Part 2 - 3

2.3K 89 17
                                    

Chae Won tak pernah tahu, sejak kapan bau darah dan aroma laut menjadi kenangan paling 'indah' yang pernah singgah di hidupnya. Ia jadi tak suka cahaya matahari, bukan karena Ia benci pada terang. Moon Chae Won hanya tak suka terlihat. Jika bisa diibaratkan, Ia adalah gadis penghuni bawah tanah. Mungkin di kehidupan masa lampau, Ia jelmaan cacing?

Siapa yang perduli. Yang pasti jika disuruh memilih akan menjadi apa di kehidupan selanjutnya, seorang Chae Won akan dengan lantang menjawab; "Akar pohon!"

Terik matahari sore di bulan Juli ini masih begitu menyengat saat Joong Ki, tepatnya – Song Joong Ki berlari menghampirinya. Oh, tunggu! Bukan menghampirinya namun menghampiri kursi kosong di sisi Chae Won. Dua orang asing yang menghabiskan waktu bersama seperti sepasang sepatu yang ditakdirkan untuk berjalan beriringan tapi jauh dari kata 'hai' atau 'apa kabar'.

Pemuda itu, si tampan berambut cokelat dengan memar di pelipis kirinya mengaduh. Bukan dengan niat mencari perhatian si gadis bermata legam. Ia hanya tak terlalu perduli pada sekitar serta tak kuat lagi menahan nyeri di sekujur tubuhnya. Ya, apa yang perlu seorang Song Joong Ki jelaskan pada alam maupun pandangan aneh orang-orang. Pemuda berusia 18 tahun itu tak ingin terlalu terbebani oleh rasa belas kasihan, sampai – Chae Won datang mendekatinya dan mengulurkan sekaleng softdrink beraroma lemon dengan kikuk.

"Usap memarmu dengan minuman dingin ini! Rasanya akan jauh lebih baik." Chae Won memberikan bekal musim panasnya. Joong Ki terpaku, tak tahu untuk mengatakan apa kecuali 'Ah, ya...'

Terima kasih?

Hal seperti itu belum muncul dalam kamus hidupnya. Belum tertulis disana. Dan ngomong-ngomong soal softdrink itu, bagi Joong Ki Itu adalah hadiah pertama yang Ia terima selama 18 tahun napasnya menyemai ke udara.

:::

Joong Ki berlari lagi, bagai kawanan bangau yang terarah dan pasti kemana tujuannya. Pemuda yang kini bersurai biru gelap itu menarik tungkainya ke sisi si gadis berkuku lentik dengan lipstik merah dari toko Kim Ahjussi di belakang pasar.

Nyaris 300 hari Ia mengenalnya dan kini, tak ada kata 'kikuk' lagi. Sepasang anak manusia itu memoles senyum bersama-sama. Sekoyong-koyongnya meleburkan diri dalam romansa sore yang pulas didekap hujan akhir Oktober ini.

Masa akhir sekolah akan tiba, pesta kelulusan akan dirangkai dengan begitu meriah.

Chae Won, gadis yang sekarang telah resmi bertittle 'Kekasih Song Joong Ki' itu melemparkan pandangnya ke atas gugusan awan yang terarak pelan melewati kepalanya.

"Oppa, aku masih punya setahun lagi di sekolah sialan ini sementara lusa kau akan lulus.

Aku iri."

Joong Ki membawa tubuhnya lebih dekat, kemudian tangannya yang selalu terasa hangat itu meremas jemari Chae Won yang selalu terasa dingin. Manik mata keduanya lantas bersirobok.

"Chae Won-ah, kau ingat bukan bahwa cinta itu soal berbagi? Aku akan membagi waktuku setiap sore seperti ini untukmu. Jadi, jangan merasa kesepian!" Joong Ki tersenyum, mengangkat jari kelingkingnya.

"Promise!" Ia menambahkan.

Angin berhembus sejuk, menerbangkan beberapa dedauan kering di lapangan baseball sekolah yang selalu sepi jika sore tiba.

Chae Won enggan mengulurkan kelingkingnya juga. Ia memilih untuk mendekat dan mengecup singkat bibir lembut milik sang kekasih.

"Aku mengikat janji dengan kecupan saat bersamamu." Ujarnya.

Pipi Joong Ki merona merah, baiklah – satu rahasia lagi. Ini adalah ciuman pertama mereka.

:::

My Psychopath Husband || ChaeKi FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang