Anastasya’s PoV
Semua bermula sejak 1 tahun yang lalu dimana telah ku sepakati perjanjian hitam di atas putih. Untuk yang pertama kalinya dalam hidupku aku meminta pertolongan kepada orang lain.
Setahun yang lalu, ayahku, orang tua tunggal yang kumiliki meninggal. Aku memang tidak terlalu dekat dengannya, tapi bagaimana pun juga beliau adalah orang tuaku, sebelum meninggal beliau sempat berpesan untuk meneruskan perjuangannya memimpin perusahaan dalam bidang tekstil yang telah di bangunnya selama kurang lebih 15 tahun. Tentu saja aku menolak, jangankan memimpin perusahaan, basic untuk menjadi seorang pegawai biasa pun aku tidak punya. Perusahaan milik ayahku memang sudah cukup terkenal di negeri ini, bahkan sudah sampai ke mancangera. Hampir di setiap kota di Indonesia memiliki cabangnya.
Namun tetap, keputusanku sudah sangat bulat saat itu, aku tidak akan pernah ikut campur tangan dalam perusahaan.
Tapi semua berubah setelah kematiannya.
Beberapa bulan setelah kematian beliau perusahaan banyak di guncang masalah. Pendapatan dan pengeluaran perusahaan mulai tidak stabil. Satu per satu cabang mulai di tutup.
Pak Jimmy, tangan kanan ayah di perusahaan menyarankan agar aku sebagai putri sulung dan pewaris utama mulai mengambil tindakan. Memang benar, aku tidak mungkin membiarkan perusahan yang telah di bangun ayahku selama kurang lebih 15 tahun hancur begitu saja. Dan menurut pak Jimmy, hanya ada satu cara yang bisa menolong perusahaan ini dari keterpurukan, yaitu meminta pertolongan dari para investor.
Saat itu ku kirimkan pak Jimmy untuk menghadap para investor tersebut. Tapi mereka menolak, mereka merasa di rendahkan karena aku sebagai pemilik perusahaan malah mengirim seorang bawahan untuk menemui mereka. Apa boleh buat, setelah itu aku--- yang sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang perusahaan--- dengan terpaksa harus menemui para investor tersebut.
Dan begitulah caranya aku bertemu mereka, saat pertama kali berjumpa aku cukup kaget karena beberapa dari mereka wajahnya sudah sering kulihat di majalah-majalah bisnis ataupun di tabloid harian atau bahkan di layar kaca dengan berita kesuksesannya dalam menangani perusahaan sampai skandal-skandal mereka dengan wanita-wanita cantik tipikal artis-artis muda pemuja harta.
Wajar saja, karena para investor tersebut rupanya dibalut wajah muda nan tampan yang sukses di balik nama orang tua mereka yang merupakan beberapa pengusaha besar dan konglomerat negeri ini. Mereka muda, tampan, kaya, sukses, dan tentu saja mereka menganggap bahwa diri mereka adalah segalanya dengan sikap angkuh dan arrogant.
Tapi aku tidak peduli, untuk saat itu hanya mereka yang bisa menolong perusahaan ayahku, dengan menurunkan segenap harga diri, aku meminta pertolongan mereka. Dan mungkin karena dewi fortuna sedang bersamaku, mereka menyetujuinya. Berapapun uang yang di butuhkan perusahaan akan mereka berikan, berapapun.
Namun mereka mengajukan syarat, mereka menginginkan barter dariku. Entah apa yang mereka maksud dengan barter aku tidak mengerti. Karena saat itu tidak ada fikiran lain selain menolong perusahaan ayah dengan segera, tanpa fikir panjang aku menyetujuinya. Menyetujui apapun yang mereka mau selama itu tidak menentang norma dan hukum yang berlaku.
Dengan mudah ku tanda tangani kontrak sekaligus perjanjian tersebut.
Dan tidak lama setelah itu aku baru menyadari, bahwa saat itu aku telah menandatangani kontrak dan perjanjian dengan para iblis berwajah malaikat.
Iblis-iblis sialan yang telah merubah kehidupanku.
Mereka menyeretku masuk ke dalam dunia yang bahkan aku sendiri tidak ingin masuk ke dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA
RomanceCerita ini bagaikan kisah "Anak Perawan di Sarang Penyamun". Tapi para penyamun di sini tidak mencuri harta, mereka malah memberi harta. Mereka tidaklah kejam, tapi mereka lebih licik dari pada hewan rubah. Wajah mereka tidaklah menyeramkan, wajah m...