Epi-lo-gue

5.3K 83 2
                                    

A/n: hai! welkam to di epilog cerpen!
Gaada niatan sih sebenernya, ini didedikasikan untuk teman saya, yasmin, yang nanya gimana akhir dari Sheila, dan jadilah epilog ini.
Hope you like!

****

Sheila mengaduk-aduk hot chocolate miliknya. Sesekali kepalanya menoleh ke pintu café, mengharapkan seseorang akan datang untuknya, sesuai permintaan Nella, adik sepupunya.

Flashback On

Gadis ini mengelus nisan di hadapannya, ia mencoba berkali-kali untuk tersenyum namun tak bisa. Air matanya menetes berulang-ulang, seakan-akan mengelus nisan itu menyalakan air matanya.

"Maafin gue Nell, gara-gara gue, lo mati. Seandainya gue ga ke sini, lo masih seneng-seneng sama Alvin. Lo ga akan sakit hati ngeliat gue sama dia, lo ga akan ngerelain nyawa lo buat nyelamatin Alvin, kalau gue ga maksa dia buat beli ice cream."

Gadis ini menundukkan kepalanya, semua ini adalah salahnya.

"Ini bukan salah lo, jangan bersalah gitu, ini takdir, Sheila."

Sheila mengangkat kepalanya, ia berdiri dan menepis air matanya. Alvin ada di sampingnya, dengan sebucket mawar yang tepatnya untuk Nella.

"Alvin? Ngapain lo di sini?" tegur Sheila.

"Ini makam pacar gue, jadi ya berhak dong ke sini." sahut Alvin berjongkok dan mengelus nisan bertuliskan 'Nella Yesheilla binti Nugraha'.

Sheila berjongkok dan menghadap Alvin, "Maafin gue ya Vin. Gara-gara gue.. Nella.."

"Stop salahin diri lo sendiri, ini takdir dan mau gimana pun juga. Nella bakalan mati hari itu."

"Tapi kalau gue ga ganggu masa pacaran lo sama dia. Kalian sempet sama-sama sampai Nella menghembuskan nafas terakhirnya," sesal Sheila menundukkan kepalanya.

Alvin terdiam, "Tapi gue juga salah, seharusnya gue ga milih lo waktu itu."

Alvin tak mendapat sahutan apa-apa dari Sheila. Ia mengangkat kepalanya dan tak mendapati Sheila di hadapannya, ia berusaha mencari Sheila dan menemukannya sedang berlari keluar pemakaman.

"Shei.. sheila!"

Alvin mencekal pergelangan tangan Sheila dan membalikkan badannya.

"Kenapa Vin? Kenapa lo ngejar gue? Lo bukannya marah ya sama gue? Liat deh, bahkan saat Nella udah mati, gue masih ganggu saat lo jenguk dia." Isak Sheila.

"Gue emosi Sheila waktu itu. Gue ga pernah marah sama lo, gue ngejar lo karna gue ga mau lagi kehilangan orang yang gue sayang."

Sheila mencerna perkataan Alvin dan sedikit kaget. "Sa--"

"Sheila! Alvin!"

"Falsya? Kenapa?"

Falsya mengatur deru nafasnya dan mencoba berbicara, "Tadi gue barusan ke kamar Nella. Mau minjem buku paketnya 'kan. Dan, gue nemu 3 surat yang bertuliskan nama kita, kayanya dia emang udah punya firasat bakal mati." Falsya menyerahkan satu surat ke Alvin, serta Sheila.

Sheila menatap surat itu, namanya ada di depan surat.

Untuk Sheila Nellaxia.

Hai Sheil, apa kabar?
Kalo lo baca surat ini, kemungkinan gue udah mati.
Entah lah, gue punya firasat aneh kalo gue bakal mati sebentar lagi.
Haha, udahlah itu ga penting.
Gue cuma pengen lo tau satu hal.
Gue sakit hati, iya sakit hati.
Elo egois, elo ngambil cinta gue begitu aja, lo peluk cinta gue, seenak lo aja.
Lo egois La, egois dan gue benci itu.
Tapi gue bakal lebih egois jika gue ngelarang lo pacaran sama Alvin 'kan?
So, gue bakal ngerelain lo sama dia, lo jaga Alvin baik-baik. Jangan sakitin dia lagi ya?
Gue tau kok cinta lo tulus sama dia, jadi jaga Alvin ya, jaga dia mau gimana pun keadaannya.
Udah segitu aja,
Doain gue tenang ya di alam gue yang baru.
-Nella Yesheilla.

Pelampiasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang