Vengeance [ON HOLD]

Chapter 1

Enam bulan sebelumnya...

"Aku akan segera mengurus surat-suratnya, kau bisa menandatanganinya 4 hari lagi di kantorku. Dan setelahnya, property ini akan sah menjadi milikmu" ujar Briana, salah seorang marketing property di Houston.

"Okay, aku tunggu 4 hari lagi"

"Baiklah, kalau begitu semoga kau suka dengan property ini, Kanya. Dan senang bisa bekerja sama denganmu" katanya sudah di ambang pintu, dan setelahnya ia memutar tubuhnya dan berlenggang keluar rumah.

Tentu saja aku suka dengan property ini. Rumah ini penuh dengan kenangan-kenangan indah bersama orang tuaku, terutama ayahku, James Anderson. Dia adalah ayah sekaligus ibu bagiku. Dulu, aku hanya tinggal bersamanya. Sedangkan Ibuku, Thalia Anderson, ia meninggal ketika aku masih berusia 2 tahun, aku masih belum bisa merasakan saat-saat bersamanya. Saat bagaimana ia menimangku, bagaimana ia menina bobokkanku, dan bagaimana ia merawatku jika aku sedang sakit. Bahkan aku terlalu kecil untuk bisa sekedar mengingatnya.

Memori-memori indah yang masih melekat utuh di kepalaku di rumah ini adalah saat-saat bersama ayahku. Dulu, ia suka memakai alat memanggang di teras depan rumah untuk membuatkan BBQ favoritku. Aku suka membuat istana pasir di pantai depan rumah, dan ayahku selalu bilang suatu saat nanti aku bisa memiliki istana yang lebih besar dari itu, dan ku bilang, ayah lah yang akan menjadi rajanya, aku selalu memimpikan itu. Setiap malam, ia selalu membacakan cerita pengantar tidur kepadaku. Dan masih banyak lagi kenangan-kenanganku dengannya yang tak bisa kujabarkan satu-satu.

Aku merasa seperti gadis paling beruntung di dunia karena memiliki ayah sepertinya. Dia adalah seorang yang penuh dengan kasih sayang dan cinta, sesosok yang terlalu sempurna jika perannya hanya disebut sebagai seorang 'ayah'. Karena dia adalah ibu juga bagiku, dia lah malaikatku.

Hidupku sangat bahagia saat itu, sebelum akhirnya ia mencintai seorang wanita dan membuat keadaan menjadi berubah. Dia mencintai wanita yang salah, wanita itu menjadikan ayahku sebagai selingkuhannya. Hubungannya dengan wanita ular itu sangatlah berbahaya, bahkan ayahku sendiri sadar akan bahaya yang tengah mengelilinginya. Tapi cinta itu sungguh membutakan matanya, hingga pada akhirnya suatu kejadian buruk menimpaku dan ayahku. Bencana bagi kami berdua.

Ayahku ditipu, ayahku dijebak oleh orang-orang yang egois dan bengis yang hanya mementingkan keuntungan mereka sendiri. Bahkan wanita itu dan sahabatnya sendiri terlibat di dalamnya. Ayahku sangat mempercayai mereka, tapi apa yang mereka lakukan terhadapnya? Ayahku dihancurkan, ayahku dimusnahkan.

17 tahun yang lalu, saat aku masih berusia 6 tahun. Aku menyaksikan dengan kedua mata kepalaku sendiri, orang-orang berbadan besar dengan seragam S.W.A.T peringkus teroris mendobrak rumahku, menangkap ayahku dengan paksa. Aku hanya bisa menjerit dan meronta melihatnya, memohon kepada mereka agar tidak mengambilnya dariku. Karena hanya ayahku lah yang ku punya di dunia ini. Tapi usahaku sia-sia, mereka tetap membawanya dan memisahkanku darinya. Aku sangat benci jika harus mengingat kejadian itu.

Ayahku tertuduh sebagai tersangka atas kejadian peledakkan bom di dalam pesawat penerbangan 150 tujuan Amsterdam yang menimbulkan korban tewas 150 penumpang dan 40 awak pesawat, dan salah satu korbannya adalah Walikota Houston. Itu menjadi kasus terbesar selama 2 tahun berturut-turut, sampai akhirnya ayahku ditetapkan menjadi tersangka penyalur dana teroris dan dijatuhi hukuman mati. Aku sama sekali tak mengetahui jika dia sampai dijatuhi hukuman mati sampai aku berusia 12 tahun. Itu adalah berita yang paling menyayat hatiku.

Semenjak penangkapan pertama ayahku, aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Aku yang tak memiliki kerabat satu pun di Houston, ditempatkan di House Care di Dallas. Aku tinggal di sana. House Care adalah tempat penampungan anak-anak dan remaja yang mengalami tindakan abusive dan trauma, anak-anak yang orang tuanya dianggap tak bisa merawat mereka dengan selayaknya.