Dua

77 3 0
                                    

Di sepanjang jalan aku dan Aldo melihat-lihat kosan yang ada di sekitar daerah itu, tak ada kata sepatah pun yang Aldo ucapkan ketika melihat kosan itu. Karena Aldo terbiasa hidup dengan kemewahan, jadi nya gini deh susah buat hidup sederhana.

Aldo membuka pembicaraan, yang sedari tadi hanya seperti orang ke bingungan ngeliat satu per satu kosan yang dia lihat

"Zah, ko engga ada yang sreg gitu kosan nya sama gw?"

"Udah deh ubah kehidupan mewah kamu, dengan belajar sederhana. Lagian salah kamu sendiri kenapa balik ke jakarta. Kere kan kamu kalo di jakarta" ucapan ku kepada nya setengah tertawa

"Bukan nya gitu, tapi gw kan engga betah tidur di rumah yang pengap terus sempit"

Aku memicingkan mata ku kepada nya "Udah deh buruan, tinggal pilih yang mana selesai kan. Udah mau masuk waktu ashar nih, aku mau solat dulu"

Dengan raut wajah yang pasrah aldo pun menunjuk kosan yang berada di pinggiran dekat sekolah. Aku memang sengaja memilih kan nya yang terdekat dengan sekolah kami, aldo kan kalo apa-apa itu lelet jadi kalo jarak ke sekolah nya deket pasti engga akan terlambat.

Di depan kosan aldo, sudah terlihat ibu-ibu yang berdiri di depan kosan. Aku sudah yakin dia lah pemilik kosan ini.

"Permisi bu, teman saya ada yang mau ngekos di sini. Perbulan nya berapa ya?"

"Kalo buat mas ganteng ini, murah ko cuma 300rb per bulan" goda ibu kosan itu, sambil mengedipkan mata kepada aldo

Aldo geli melihat tingkah ibu kosan, ujian terbesar seperti nya buat aldo karena tinggal di kosan yang punya nya tua-tua genit

"Idih udah tua genit banget, inget bu sama suami berondong di godain. Segitu ke mahalan, udah rumah nya kecil, sump...."

Aku pun menginjak kaki aldo, sebelum dia melanjutkan ocehan nya. Dan berbisik kepada nya "Dia orang tua do, ngomong yang sopan. Lagian kosan di sini doang yang murah, masih mending kan kamu di kasih tawaran segitu untuk ngekos di sini"

Aldo hanya mengendus kesal

"Baik bu, teman saya akan jadi di sini. Ini uang sewa awal nya". Aku menyerahkan 3 lembar seratus ribuan kepada ibu kos

"Iya de. Silahkan masuki barag-barang nya sambil melihat keadaan di dalam nya"

Aku pun membantu aldo menurun kan koper nya dari bagasi mobil. Setelah itu masuk ke dalam kosan memasukan baju-baju nya di lemari. Kalau di liat-liat kosan ini tidak terlalu sempit, tidak pengap. Udah enak ada tempat tidur, lemari, dapur, dan kompor yang di sediakan, jadi tidak perlu ribet membeli perabotan.

Setelah ibu kos menceritakan beberapa kisah yang terjadi di kosan ini. Iya pun pamit untuk pulang ke rumah nya.

"Do, udah azan ashar. Aku mau solat dulu ya, kamu mau temenin aku atau engga?" Karena dari kecil aldo selalu ikut ketika aku solat dan aku selalu ikut ketika aldo beribadah di gereja, jadi setiap kali aku solat aku bertanya kepada nya.

"Ayo, gw ikut" aldo langsung beranjak dari duduk nya dan segera mengunci pintu

"Eettss, tunggu. Emang kamu engga capek abis beres-beres"

"Yaelah engga lah zah"

Setelah mendengar jawaban nya aku dan aldo menuju masjid yang terdekat di sini. Ketika kami sampai di masjid aldo hanya menunggu ku di liar tidak boleh masuk ke dalam karena aldo non muslim.

"Permisi dek, kenapa tidak masuk ke dalam? Waktu ashar sudah hampir mau habis" Pinta seorang marbot masjid ini, ketika melihat aldo yang sedari tadi hanya di luar.

Aldo megetup kan tangan nya di depan dada."Maaf pak saya non muslim, di sini saya hanya ingin menemani teman saya saja"

Bapak itu tersenyum dan menganggut kepala nya tanda mengerti setelah mendengar kan ucapan aldo.
Setelah beberapa menit percakapan aldo dengan bapak tersebut, zahwa sudah selesai solat. Dari ke jauhan zahwa melihat aldo sedang bercakap-cakap dengan bapak-bapak.

"Assalamualaikum" salam zahwa ketika menemui bapak itu

"Waalaikum salam, eh zahwa kirain bapak siapa. Saya kita temen zahwa ini agama nya islam jadi tadi saya suruh masuk" ternyata aldo dari tadi sedang bercakap dengan marbot masjid di sini, pak gundi.

Aku pun tersenyum "Teman saya ini non muslim pak. Sudah dari kecil ia menemani ketika saya beribadah dan sebalik nya"

"Padahal temen zahwa teh tidak keliatan wajah orang non muslim. Kenapa tidak pindah agama saja?" Tanya pak gundi yang mengarah kan ke aldo.

"Zah aku anter kamu pulang yuk udah mau magrib tuh. Nanti takut pulang nya ke maleman. Pak saya dan zahwa pamit ya" aldo sengaja mengalih kan pembicaraan kami

"Yasudah, kalian hati-hati ya" Sahut pak gundi

"Iya pak, assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

Aku mengerti kenapa sikap aldo seperti itu. Dia paling tidak suka kalau ada orang lain yang menyuruh ia pindah agama. Mamah dan papah nya aldo sudah lama bercerai sewaktu aldo masih umur tiga tahun, karena kepercayaan yang mereka anut berbeda, mamah aldo beragama kristen, dan papah nya beragama islam. Aldo mengikut ke agama mamah nya, karna ia di bawa mamah dan sampe saat ini tinggal bersama mamah nya.

Waktu pertama kali kami berkenalan, aldo tinggal di samping rumah ku. Usia kami pada sudah empat tahun, kami sepantaran. Kami selalu bermain bersama, kemanapun bersama, orang tua kami pun sudah saling dekat. Saat aldo lulus SMP mamah nya memutuskan untuk pindah ke malaysia, karna ia mengetahui kalau papah nya aldo ada di jakarta juga. Mamah nya tidak mau nanti kalau aldo bertemu dengan papah nya, ia selalu bilang kalau aldo dan mamah nya di telantarkan papah nya. Mendengar aldo pindah ke malaysia, aku menangis seharian. Aku tidak ingin aldo pergi, tapi itu sudah keputusan bulat mamah nya. Selama sepuluh terakhir ini aku tidak pernah keluar rumah, teman sekolah ku selalu mengajak ku untuk hangout tetapi aku selalu menolak nya. Aku kaget ketika mendapat sms dari aldo, yang menayakan aku lagi dimana, aku sempat kaget. Pasti aldo balik ke jakarta tanpa sepengetahuan mamah nya. Rindu ku sudah terbalas kan ketika melihat aldo yang berubah drastis, terlihat lebih dewasa dan tentu nya tampan.























Cerita nya kayak engga nyambung banget deh. Ini aja engga tau buat novel atau cerita

TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang