Time Capsule

434 45 17
                                    

Teruntuk diriku,

Bertahun-tahun yang akan datang.

Hai, sudah berapa tahun yang terlewat setelah aku menuliskan surat ini? apakah sudah lebih dari 5 tahun, atau 10 tahun? Atau bahkan sudah lebih dari itu? Bagaimana kehidupanku saat ini? apakah aku sudah memiliki pekerjaan tetap, penghasilan yang cukup untuk membeli sebuah rumah? Atau mungkinkah aku sudah memiliki sebuah kelurga kecil bahagia seperti yang orang-orang bayangkan? Kuharap aku sudah mendapatkan salah satunya.

Ini pertama kalinya aku melakukan hal --yang konyol-- seperti ini. Menulis surat yang akan kutujukan untuk diriku sendiri dimasa yang akan datang. Terlihat konyol bukan? Dan aku tetap melakukannya. Ya, ya, kau bisa tertawa sekarang setelah membacanya. Tapi, biar kuingatkan dulu padamu tujuanku membuat surat konyol ini. Aku membuat ini sebagai pengingat tentang sebuah hal menarik yang telah terjadi dalam hidupku yang baru akan menginjak usia 17 tahun.

Aku telah menemukannya.

Aku menemukan dia, seseorang dengan senyuman secerah mentari dengan mata yang selalu terlihat berbinar seakan ada ribuan bintang didalamnya. Aku telah mengenalnya beberapa tahun sebelumnya ketika aku masih belum menyadari bahwa ada sesuatu yang berubah ketika aku menatapnya beberapa detik lebih lama dari biasanya.

Dia dan senyumnya mampu membuatku lupa dengan keadaan disekitar. Dia dan binar di matanya mampu membuatku memandang dunia dengan cara yang berbeda. Begitulah kira-kira efek yang terjadi saat aku menyadari kehadiran 'dia' dalam hidupku.

Wow, apa aku sudah terdengar seperti orang yang sedang jatuh cinta? Ya, aku memang sudah jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. 'Dia' adalah cinta pertama. Hei, apakah ketika aku kembali membaca surat ini aku masih mengingat 'dia' dan segala cerita bersamanya? Aku harap aku bisa menyimpan kenangan ini sebagai salah satu kenangan yang indah dalam hidupku.

Kurasa sudah cukup untukku mengingat-ingat kembali kejadian ini. Tidak ada yang perlu disesali atau apapun, tidak juga akan mengubah apapun yang telah dan akan terjadi dimasa yang akan datang ketika aku kembali menemukan surat ini. Sedikit nostalgia tak akan berpengaruh apapun kan?

*

*

*

Sekali lagi Tari membaca surat lama yang baru saja ditemukannya terselip diantara salah satu buku yang sedang dibereskannya. Senyum diwajahnya belum juga memudar sejak ia melihat deretan kalimat yang tertulis rapi di kertas lusuh itu terutama pada bagian penutupnya.

Apanya tak akan berpengaruh? batin Tari. Meski saat ini usianya hampir memasuki kepala tiga, namun Tari masih mengingat dengan jelas apa yang terjadi pada saat usianya masih 16 tahun. Ya, itu adalah saat pertama kalinya ia mulai merasakan apa yang disebut jatuh cinta. Cinta pertama kalau kata orang-orang.

Dengan membaca kembali surat lama itu membawa kembali kilasan-kilasan masa lalu yang membuat senyum tidak ingin memudar dari wajahnya. Sudah lebih dari sepuluh tahun cerita itu telah terlewat, namun mengingatnya kembali bukanlah hal yang buruk untuk Tari. Mungkin memang ada yang akan berubah setelah ini, tapi Tari yakin jika perubahan yang dirasakannya itu akan membuatnya lebih bersyukur.

"Bundaaa!!!"

Baru saja Tari berniat melipat kembali surat lama itu, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dan menampakkan dua orang laki-laki berbeda generasi. Yang satu sedang menatapnya dengan senyum sedangkan si kecil yang ada digendongannya sedang mengulurkan tangannya meminta untuk digendong oleh Tari.

Tari meletakan surat itu ke atas meja kemudian dengan segera menyambut uluran tangan si kecil, menggendongnya dan mengecup pipi tembemnya.

"Eh, anak bunda yang ganteng udah pulang. Kemana aja tadi sama ayah?"

"Tadi Awan cama ayah pelgi ke lumah oma, bun. Teyus tadi pulangnya ayah beli pizza yang becaallll. Ayo bunda, kita makan pizzanya cekalang," anak itu menjawab pertanyaan Tari dengan bahasa anak-anaknya yang masih belum jelas.

Tari tersenyum mendengar jawaban anaknya yang begitu bersemangat. "Ya udah, sekarang Awan cuci tangannya dulu yaa, minta tolong sama Bi Imah di dapur. Nanti bunda sama ayah nyusul," Tari menurunkan si kecil dari gendongannya. Begitu turun dari gendongan Tari, si kecil yang usianya baru menginjak tiga tahun itu langsung berlari-lari menuju dapur.

"Awan jangan lari-lari, nanti jatoh loh," tegur sang ayah. Namun sepertinya si kecil sudah terlalu bersemangat untuk memakan pizzanya hingga tidak lagi mau mendengarkan peringatan ayahnya.

"Kok gak ngajak-ngajak aku ke tempat ibu?" Tari mendekat dan merapatkan tubuhnya pada suaminya.

"Aku tau kamu capek habis seharian beres-beres rumah. Lagian tadi juga niatnya cuma muter-muter aja tapi pas udah mau pulang si Awan bilang kangen sama Omanya, jadi deh mampir kesana sebentar," jelas Langit sambil menyingkirkan anak rambut dari kening Tari kemudian mengecupnya sayang.

"Oh iya, tadi aku nemu sesuatu yang menarik."

Tari menarik tangan Langit kemudian menunjukkan surat lusuh yang tadi ditemukannya. Langit mengambil surat itu dan membacanya. Sebuah senyum langsung tercetak jelas diwajah Langit saat ia sudah selesai membacanya.

Tari mengedip-ngedipkan matanya pada Langit, senyumnya kembali mengembang melihat ekspresi suaminya itu.

"Ck, kenapa kamu harus nemuin ini sih? ini bikin malu aja."

"Aku telah menemukannya," Tari membacakan satu kalimat disurat itu dengan nada yang dibuat mendramatisir, "Jadi...aku yang pertama huh?"

"Aku menemukan dia, seseorang dengan senyuman secerah mentari..." Tari masih ingin menggoda suaminya dengan membacakan salah satu kalimat di surat itu saat sebuah pelukan erat disertai dengan kecupan dibibir menghentikan kalimat Tari.

"Iya, kamu yang pertama dan sekarang menjadi yang terakhir, Mentari Senja," ucap Langit setelah ia melepaskan bibir istrinya yang tadi dibungkamnya.

"Begitupun kamu," jawab Tari.

***

P.S. 'Dia' bernama Mentari Senja

Tertanda,
Langit Saga (16 tahun)

END

***

Lagi iseng bikin oneshoot nih hehe. Makasih buat yang udah mau mampir yaa, semoga terhibur ;) Jangan lupa mampir juga ke cerita aku yang lainnya.

010915

-a.r.a

Time CapsuleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang