Hinata menangis tersedu-sedu di bawah pohon Sakura. Aku yang berada di sampingnya dengan setia menemaninya.
Jika saja, Hinata itu wanita seperti lainnya, mungkin ia sekarang sudah ada dipelukanku.
"Kau tahu kenapa itu terjadi?" isaknya.
Aku hanya mengangkat bahu. "Mungkin ada yang tidak suka dengannya," kataku. "Dan mungkin dia sangat benci sehingga dia membunuhnya."
Hinata menyergit. "Ah, masa sih!" katanya tak percaya. Entah sejak kapan wajahnya yang sedari tadi menangis sekarang tampak berbeda. "Apa kau percaya hantu?"
Aku memekik kaget. "Apa maksudmu?"
Hinata menatapku, seolah aku yang telah membunuh Naruto. Si cowok kaparat yang berani-beraninya deketin Hinata. "emm... hanya orang bodoh yang percaya tidak-adanya-hantu-itu."
Aku bertaut alis. "Benarkah!"
Hinata mengangguk antusias. "Tentu saja," katanya. "Kau mau tahu apa yang sebenarnya terjadi?"
"Emm... apa?" aku ingin tahu sekali. Apa yang ada dipikirannya itu?
Hinata tersenyum asimetris. "Akulah yang telah membunuh anak yang menurutmu kaparat itu," katanya yang berbisik tepat ditelingaku. "Si kaparat, Naruto!"
Mataku terbelalak dan melompat menjauh darinya.
Hinata tersenyum sengit dan menatapku bengis.
"Sekarang!" dengan jelas aku dapat mendengarkan suaranya yang tiba-tiba saja mengerikan. "Giliran kalian semua. Haha..." katanya sambil tertawa lantang.
Aku menelan ludah. Gadis cantik di hadapanku yang aku paling kagumi seumur hidupku. Ternyata mempunyai sisi gelap yang terduga. Kalau tahu begitu aku lebih baik suka dengan Sakura gadis tomboy itu yang kata orang lain ia menyukaiku.
Hinata berjalan mendekatiku. "Dimulai darimu!"
****
10 tahun kemudian.
1 april. At bangsal 364Hanabi membuka rambut palsunya saat keluar dari bangsal.
"Bagaimana?" tanya seorang pria yang berambut jabrik yang memakai kacamata. "Dapat informasi, dari Sasuke-senpai?"
Hanabi menggeleng, lemah. "Sayang sekali. Ceritanya sama saja seperti sebelumnya." sahutnya sembari berjalan menjauhi pria itu. "Konohamaru, sepertinya sia-sia saja aku berdandan mirip nee-chan. Ia tetap saja bercerita itu. Seolah Nee-chan lah yang membunuh semua orang yang ada di sekolah Konoha High School."
Konohamaru bersungut-sungut. "Kalau memang Hinata-senpai yang membunuh dan membuat srategi ini. Bisa saja kan?" katanya terus terang. "Aku tidak bermaksud untuk membela Sasuke-senpai, lho!"
Hanabi berbalik dan mendesis. "Kau bodoh atau apa?" ketusnya. "Jika Nee-chan yang membantai sekolah KHS mana mungkin dia juga ikut mati, seharusnya kan Sasuke-senpai yang mati bukan Nee-chan..."
"Iya juga, ya!"
Konohamaru berjalan mendekati Hanabi dan berkata, "Aku bukan menuduh, psikopat selalu ber-IQ tinggi. Dan apa Nee-chan di sekolah paling tinggi sendiri IQ-Nya?"
Hanabi menghentikan langkahnya. "Benar juga," sahutnya dengan cepat. "Ada kemungkinan di sekolah dulu di KHS ada 2 orang, dan itu Nee-chan dan.... " selanya. "Sasuke-senpai."
Konohamaru mendesah. "Aduh, masalah ini menghantuiku," gumamnya frustasi.
Hanabi yang sedari tadi diam langsung terbersit sesuatu. "Kau percaya hantu?"
"Eh," pekiknya. "Kenapa sekarang kita ngebahas hantu?"
Hanabi memutar kedua bola matanya. "IQ-mu rendah banget, sih?!" katanya. "Hantu. Satu kata itu yang dibicarakan Sasuke-senpai. Katanya saat itu Nee-chan bisa saja kerasukan hantu sekolah dan buummm... hancur sudah semuanya." ujarnya panjang lebar.
"Bisa saja. Aku bisa mengambil kesimpulan." katanya yang mendekatkan mulutnya ke telinga Hanabi. "Begini...."
Keduanya tengah berdebat hebat membicarakan sesuatu yang begitu serius. Hanabi dan Konohamaru si detektif pemecah masalah ini masih belum juga memecahkan misteri yang terjadi oleh Hinata dan juga Sasuke waktu itu.
Para ilmuwan psikologi pun juga bingung dengan cerita Sasuke yang terjadi sepuluh tahun lalu. Yang mengemparkan kota Tokyo hingga saat ini.
Dan lebih parahnya lagi. Masalah itu masih terus berlanjut dan akan terus menjadi misteri yang tidak bisa dipecahkan.
'The End'
.....
Sengaja bikin ending gantung. Supaya para reading bisa mecahin masalahnya Hanabi dan juga Konohamaru yang belum tuntas itu.
Sebanarnya aku ingin banget buat ff ini panjang. Tapi, sayangnya otakku nggak nyampe sejauh ini.
Oh iya, cuma mau ngasih tahu IQ-ku 99. Dan itu rata-rata. Aku malah berharap pengen IQ paling tinggi alias Jenius, kan seru juga tuh kayaknya. Ohohoho.
Oke, mulai gaje. Nggak usah didengerinnya.
See you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side
RandomKetika seseorang sedang terkena kutukan. Dan, mencoba untuk menghindar dari takdir. Jangan biarkan dia sendirian. Dan, jangan membuatnya marah hingga meninggalkanmu. Di saat seperti itu terjadi, maka kamu baru tahu sesuatu akan terjadi padamu.