa teman kampusku yang mengenal organisasi dimana Maryam bernaung, katanya hampir semua bahkan mungkin semua wanita seperti Maryam yang taat dalam memegang syariat islam serta menggunakan jilbab syar'i memiliki impian bisa menikah dengan lelaki yang memiliki ketaatan yang sama seperti mereka, lelaki sholeh, berjenggot dengan celana diatas mata kaki.

Dan aku sendiri yakin saat perjodohan itu direncanakan, ada sejuta protes dihati Maryam menyadari bahwa lelaki seperti akulah yang dijodohkan dengannya. Tetapi kondisi membuatnya tidak sanggup untuk melawan keinginan orang tuanya, apalagi aku juga sangat mengenal watak orang tua maryam yang keras.

Begitulah...tak pernah terlintas dalam benak kami berdua bahwa justru berbagai perbedaan itu menyatukan kami berdua dalam sebuah ikatan pernikahan yang suci. Setuju atau tidak, ikhlas atau tidak akhirnya tahun 2004 itulah awal kebersamaan kami menjalani biduk rumah tangga.

Usai pernikahan tersebut dilaksanakan, terasa ada banyak hal yang lain kurasakan, betapa tidak, aku lelaki yang tidak memiliki bekal pengetahuan agama lantas harus menikah dengan seorang gadis muslimah yang taat dan berjilbab lebar.

Banyak hal berkecamuk dalam benakku, haruskah aku hidup dalam bayang-bayang istriku dan turut ikut arus dengan kehidupannya yang kental dengan agama itu atau sebaliknya haruskah aku memaksanya untuk ikut arus dengan kehidupanku yang santai dan apa adanya?

Fikiran-fikiran itulah yang muncul dalam benakku diawal pernikahan kami, dan aku sendiri bingung mau dibawa kemana biduk rumah tangga kami yang dibangun dengan banyak perbedaan ini.

Jujur, sebenarnya aku melihat dan menyaksikan sendiri bahwa istriku adalah istri yang sangat baik, melayaniku sepenuh hati dalam segala hal, meskipun aku tahu mungkin tidak ada cinta dihatinya untukku, tetapi tak sedikitpun kata-kata protes keluar dari bibirnya.

Setiap hari aktifitas ibadahnyapun masih terus berlangsung tanpa sedikitpun mengusik ketenanganku. Tak sedikitpun dia mengoceh memintaku untuk sholat bila tiba waktu sholat, semuanya berlalu begitu saja. Demikian pula aku sering mendapatinya selalu eksis mendirikan sholat malam dan akupun tak pernah memprotesnya.

*****

Waktu terus berlalu dan tanpa terasa pernikahan kami telah membuahkan hasil, dimana setahun setelahnya lahirlah bayi mungil hasil pernikahan kami. Bayi laki-laki yang akhirnya kuberi nama Frans, meskipun ibunya cenderung memanggilnya Ahmad. Lucu memang, bila bayi itu berada ditanganku, maka aku memanggil dia dengan sebutan Frans --biar keren dan ikut perkembangan jaman-- sementara bila sikecil mungil itu berada dalam buaian Maryam, maka namanya berubah menjadi Ahmad.

Kumpulan Kisah Inspiratif GoogleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang