Pesantren is My Destiny

1K 23 31
                                    

Destiny? Oh, no, I wouldn't in pesantren forever.

----

Siapa yang nggak pernah mengomentari kalau pondok pesantren adalah penjara suci buat anak-anak nakal?Apakah itu benar adanya? Tidak semua anak pondok berasal dariorang-orang yang memiliki tabiat yang buruk. Disana juga ada yangserius ingin belajar agama, dan ada yang tidak punya tujuan sepertiaku.

Aku juga nggak tahu kenapa bisameneruskan SMP di pondok pesantren. Sejujurnya aku nggak pernah punyaminatan masuk ke pesantren, memikirkannya pun tidak. Ayahku, ataukupanggil saja beliau Bapak karena aku orang suku Jawa, mendapatinformasi sebuah pondok pesantren modern di sebuah kota kecil bernamaKendal. Untungnya saja di Kendal, karena rumahku di Semarang danjarak kedua kota itu hanya bersebelahan. Bapak pun mengajakku kesanabersama Kakak, Adik, dan Ibu untuk melihat pondok pesantren modernyang bernama Selamat(nama sebenarnya, tapi aku nggak bermaksudpromosi). Pondok tersebut nggak salaf, dan santriwan-santriwatinya digabung. Mungkin lebih tepatnya dinamakan sekolah berasrama dibandingpondok.

Kesan pertama saat aku melihatgedungnya, takjub. Benar, bangunannya besar-besar dan warnanya putihsemua termasuk masjidnya, berasa kayak di surga(haha...nggak semiripitu pastinya). Lalu kami berkeliling, diajak oleh salah satu gurudisana, untuk melihat-lihat isi dari pondok pesantren tersebut. Akuterus takjub karena arsitekturnya. Disana juga ada air mancurnya jugataman bermain mini.

"Gimana? Mau masuk disini?" tanyaBapak.

"Hii...iya," jawabku sambilmesam-mesem.

Itu baru ekspetasinya saja. Aku terlalutergoda oleh lingkungan pondoknya yang seperti istana, jadi akulangsung mengambil keputusan seperti itu. Padahal kalau aku menolak,mungkin saja aku dimasukkan di SMP luar.

Ternyata...aku harus hidup mandiribersama anak-anak lain, jauh dari orang tua. Pertamanya memang tidakenak ditinggal orang tua karena biasanya selalu bareng sama mereka.Tapi setelah menjalani hidup bersama teman-teman sekamar sangatmenyenangkan. Kita selalu bercanda bareng, celelekan dimasjid, dan yang paling penting adalah sifat perhatian diantara kami.

Itu baru kehidupan kelas 7. Saat naikkelas 8 kami harus terbagi menjadi 2 karena diadakannya pemadatankamar. Jadi 4 orang ada di pojok kiri, dan 4 orang ada di pojokkanan. Aku dapat kamar paling jauh dari kamar mandi. Kehidupannkuyang baru kesenangannya mulai memudar, semakin memudar saat naikkelas 9. Penduduk asli dari kamar pojok tersebut membullyku. Akunggak tahu alasan mereka bisa membullyku. Apakah mereka hanyabercanda dan aku tidak bisa membalas candaannya atau gimana. Pokoknyacandaan mereka benar-benar nggak lucu.

Aku selalu menangis karena tindakkanmereka. Selalu ingin cepat-cepat lulus dan tidak akan kembali lagikesini. Untungnya ada satu penyelamatku disana. Dialah salah seorangteman sekamarku yang masih sabar dan mau bersamaku apapun aku. Diamemang baik, sangat baik, terlalu baik.

Akhirnya aku lulus juga, melepaskanjabatanku sebagai anak SMP. Setelah itu aku inginnya masuk SMKjurusan animasi(aku suka sekali animasi setelah melihat MV Vocaloiddari Project Diva). Aku masih ingat kalau ada yang mengejek-ngejekkalau mau melanjutkan SMA di PMS(singkatan pondok tersebut). Aku jugapernah bilang kalau aku niatnya tidak akan masuk ke pondok itu lagi.Namun kenyataannya, aku masuk lagi di PMS karena tidak ada pilihanlain. Padahal sebelumnya aku sudah berkunjung ke SMK 4 hanya sekedartanya pendaftarannya buka kapan. Kukira aku akan masuk kesana.

Itupun permintaan Ibu, memintaku untukmelanjutkan sekolah di PMS. Lucunya, setelah ku setujui kok Ibu malahtanya padaku:

"Mau masuk ke SMA mana?"

Jelas saja aku heran. Lho? Gimana, sih,Bu? Katanya aku disuruh masuk kesana lagi? Kok malah tanya mau masukkemana? Begitulah.

Permintaan Ibu tersebut diperkuat olehprinsip Bapak. Katanya, kalau menuruti perkataan Ibu hidupnya akanberkah(Amien). Aku yakin beliau benar karena sudah berpengalaman,jadi kuikuti saja prinsip Bapak dan melanjutkan SMA di PMS lagi.

Ternyata yang melanjutkan di PMSlumayan banyak. Mungkin mereka sudah terlanjur nyaman hidup dilingkungan pondok yang mengutamakan kebersamaan. Mungkin mereka takutkalau sekolah diluar malah disombongin sama anak-anak sana danpergaulannya nggak baik(aku nggak yakin tapi menurut mereka begitu).Pokoknya kehidupan luar dan pondok itu berbeda. Kesimpulannya sepertibedanya hidup di perkotaan dan di hutan.

Selain bertemu dengan anak-anak alumni,aku juga bertemu dengan anak-anak baru. Mereka sangat seru, mungkindari pergaulan mereka yang bebas saat SMP jadi kehidupan SMA ku lebihberwarna dibanding SMP yang masih malu-malu.

Walaupun sudah bertambah anak-anakbaru, anak-anak alumni masih menjaga kebersamaan dengan mengadakanbukber saat bulan puasa. Tapi nggak akan selamanya kami begitu. Kamipun menciptakan suasana angkatan dengan teman-teman baru yang lain.Angkatan SMP ku pernah membuat lagu juga kaos(walau kaosnya nggakselaku pas SMP), angkatan SMA juga demikian. Sudah pasti yangmenciptakannya adalah anak-anak alumni.

Hidup di pondok ada enak dan enggaknya.Enaknya, sekolah dekat, selalu ketemu teman 24 jam dengan asal yangbermacam-macam, makanan selalu ada dengan bermacam-macam lauk pauk,loundry, kantin, hingga penjahit ada, dan yang paling pentingguru-gurunya mayoritas masih muda, baik umurnya atau baru sajawisuda. Jadi kebanyakan santri jadi malah mengajak bercanda samagurunya saat KBM. Tapi kami tetap mengingat peraturan utama yangdikatakan Bapak Pendiri yaitu tawaduk atau rendah diri.

Dan nggak enaknya, lebih menonjolkearah kebebasan untuk merasakan udara di luar lingkungan pondok.Yeah, kebebasan anak-anak dibatasi. Izin keluar hanya hari Minggu dandijatah. Maksudnya kalau Minggu pagi ini yang keluar cewek, berartinanti siang cowok, begitupun sebaliknya. Setiap Minggu selaludi-rolling. Tapi yang dapat jatah izin keluar pagi ada joggingnya.Keluarnya pukul 06.00 sampai 08.00, setelah itu perizinan keluar.Kalau mau keluar lagi ya boleh. Tapi kalau benar-benar ada keperluanpenting yang butuh keluar bukan hari Minggu, minta memo ke walikelas.

Kemudian izin pulang. Ada yang dijatahsebulan sekali, juga hanya dijatah sekenanya(sesuka hatinya kesiswaanmungkin). Dan pulangnya hanya 2 hari 1 malam, alias pulang sabtusore, balik lagi Minggu sore. Tapi biasanya balik ke pondoknya padadimolorin sampe malam atau malah subuhnya baru berangkat ke pondok.Dan semua perizinan untuk merasakan 'kebebasan' itu memakaikartu.

Lalu larangan membawa 'alat perantaramenuju dunia luar' atau istilah kerennya 'barang haram' sepertiHP dan modem. Walaupun sudah dilarang tetap saja ada yang membawa.Biasanya kalau telinga kesiswaan mendengar ada yang membawa barangitu, langsung sidak mendadak dan barang-barang itu disita. Kalauberkali-kali membawa, terpaksa deh "Sampai jumpa, HP kesayangan"karena dipaksa diremukkin sama kesiswaannya :P . Jadi jangan bawa HPyang bagus-bagus, bawanya yang harganya 200K aja(lho, kok malahngusulin, sih? Jangan dengarkan perkataan Author yang satu ini!)

Satu lagi hal yang menyenangkan disini.Untuk liburan sekolah disamakan dengan liburan umumnya, jadi ikutpemerintah. Setelah UAS libur tahun baru, UKK juga, saat kelas 3ujian diliburkan, dan yang menarik hati liburan awal puasa. Setelahliburan awal puasa selesai, kami kembali lagi dipondok hanyaseminggu, kemudian libur lagi dalam rangka Idul Fitri. Biasanya waktuseminggu itu menjadi kesempatan anak-anak untuk membawa 'barangharam'. Lagipula hanya seminggu, untuk apa kesiswaan menyidak? 'Kansetelah itu dibawa pulang lagi, seperti itulah kesimpulan darianak-anak.

Okay, mungkin baru segitupengetahuanku, karena saat aku menulis ini aku belum lulus dan masihkelas XI. Kalau aku sudah lulus, insya Allah kulanjutin lagi.

[5-6 September '15]

Pesantren is My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang