Aku masih sibuk memoles wajahku di depan cermin. Dengan make-up yang tipis, agar memberi kesan riasanku terlihat senatural mungkin. Selanjutnya memberi sentuhan terakhir, ku bubuhkan lipstik merah menyala di atas bibirku. And there it is. Sempurna.
Ku biarkan rambutku tergerai jatuh sampai di bawah pundakku, dan ku beri sedikit efek gelombang di ujungnya agar tak terlihat begitu kaku. Namun sebelum aku beranjak untuk mengambil gaunku yang sudah ku siapkan di dalam closet, Harry keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melilit di pinggangnya. Bahkan tubuhnya masih basah.
"Apa yang membuatmu begitu lama?" tanyaku seraya membuka pintu closetku, kemudian ku ambil dress merah panjangku.
"Sedikit mencukur kumisku" katanya sembari berjalan ke arahku.
Aku terkekeh menanggapinya, "Bahkan kau tak memiliki kumis?" kataku dengan nada meremehkan, membuat Harry ikut terkekeh.
Aku berbalik badan memunggunginya dan melepas handuk kimono yang ku kenakan di atas ranjang besar di sampingku, kemudian aku membenahkan dress merah panjangku yang selanjutnya ku pakai.
"Bisakah kau menutup zipper nya?" pintaku menoleh ke arah Harry yang sedari tadi sudah memperhatikanku dengan lekat selama beberapa detik yang lalu. Lantas ia berjalan menghampiriku dan mulai menyentuh zipper gaun di belakang punggungku.
Tapi bukannya ia menarik zipper nya, malah melingkarkan kedua tangannya di pinggangku dan mendaratkan ciumannya di leherku, kemudian naik di pipi kiriku. Dibalikkannya tubuhku menghadapnya dan dengan cepat ia mendaratkan ciumannya di atas bibirku.
"Let's take this moment" katanya di tengah ciuman kami, suaranya hampir seperti berbisik. Tangannya kini merengkuh leherku dan semakin memperdalam ciumannya.
Aku mendorong dadanya untuk menjauh dariku dan melepaskan bibirku darinya, "Kau membuat lipstikku berantakan" kataku berhasil membuatnya terkekeh.
"Hanya sedikit, tak masalah" katanya hendak mencium bibirku lagi.
Tapi aku segera menahan dadanya dan menggelengkan kepalaku, "No, not now. Simpan itu untuk nanti, Harry" kataku dengan menaikkan alisku.
"-kita harus sampai di rumahmu sebelum semua tamu datang" lanjutku.
Ia menghela nafas panjang dan mengerutkan bibirnya, aku terkekeh melihat lipstikku yang berhasil menempel di bibirnya, "Cepat bersiaplah!" pintaku.
"But i want you now, Kanya" katanya menyeringai. Aku tak menghiraukannya dan kembali membuka closetku untuk mengambil setelan jas dan celana putih milik Harry.
"No, tidak ada waktu untuk sekarang, Harry. Kita harus bersiap" kataku seraya memberikan setelan jasnya agar segera ia pakai.
Acara pertunanganku dan Harry akan di mulai 1 jam lagi di rumah orang tuanya, tapi dia malah ingin memperlambatku untuk bersiap-siap. Entahlah aku tak tahu dengan apa yang ada di pikirkannya saat ini.
Aku masih berusaha untuk menutup zipper gaunku dengan kedua tanganku sendiri. Tapi tetap saja tak sampai, zipper gaun ini terlalu panjang. Harry yang melihatku bersusah payah meraih zipper di belakangku pun akhirnya mengampiriku dan membantuku menutupnya.
"You look so beautiful" katanya setelah suara zipper gaunku berhenti terdengar.
Aku berbalik badan menghadapnya lagi dan tersenyum puas ke arahnya, "And you look so ugly" kataku kemudian meraih tisu di atas meja riasku.
"Apa?" Harry mendelikkan matanya membuat tawaku meledak.
"Here, ku bilang lipstikku menempel di bibirmu" kataku seraya mengusap bibirnya dengan tisu di tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vengeance [ON HOLD]
FanfictionSetelah menginjak dewasa, Grace Anderson kembali ke tempat tinggalnya semasa ia kecil di Houston, dengan menyamarkan identitas aslinya sebagai Kanya Wright demi menyelesaikan misinya. Membalaskan dendam untuk James Anderson -ayahnya- kepada orang-or...