Different Prologue

167 3 0
                                    

NAH SESUAI JANJI. GW PUBLISH CERITA INI. KARENA BASE CERITA GW SEBENERNYA FANTASY GW UDAH PENGEN BANGET NULIS CERITA INI DARI DULU. SOALNYA GW SUKA BANGET SAMA NAMA LANCELOT. JADINYA KAYA GINI DEH. RENCANA SIH GW CUMA KASIH PROLOG DULU. NTAR KALO UDAH SELESAI CERITANYA BARU GW PUBLISH NEXT CHAPTERNYA. SO KEEP PATIENCE YAW. OH IYA GW PERSONAL SUKA BANGET SAMA COVER DI DEPAN. SI WILDAN (YG DIGENDONG) CAKEP BANGET YA. EAAAA #KISSBYE MUACH :*

~

Mataku terbuka, benar-benar sadar saat aku mencium bau anyir yang menusuk hidungku. Kedua tanganku gemetaran. Bukan karena aku sakit atau apa. Hanya saja yang kulihat setelah aku sadar adalah raja yang tengah terbaring kaku di tanah dengan luka tusukan yang lebar. Banyak sekali darah yang keluar dari sana membuatku ingin muntah. Aku menangis.

" Raja...siapa yang..." kata-kataku terhenti saat melihat kedua tanganku. Darah merah seperti halnya darah yang ada di tubuh raja. Apa artinya aku yang telah membunuh raja. Pedang berlumuran darah yang ada ditangan kananku langsung kulempar menjauh. Aku takut kenyataan bahwa aku telah membunuh raja. Aku telah membunuh orang yang kucintai.

Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah menangis menyesali perbuatanku. Kupeluk tubuh itu kuat-kuat seolah aku tak ingin melepasnya lagi. Aku berharap disela pelukanku itu ada satu tanda kehidupan yang bisa bertahan. Tapi nihil. Tak kutemukan meski sekecil apapun itu. Dia telah mati. Raja Arthur telah mati. Dan aku yang telah membunuhnya. Apa yang harus aku katakan nantinya kepada Ratu Guinevere. Apa yang harus kukatakan juga pada Merlin, Gareth, Agravain, Gwain bahkan pada kakaknya Kay. Aku benar-benar tak tahu lagi apa yang harus kulakukan.

" Tuan Lancelot," kembali kusambar pedang yang tadi kulemparkan dan langsung mengacungkannya pada si pemilik suara yang sepertinya kukenal itu. Merlin. Dia menatapku dengan pandangan iba. Dia mendekatiku dengan aku masih mengarahkan pedangku padanya. Begitu sampai dia lalu membungkuk kearah Raja Arthur. Kulihat kedua bibirnya berucap sesuatu dengan lirih hingga aku sama sekali tak tahu apa yang dia gumamkan.

" Tuan Lancelot. Sebaiknya tuan kembali ke istana. Pertahanan istana sedang lemah setelah kematian dari Gareth juga sekarang Raja Arthur," Merlin menghembuskan matanya lalu menutup kedua mata raja setelah beberapa kali mengusapnya. Aku hanya menunduk lesu. Dalam pikiranku sekarang masih dipenuhi oleh aku yang telah membunuh raja. Aku benar-benar tak bisa memaafkan diriku sendiri. Rasanya aku ingin segera mati.

Kuarahkan pedangku kearah perutku yang terbuka. Kuayunkan sekuat tenaga agar isi perutku segera keluar semua seperti apa yang kulakukan pada raja. Sayangnya Merlin menahan laju pedangku dengan sihirnya. Bahkan tanpa memalingkan wajahnya dari Raja Arthur. Dia memang hebat. Tidak salah jika Raja Arthur memilihnya menjadi seorang arcmage. Tapi aku tidak ingin hidup lagi saat ini. Berkali-kali aku menusukkan pedangku kearah perutku tapi tetap saja. Seperti ada sebuah penghalang yang melindungi diriku dari pedangku sendiri.

" Kenapa. Kenapa kau tak membiarkanku mati saja. Aku sudah membunuh raja. Aku tak pantas lagi untuk hidup," aku menangis lagi. Pedangku terjatuh karena tanganku tak berhenti bergetar. Kali ini Merlin memperhatikanku masih dengan tatapan iba miliknya.

" Kau tak boleh mati. Jika kau mati Ratu Morgan akan tertawa senang karena berhasil mendapatkan kalian berdua. Jika itu terjadi bahkan kematian Gareth-pun akan sia-sia," Merlin menepuk pundakku mencoba menenangkanku mungkin. Tapi aku malah semakin panas karena mendengar nama Morgan.

Wanita itu, wanita yang sangat kubenci. Dia mencintai Raja Arthur dan mencoba merebutnya dari Ratu Guinevere. Karena itu dia memulai perang ini. Dan aku adalah salah satu pion miliknya yang bebas dia kendalikan saat aku mengejarnya dan tak sengaja menghirup aroma mawar yang seketika membuatku pingsan. Aku tak tahu ternyata aku telah membunuh Gareth, satu dari ksatria meja bundar sepertiku. Bahkan kini aku juga membunuh Arthur. Aku benar-benar tidak berguna.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang