Aina menatap nanar undangan yang tergeletak di atas meja seolah mengejeknya. Laki-laki itu akan jadi milik orang lain... Pangerannya bukan lagi miliknya...
Sebutir kristal meluncur dari sudut mata Aina, disusul kristal lainnya. Ia kalah. Ia gagal mendapatkan pangerannya. Ia tak bisa meraih laki-laki yang ia cintai selama 7 tahun. Semua usahanya sia-sia. Keputusannya untuk pergi menimba ilmu desain di Paris selama beberapa tahun merupakan kesalahan telak. Yang ia harapkan adalah saat ia kembali dan sudah menjadi Aina yang cantik, Aina yang sukses dan laki-laki itu akan melihatnya. Tapi ternyata ia salah...
ㅡFlashbackㅡ
Aina menatap kagum laki-laki dihadapannya. Alis tebal, hidung mancung, kulit putih bersih, bibir penuh dan rahang tegas laki-laki itu benar-benar membuatnya terpukau. Sepertinya Tuhan sedang tersenyum saat menciptakan lelaki sempurna ini.
"Dek, kenalin ini temen kuliah kakak. Namanya Keynan."
"Hai, aku Keynan."
Suara milik Raikan ㅡKakak Ainaㅡ menginstruksinya untuk berhenti memuji wajah laki-laki itu.
Namanya Keynan...
Keynan...
Seulas senyum kecil terukir dibibir Aina. Dengan segera ia mencatat nama laki-laki itu dalam hatinya.
"N-namaku Aina..."
Aina menunduk malu saat melihat senyum manis milik laki-laki itu.
Dia punya senyum yang menawan...
***
Itu interaksi pertama mereka. Saling memperkenalkan diri. Saling memandang, saling tersenyum satu sama lain...
Hingga interaksi-interaksi lainnya terjadi hari demi hari. Keynan yang sering berkunjung ke rumahnya untuk bertemu Raikan membuat mereka dekat. Sifat lelaki itu yang supel dan ramah menyebabkan Aina merasa nyaman.
Tak jarang, Keynan sesekali melemparkan banyolan jayus tapi sukses membuat Aina tertawa. Tak jarang pula, Keynan memberikan perhatian kepada Aina. Seperti membawakan Bubble Tea kesukaan Aina setiap berkunjung. Mengajari Aina saat gadis itu kesulitan mengerjakan tugas sekolah, dan hal-hal kecil lainnya yang membuat Aina melayang.
"Kamu kan adik sahabatku. Jadi kamu adik aku juga."
Itu yang Keynan ucapkan saat laki-laki itu membelikan sebuah kalung dengan liontin batu ruby yang indah untuk hadiah ulang tahun Aina yang tentu saja ditolak gadis itu karna harganya yang tidak main-main.
Meskipun Aina menyukai kalung itu, tapi ia merasa tidak enak hati menerima hadiah dari Keynan yang agak berlebihan. Dan kalimat itulah yang keluar dari bibir laki-laki tersebut.
Hingga rasa kagum itu mulai berkembang lebih dalam menjadi cinta. Aina yang baru beranjak menjadi jati diri seorang wanita dewasa mulai melihat Keynan sebagai laki-laki.
Aina selalu merasa gugup jika Keynan melakukan skinship dengannya. Degup jantungnya menjadi cepat saat laki-laki itu melimpahkan perhatian kepadanya. Dalam hati, ia menyimpan sebuah harapan. Harapan akan perasaannya terbalaskan.
Ia mulai memperhatikan penampilannya saat pergi dengan Keynan. Ia punya wajah cantik tentu saja. Tapi entah, Aina selalu merasa serba kurang jika bersanding dengan Keynan.
Seperti malam ini. Keynan mengajaknya makam malam di sebuah restoran Italia di pusat kota. Aina masih saja berkutat di depan cermin menilai penampilannya. Gaun berwarna pink soft selutut dengan bunga kecil di sisi dada kiri membalut tubuh semampai gadis itu yang sudah menunjukkan lekuk tubuh wanita dewasa. Rambutnya ia biarkan tergerai. Make up tipis makin menonjolkan aura kecantikan khas remaja di wajah Aina. Ia tersenyum puas. Dengan tergesa ia memakai heels setinggi 5 sentinya dan menuruni tangga saat mendengar deru mobil di halaman depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's (not) For Me
Short StoryIa harus merelakan cintanya. Ia harus tahu diri, jika lelaki itu memang bukan untuknya. Ia takkan pernah mendapatkan ruang lebih di hati laki-laki itu. Hati itu sudah terpatri oleh wanita lain. Kenapa harus Raina? Kenapa bukan Aina? Apa bedanya? He'...