" Kita putus!"
Kata-kata itu masih saja terngiang dibenakku meski sudah terjadi hampir satu jam yang lalu. Setelah satu tahun menjalani hubungan ini dia seenaknya saja memutuskanku hanya karena dia tertarik dengan laki-laki lain. Cih. Perempuan memang sama saja. Jika ada yang bilang bahwa semua laki-laki itu brengsek suka main-main perempuan, maka jangan lupakan juga fakta bahwa di zaman sekarang ini perempuan juga sama.
Aku benar-benar tak habis pikir dengannya. Masih mending jika incarannya kali ini adalah Erick atau Fian yang notabenenya memang populer sepertiku. Hanya saja ini, Ardi, yang tak terlalu tampan bahkan populer saja tidak. Mungkin populer dikalangan orang sepertinya atau populer karena tidak populer, bisa jadi. Meski aku pernah mendengar rumor bahwa ayah Ardi adalah salah satu dari sepuluh orang terkaya di Indonesia. Jika melihat alasan ini wajar jika perempuan itu - bahkan aku sudah tak ingin lagi menyebutkan namanya - beralih pada laki-laki yang entah populer atau tidak itu, aku tak terlalu mempermasalahkan hal itu sebenarnya. Setidaknya aku tahu kini siapa sebenarnya wanita jalang itu. Well, sepertinya mereka akan cocok nantinya. Kumpulan jalang hahaha.
Kupercepat laju motor milikku dengan menarik gasnya dengan kuat-kuat hingga mentok dan tak bisa lagi kuputar. Rasanya menenangkanku karena aku berasa seperti burung yang tengah terbang bebas ketika mendapat terpaan angin di wajahku.
Dengan cepat aku menginjak rem. Bahkan aku juga menarik tuas rem depanku karena tiba-tiba saja ada orang yang begitu saja muncul ditengah jalan tepat beberapa puluh meter didepanku.Aku sudah membunyikan klaksonku tapi coba tebak apa yang malah dilakukan oleh orang itu. Bukannya minggir dia malah menghadap kearah motorku dan menghunuskan entah pedang atau apa. Setelah beberapa meter aku berhasil menghentikan laju kendaraanku dengan bunyi decitan ban yang bergesekan dengan aspal jalan. Nafasku tersenggal. Bahkan keningku sampai berkeringat.
" Hiiiyyaaaaahhhh!" aku belum sadar apa yang terjadi setelah aku mendengar ada bunyi sesuatu yang retak tepat didepanku. Sekali lagi dia berteriak dan aku kembali mendengar bunyi retakan lagi dan kali ini ada juga sesuatu yang jatuh ke tanah. Karena penasaran aku menoleh kedepan. Setelah beberapa detik kedepan aku langsung menyesali kenapa aku tak menabrak orang ini tadi, meski aku juga takut dosa dan masuk penjara sih. Tapi sumpah, kelakuan orang ini membuatku darah tinggi. Bagaimana tidak, bukannya dia meminta maaf karena sudah menyebrang jalan tanpa tengok kanan-tengok kiri-meski aku juga tak tau dari mana datangnya orang ini karena tiba-tiba saja dia sudah berada ditengah jalan- tapi dia malah berulang kali memukul lampu depanku dengan entah apa yang dibawanya hingga lampu depan motor kesayanganku itu hancur.
" Anjing! Apa yang lo lakuin sama motor gue!" dengan sigap aku turun dari mobil dan segera mencegah orang itu untuk memukul kembali motorku secara membabi buta. Aku benar-benar meratapi nasibku dan motorku hari ini. Kita sama ya, sama-sama hancur hari ini. Setelah puas meratapi diri secara berjamaah dengan motorku ini aku kembali memandang orang-atau lebih tepatnya pemuda- yang dari tadi tak kulepas lengannya karena aku takut dia akan kabur sebelum aku meminta ganti rugi padanya. Jika sampai itu terjadi jelas aku rugi.
Kini aku yang tertegun. Sampai beberapa kali aku memandang orang ini dari atas ujung rambutnya hingga ujung jempol kakinya yang tak terlihat itu. Orang bodoh macam apa yang bepergian dengan kostum macam ksatria kerajaan. Apa ini semacam kegiatan cosplay atau semacamnya.
" Lo!" aku menatap tajam padanya agar dia tahu siapa bosnya disini. " Loe harus bayar ganti rugi karena udah ngrusakin motor gue," ujarku dengan nada kejam. Terserah aku mau kejam, sadis, atau tak berperi kemanusiaan sekalipun. Aku sedang badmood dan orang ini menambah daftar badmoodku hari ini. Mumpung ada orang yang bisa kujadikan korban, kenapa tidak.
Dia sama sekali tak memberi jawaban. Aku kesal dan ingin segera memukulnya saat itu juga. Sayangnya suara-suara umpatan pemilik mobil-mobil mewah dibelakangku sudah berkumandang menyuruhku agar segera menyingkir. Teriakan-teriakan sumbang mereka semakin membuat moodku benar-benar berantakan. Jika saja aku adalah mutan dan memiliki kekuatan seperti seorang Jean Gray, aku akan langsung melempar orang-orang itu beserta mobil-mobil mereka ke tengah Samudra Atlantik agar mereka dikelilingi hiu dan mengunci mulut sampah mereka. Tapi aku bukan mutan-mungkin juga iya, aku sendiri tak tahu- dan aku tidak memiliki kekuatan Jean Gray jadi aku tak akan melakukan tindakan yang sangat ingin kulakukan itu. Jadi yang bisa kulakukan hanya membalas umpatan mereka sambil menggiring motor dan juga orang itu kepinggir jalan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Teen FictionLancelot - Aku masih syok dengan kenyataan bahwa aku sudah membunuh Raja Arthur. Merlin mengatakan jika ini semua karena aku terkena mantra Morgan. Saat aku menyendiri di taman di tempat yang raja sukai, Morgan datang mempengaruhiku. Tiba-tiba saja...