Different Person

32 2 0
                                    

3| He who seems like an over-reacted lost child is the one they called Lancelot?

Aku baru saja masuk lagi setelah meminta Pak Surya, supir mama, untuk mengantarkan motorku yang sekarang sudah tidak mulus lagi itu ke bengkel langgananku. Anak itu masih duduk dengan tenang ditempat aku terakhir kali melihatnya tadi. Belum beberapa detik aku duduk dengan tenang mama langsung heboh datang membawa minuman dan camilan. Setelah itu dia langsung pergi lagi kembali melanjutkan acara memasaknya yang tertunda. Perlu informasi, keluargaku tidak menggunakan juru masak. Mamaku bukanlah wanita karier seperti mama-mama teman sekolahku yang lain jadi dia memiliki waktu untu sekedar memasak. Lagipula gaji papa sudah lebih cukup untuk membiayai kami semua. Hanya mama memang juga memiliki sebuah butik kecil tapi dia serahkan pekerjaannya pada asistennya hingga paling dia ke butik untuk memeriksa saja.

Hening. Tak ada pembicaraan diantara kami. Aku tak terlalu suka dengan kondisi seperti ini hingga aku mengambil remote tv dan memencetnya. Begitu layar tv hidup laki-laki disebelahku ini terpekik. Dengan buru-buru dia berdiri dan mengambil pedangnya.

" Ada orang yang terjebak di kotak itu! Sihir apa yang kau gunakan. Kasihan mereka jika tidak segera dikeluarkan," katanya sembari mendekati layar tv bergambarkan seorang anak yang sedang meminum jus dengan pedang yang terhunus. Sebelum anak ini juga menghancurkan tv, aku segera menahan tangan kanannya yang hendak menebas benda kotak itu.

" Mau ngapain loe! Cepet balik duduk!" pekikku. Aku berhasil menghentikan tebasannya beberap detik sebelum pedang itu menyentuh tv-ku. Dia masih kekeuh ingin menebasnya. Gila, ini orang badannya kecil tapi berat banget kaya hulk- meski aku tak tahu seberapa berat hulk sebenarnya- yang lagi bertransformasi. " Aku ingin menghancurkan kotak sihir itu agar orang-orang didalamnya bisa bebas," jawabnya dengan tegas. Ini anak apa tinggal didalam gua ya. Tadi motor sekarang tv apa dia juga tak tahu tentang hp juga.

" Loe jangan gila ya. Ini rumah gue. Loe gak bisa seenaknya ngancurin barang dirumah gue!"

" Eeeehhhh. Apa-apaan ini," terdengar suara teriakan mama dari belakang. Aku bersyukur mama datang disaat yang sangat tepat.Thanks God. " Gak boleh bawa-bawa senjata tajam didalam rumah," kata mama dan langsung meraih pedang anak itu. Dia kelihatan ingin protes tapi mama langsung memasang mata tajamnya. Hahaha, rasakan itu. Karisma mama memang tak ada duanya.

" Dan kamu Yosia Andries!" mata mama beralih kepadaku masih dengan tajam. " Bawa dia kekamarmu dan pinjami dia pakaian yang lebih pantas. Lihat dia sampai berkeringat gitu. Suruh dia mandi juga. Dan tak ada protes. Sehabis mandi kalian turun buat makan," aku tak bisa membantah lagi.

Dengan sekali sentak aku menarik lengan Lancelot dengan paksa agar segera mengikutiku menaiki anak tangga. Setelah aku membuka pintu dia terdiam. Ada apa lagi dengan anak ini. Apa dia juga akan berniat menghancurkan kamarku juga. Namun anggapan itu hilang seketika saat aku melihat ekspresi Lancelot. Dia terbengong dengan wajah takjub.

" Apa anda keturunan raja? Kamar anda seperti kamar Raja Arthur. Luas dan besar. Apalagi dengan tempat tidur yang besar juga," ujarnya dengan takjub. Aku menghela nafas. Jika dia hanya berakting saja aku akui kemampuannya sangat hebat hingga bisa melakukan adegan seperti ini. Mungkin dia memang sudah benar-benar mendapat piala oscar. Atau, dia memang orang gila yang suka berkhayal menjadi anggota kerajaan.

Tetap kutarik tangannya agar cepat masuk dan segera kututup pintu kamarku. Setelah kubuka lemari pakaianku dan memilihkan baju yang cocok untuknya aku segera membawanya ke kamar mandi yang memang ada dikamarku sendiri. Aku memang meminta agar kamarku memiliki kamar mandi sendiri. Aku suka malas jika saat terbangun malam-malam dan ingin buang air kecil aku harus naik turun tangga dulu. Bisa-bisa aku keluar saat dijalan. Belum lagi jika aku benar-benar sudah tak tahan. Jika aku berlari lalu terpeleset dan jatuh dari tangga paling atas dan mengalami gegar otak siapa yang harus disalahkan. Aku? Tangga? Kamarku? Atau adik kecilku yang tak tahan ingin kencing itu? Entahlah aku tak ingin mempermasalahkannya karena siapapun yang salah pasti mereka tak akan bisa dipenjara. Bayangan saja jika tangga, kamar juga adik kecilku ini dipenjara. Nggak banget kan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang