Oh! My God! #1

123 11 5
                                    

Aya menopangkan dagunya diatas kedua telapak tangannya. Raut wajahnya terlihat sangat senang. Seulas senyum manis masih tercetak jelas di bibirnya sejak Aya sampai di sekolah. Bahkan Anne sampai terbengong melihat tingkah sahabatnya yang berubah drastis. Bukan hanya Anne, tapi semua anak di kelas Aya kini tengah memperhatikan tingkah absurd Aya. Aneh!

Anne menepuk kedua pipi Aya bergantian. "Lo kenapa Ay? Gila ya? Sejak kapan lo jadi gila gini? Kok lo nggak ngasih tau gue si?" Ucapnya disusul anggukan dari anak kelas.

Aya menolehkan kepalanya menghadap Anne. Kemudian seulas senyum sangaattt manis terbentuk di bibirnya. "Nggak papa." Nah kan! Ini namanya udah nggak wajar lagi!

"Eh semuanya cepet panggil Bu Eni kesini!" Teriak Ane keras yang langsung disambut dengan anak kelas yang berhamburan keluar meninggalkan kelas.

Aya cengo melihat tingkah sahabat dan teman sekelasnya itu. "Mereka kira gue sakit apa?! Sampai panggil Bu Eni segala!"

Aya jadi kesal. Ia heran dengan sahabat dan teman sekelasnya. Kemarin waktu Aya masih kayak mayat hidup mereka semua sedih. Eh, sekarang giliran Aya sudah semangat lagi mereka malah bertingkah absurd. Sebel!

Aya yang sudah kesal segera bangkit dan berjalan keluar kelas, meninggalkan Anne yang sedang sibuk dengan tingkah absurdnya itu. "Oyy Ay! Lo mau kemana? Oy-"

Aya tidak peduli dengan suara Anne yang sedari tadi memanggilnya. Kakinya menghentak-hentakkan lantai koridor dengan kesal. Pipinya terlihat menggembung. Tidak peduli dengan pandangan siswa lain yang memandangnya heran, kakinya melangkah menuju ruang musik.

Aya memang diberi kebebasan untuk keluar masuk ruang musik seenak jidatnya, karena dulu Aya sering bermain biola di ruang musik.

Sampai di depan ruang musik, tangannya memegang knop pintu. Aya menghela nafas pelan. "Lebih baik aku istirahat disini saja."

"Emphhh... shhh.." suara desahan terdengar dari dalam ruang musik. Dahinya berkerut bingung.

"Suara apa itu?" Dahinya semakin berkerut. Telinganya sengaja ditempelkan di pintu agar dapat mendengar lebih jelas. "Ahh.. Bryan.."

Suara itu terdengar lebih keras. Aya menggaruk pipinya yang tidak gatal, bingung. Matanya membulat. "Jangan-jangan!" Tangannya membuka pintu ruang musik dengan cepat.

Brak!

"Kyaaa!!! Kalian sedang apa?!!!" Teriak Aya keras.

OH MY GOD! Mata Aya yang tadinya sudah membulat menjadi lebih lebar. Mulutnya terlihat membuka lalu menutup lagi. Tepat didepannya ada sepasang kekasih yang sangat mesum! Aya merasakan wajahnya menghangat.

Cowok yang tadi sedang menindih ceweknya itu melirik Aya. Dengan cepat tangan Aya ditarik oleh cowok itu dan membawanya masuk kedalam. Cowok itu menutup pintu rapat lalu menguncinya.

"L-lo mau apa?!" Aya kaget karena cowok itu tiba-tiba sudah berdiri didepannya dengan half naked! Apa perlu diulangi? HALF NAKED!

Cowok itu memperhatikan lekuk tubuh Aya, dan tatapan matanya itu berhenti di depan dada Aya. "Not bad." Gumam cowok itu.

"Hah?" Aya menatap cowok itu heran. Kedua matanya beralih melihat ke arah tatapan cowok itu.

Kedua matanya kembali membulat. Kedua tangannya dengan cepat disilangkan didepan dadanya. "DASAR MESUM!!"

"Brisik." Aya merasakan sebuah benda lunak menempel dibibirnya.

Saat sadar bahwa benda lunak itu adalah bibir cowok didepannya ini. Dengan sekuat tenaga Aya mendorong cowok itu. "Puahhh.. sialan brengsek!"

Wajah Aya sudah sangat memerah, bahkan sampai ke kedua telinganya.

Cowok itu tersenyum licik. "Karena lo udah berani ganggu acara gue, sebagai hukuman lo harus nonton acara gue sampai tuntas!"

Aya menatap cowok itu horor. Cowok itu membalikkan badannya dan menghampiri ceweknya itu. Tangan cowok itu melingkar di pinggang cewek yang menurut Aya tidak punya harga diri. Baru saja Aya ingin menutup kedua matanya.

"Jangan berani-beraninya tutup mata. Kalo lo sampe tutup kedua mata lo, gue pastiin lo bakal gantiin posisi cewek ini." Perkataan cowok itu membuat bulu kuduk Aya merinding. Sial! Sial!

"Akhh.. bry-anhh.." mendengar suara desahan itu saja sudah membuat Aya mual, apalagi kalau Aya yang menggantikan posisi cewek itu.

Cowok itu terlihat meremas dua gundukan besar milik cewek yang tengah tiduran di lantai. Aya ingin sekali menutup mata dan kabur diam-diam dari sini. Tapi apa daya, pintu ruangan ini terkunci dan Aya juga tidak mau menjadi pengganti cewek itu.

Aya memperhatikan wajah cowok itu, bukan! Bukan karena Aya memang ingin menonton acara cowok itu, tapi Aya merasa pernah melihat wajah cowok itu.
Kemudian Aya teringat dengan cowok yang memainkan piano beberapa hari lalu, tetangganya. "Dia... My Savior?!"

"Akhh!!!" Teriakan keras dari cewek itu membuat Aya terlonjak kaget. Aya ingin melihat apa yang terjadi, tapi pandangannya tertutup oleh sebuah dada bidang yang entah sejak kapan sudah ada didepannya.

Aya merasa sebuah tangan kekar meraih tengkuknya dan menenggelamkan wajahnya didada bidang itu. "Jangan melihatnya." Bisik orang itu.

#####

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Your MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang