Satu - Taraluna

286 11 10
                                    

Suara Sky Sucahyo mengiringi Luna yang tengah menulis rencana hidupnya di masa depan dalam selembar kertas. Sebenarnya Luna tipe gadis remaja yang lebih menyukai Clean Bandit atau A Rocket To The Moon dari pada suara melankolis Sky yang menggubah puisi Chairil Anwar. Tapi Bagas memaksanya membuka Secret Playlist cowok itu di soundcloud dan mendengarkannya. Tidak buruk. Luna suka suara dan musik yang mengiringi Sky.

Luna punya hidup yang sedikit tidak asik di usianya yang hampir menginjak 17 tahun. Kurang dari seminggu lagi dia akan merayakan ulangtahunnya. Dan gadis itu lebih sibuk merancang rencana masa depannya di banding membantu Ibu me-list keperluan apa saja yang akan mereka butuhkan di pesta ulangtahunnya.

Peduli amat deh sama pesta.

Luna Visioner?

Tidak.

Dia hanya terlalu antusias menyambut usia 17 tahunnya. Gadis bodoh itu diiming-imingi kata dewasa yang akan disandangnya, padahal dewasa itu bukan soal usia. Huh.

Kegiatan gadis itu di interupsi dering handphonennya, ada sebuah chat message dari ... Ghiffary Ardan. Serius? Salah satu berandalan kelas sebelah itu? Kok bisa? Memangnya Luna pernah punya urusan apa sama dia?

Ghiffary Ardan

Luna, kalo lo nyari dompet ada di gue.

07.06

Dompet?

Secepat kilat Luna menyambar ranselnya dan tidak menemukan dompet yang biasanya bersarang di dalam tas. Serius dompetnya hilang dan sekarang berada di tangan Ardan? Cowok berandalan tukang bolos dan biang onar itu?

Dengan gemetar Luna meraih kembali handphonenya dan mulai berpikir harus membalas apa. "Gue bales apa ya? Nanti kalo disangka nuduh, bisa tamat riwayat gue di sekolah." Gadis itu malah mengeluh sambil menggigitu kuku ibu jarinya.

Taraluna P

Iya

07.15

Diam itu emas, jangan sampai ia terlibat banyak pembicaraan dengan Ardan. Dia masih ingin jajan ke kantin dengan tenang tanpa diganggu siapapun. Dia masih ingin menikmati masa-masa SMAnya dengan tenang dan menjalin hubungan yang baik dengan Ray, gebetannya.

Ting!

Nada dering handphonennya kini lebih menyeramkan dibanding suara suzana yang tidak pernah ingin didengarnya.

Ghiffary Ardan

Oke. Besok gue tunggu deket koperasi ya. Jam istirahat ke satu

07.16

Gadis itu semakin shock. Ini seolah-olah janji kencan. Dia memang tidak pernah pacaran dan tidak pernah di ajak ketemuan secara personal sama cowok, tapi dia yakin kurang lebih begini. Ya Tuhan, bahkan Luna tidak pernah membayangkan akan berurusan dengan berandalan satu itu.

Pokoknya besok Luna akan meminta Kania menemaninya sampai dompetnya kembali. Ia tidak mungkin menemui Ardan sendirian, bisa kacau hidupnya. Itu juga kalo dia masih hidup.

Helaan nafas frustasi gadis itu diiringi kedatangan Ibu ke kamar. Beliau berdiri di balut rok A line hitam dan blazer krem, dengan rambut yang si sanggul rapi.

"Ibu mau kemana?"

"Ada janji makan malem sama rekan kerja Ayah. Kamu tunggu di rumah ya, jangan lupa makan, ada udang tepung di dapur. Makan pake nasi jangan di gadoin!"

Yang diberi wejangan malah nyengir. Udang tepung memang pilihan terbaik untuk makan saat ini, tapi ... ada hal terbaik lainnya.

"Oke deh. Aku mau martabak keju susu ya, tapi martabak yang deket belokan TK itu loh buuu, yang deket gerbang komplek."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TaralunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang