chapter 2

494 59 24
                                    

Suara dentingan gelas dan mangkuk
Membangunkan ku

'Oh astaga aku tertidur disofa lagi..' Batinku menggerutu.

Aku melihat dia sedang berdiri memunggungiku seraya memanaskan air di teko.

Dengan panik aku membalikan bantal untuk memastikan kertas ku masih ditempatnya. Dan syukurlah, ia masih disitu.

Suara dentingan dari sendok yang sedang berputar didalam cangkir olehnya menjadi irama tersendiri untukku.

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali ketika debu memasuki mataku...

"Kau kenapa?"

"Uh, tidak, mataku hanya kemasukan debu"

"Coba sini kulihat" Louis membawa wajahku dengan lembutnya kearah wajahnya.

Lalu dengan perlahan ia meniupi bola mataku..

Aku berkali Kali mengerjapkan mataku karena perih, dan Louis berusaha keras agar mataku tidak menutup supaya ia bisa meniup mataku dengan mudah.

"Nah, selesai" ucapnya sambil tersenyum, "jangan rusak mata indahmu Harold, I love you" tutur Louis

Aku mengangguk "I love you too Louis" jawab ku dan tersenyum manis.

.. PRANKK..!

suara benda pecah membuyarkanku Dari lamunanku

Aku bahkan tidak tau kalau aku melamun dan .. Ah lupakan saja.

Kulihat Louis sedang mencaci maki mangkuk sereal yang pecah dilantai, aku pun beranjak mendekatinya dimeja pantry.

"Biar kubantu" ucap Ku pelan, Louis yang tadinya ingin berjongkok pun langsung berdiri tegak dan berjalan kearah lemaci untuk mengambil mangkuk yang baru ,lalu mengisinya dengan sereal dan susu, lalu ia pergi kemeja makan dengan semangkuk serealnya, melewatiku seakan aku hanya patung.

Aku menundukan kepala Ku untuk mengambil serpihan - serpihan beling dilantai.

baru aku menyentuh beling itu, tiba-tiba suara teko yang sudah panas berbunyi, karena kaget aku pun tidak sengaja melukai tanganku dengan beling tersebut, menyebabkan luka yang cukup panjang dan lebar.

"Uh.." Iirihku pelan, takut Louis mendengarnya.

Aku terus menahan rasa sakit ditangan ku , aku memandang luka ditangan ku, baru aku sadari luka itu sangat dalam dan sedikit mengenai urat nadiku, dan darahnya tidak mau berhenti..

'Oh tidak..' Batinku panik.

Dengan segera aku menutup tangan Ku yang berdarah dengan kausku lalu aku berjalan cepat kekamarku.

Tetapi tidak lupa aku mengambil kertas yang berada dibawah bantalku lalu aku melesat memasuki kamarku dan mengunci pintunya.

Ini buruk! Darahnya tidak mau berhenti!

Dengan sekuat tenaga aku menahan rasa sakit ini. Memejam kan mataku seakan akan ini hanya ilusi, dan ketika aku membuka mata lukanya akan menghilang.

Kausku berlumuran darahku sendiri. Aku menangis. Ya aku menangis.

Ini sakit sekali, tapi lebih sakit ketika Louis memperlakukan ku seperti itu..

Aku merangkak pelan ke meja di kamarku dan mengambil kertas tadi dan sebuah pulpen

Dengan perlahan aku menuliskan kata kata dikertas itu,

'I don't ever tell you
How I really feel'

Bagaimana aku bisa mengatakan Yang aku rasakan jika kau saja tidak pernah mau mendengar sepatah kata dariku?..

Cause I can't find the words to
Say what I mean'

Aku juga tidak dapat menemukan kata apa yang ingin aku ucapkan ketika kau memandangku dengan pandangan yang menunjukan bahwa kau tidak ingin didekatku..

Tangisku pecah, darahku menetes dikertas,

Aku menyembunyikan wajahku dibantal agar suara tangis ku tidak terdengar sampai keluar..

Aku bodoh, sangat bodoh!

Kenapa selalu aku yang harus merasakan penderitaan ini??

Apakah Louis juga merasakan hal yang sama??

aku tergelak miris "tentu saja tidak." Lirihku.

Tiba - tiba kenop pintuku bergerak lalu disusul dengan gedoran pintu yang tidak sabaran.

Dengan panik aku melempar bantalku kesembarang tempat dan berjalan tertatih mendekati pintu, kurasakan pusing yang menjalar ketika aku berhasil menyentuh gagang pintu tersebut.

Ketika aku membuka pintu, ia sudah berdiri sambil menyilangkan tangannya diatas dada.

Aku tersenyum getir saat melihat wajahnya.

"Kenapa pecahan mangkuk itu masih--"

Belum sempat louis menyelesaikan kalimatnya,aku terjatuh..

Rasanya lututku sudah tidak mampu menahan berat tubuhku sendiri

Kepala ku pusing luar biasa, semuanya serasa berputar..

"Uuhh" erangku pelan seraya memegang kepalaku.

"H-harry?" Aku tidak menggubrisnya, sakit dikepala ku membuat ku terfokus kepada sakitnya.

Kurasakan ia berjongkok disampingku, "k-kau k-kenapa?"

Hati ku berseri-seri ketika dia mengatakan sepenggal kalimat sederhana itu.

Aku mendongakkan wajahku untuk melihat wajahnya, "Hai" ucapku lirih disertai senyuman manis ku, dan disaat aku menutup mata aku merasakan ada segelintir air mata kebahagiaan dan kesakitan yang mengalir dari ujung mataku.

"Harry?? Harry?! Wake up! Harry maafkan aku!! Harry kumohon!" Hal yang terakhir aku dengar sebelum aku benar - benar merasakan semuanya gelap.

TO BE CONTINUED..

WELL... HELLO PALS! *TAMPANG GA BERDOSA*

HEHE

ok ok maap beribu maap gais.... gue....selaku penulis amatiran dengan jujur mengatakan kalau.... kemaren2 gue gaada ide:''

Dannn..... jujur aja ya android gue screen nya pecah:" jadi kalo ngetik mesti dimiringin(?) Hayati sedih*lah jadi curhat*

Berterimakasih lah pada ma lovely mommy yang udah ngebolehin gue buat minjem andro nya untuk ngelanjutin ff ini:" (fyi,mama gue juga wattpad user:'))

So yeah ini A/n yang sangat panjang:")

See ya in next chapter guys!
All the love. K.x

Just A Little Bit Of Your Heart.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang