"Me...nye...bal...kan...." Gumam seorang wanita yang duduk di salah satu bangku tinggi di meja bar.
Wanita itu membenamkan wajahnya ke sela-sela tangan yang di silangkannya di atas meja mencoba tidak menghiraukan dentuman musik yang semakin menjadi-jadi. Bau asap rokok yang menyengat membuat kepalanya berdenyut menyakitkan, belum lagi aroma minuman keras yang telah membuat hidungnya mengernyit ratusan kali semenjak ia berada di dalam tempat terkutuk ini. Padahal ini bukan kali pertamanya ia datang kesini.
Sudah lewat tengah malam, atmosfer di tempat ini semakin memanas, hentakan musik yang keras membuat pria dan wanita menjadi satu di atas lantai dansa, menggerakkan tubuh sesukannya, tidak peduli keringat yang mengucur mulai membasahi tubuh masing-masing, tidak peduli akan bagian tubuh mana yang mungkin bersentuhan dengan orang lain, berdesak-desakan dan menggila. Mungkin inilah yang disebut-sebut sebagai surga dunia bagi mereka.
Tapi tidak bagi wanita itu.
Ia mengangkat wajahya, mengambil gelas berisi air putih di hadapannya dan meminumnya secara buas, hanya dengan dua tegukan ia berhasil mengosongkan isi gelas tersebut.
"Cobalah nikmati pesta kita sekali-kali sayang." Tiba-tiba sebuah suara dari arah kiri menyapanya.
Wanita itu sama sekali tidak memberikan reaksi yang berarti, ia bahkan tidak menoleh ke arah sumber suara, ia hanya menarik nafas dan mengehembuskannya secara kasar.
"Apa kau tidak bosan duduk di sini sendiri ?"
"Atau kau mau aku temani ?"
"Atau kau mau kita pergi ke suatu tempat, misalnya suatu tempat yang sepi dan hanya ada kita berdua ?"
Akhirnya wanita itu menolah.
Mungkin pertanyaan ke tiga dari laki-laki itu telah melebihi batas kesabarannya. Ia menatap lurus ke dalam mata sang lelaki tampan yang tengah berdiri di hadapannya. Begitu pula dengan laki-laki tersebut, ia membalas tatapannya dengan seulas senyum simpul yang mempesona. Sebuah senyum yang benar-benar sempurna di tengah pantulan cahaya warna-warni yang hampir membutakan mata.
Tatapan wanita itu kemudian turun ke arah tangan kanan si laki-laki yang sedang menggenggam sebuah gelas kecil yang entah apa nama minuman di dalamnya. Tapi yang pasti minuman itu mengandung alkohol.
"Kau mau ?" Tanya laki-laki itu santai sambil menyodorkan gelas yang dipegangnya.
Masih tanpa menjawab tiba-tiba wanita itu mengangkat 7 buah jarinya ke depan wajah sang laki-laki.
Laki-laki itu hanya mengerutkan keningnya yang luas dan putih tanda tak mengerti.
Dengan gerakan menurunkan satu per satu jarinya wanita itu berkata,
"Aku sudah bosan duduk di sini sampai rasanya mau mati."
"Aku tidak mau kau menemaniku"
"Apalagi pergi bersamamu ke tempat yang sepi."
"Aku tidak mau dan tidak akan pernah meminum apapun yang kau berikan padaku di tempat ini."
"Kukira kau sudah tahu namaku bukan 'sayang' sejak 1 tahun yang lalu."
Ia menurunkan jari tengahnya dan akhirnya meninggalkan sebuah jari telunjuk,
" Kau bilang ini pesta ? Ini sama sekali bukan pesta, ini..."
Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya laki-laki itu berkata, "Neraka." Katanya lantang memotong kalimat si wanita "Neraka." Ia mengulangi. "Kau sudah mengatakan hal itu berulang-ulang sejak 1 tahun yang lalu." Sambungnya lagi sambil tertawa ringan. Suaranya terdengar sedikit berat dan bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA
RomanceCerita ini bagaikan kisah "Anak Perawan di Sarang Penyamun". Tapi para penyamun di sini tidak mencuri harta, mereka malah memberi harta. Mereka tidaklah kejam, tapi mereka lebih licik dari pada hewan rubah. Wajah mereka tidaklah menyeramkan, wajah m...