Untiled- 1

122 6 0
                                    


Hai readers, maaf untuk novel Takdir Cinta belum bisa dilanjutkan karena idenya menghilang begitu aja. Mumpung lagi ada ide baru jadi langsung cepet bikin nih. Semoga kali ini bisa sampai selesai ceritanya. Rajin vote dan comment ya dan rajin nagih please biar ceritanya cepet selesai.

With Love,

How could this happened to me,

I make my mistakes,

Got nowhere to run,

The night goes on as I'm fading away.

I'm sick of this life

I just wanna scream.

How could this happened to me!

(Simple Plan - Untitled)

Author POV

PLAKKKK

Suara sebuah tamparan terdengar memekakkan telinga. Gemanya terdengar di seluruh dinding kamar mandi. Namun tak ada tanda orang-orang di luar kamar mandi yang memperdulikannya. Semua orang masih asik dengan dunianya sendiri, menghibur diri dengan suara musik bertempo cepat, diselingi suara DJ yang semakin memeriahkan suasana.

Bekas telapak tangan yang memerah terlihat jelas di pipi sang korban. Seorang gadis berpakaian pelayan yang hanya bisa menunduk sampil memegang pipinya yang masih terasa panas.

"Dasar pelayan bego! Lo tahu gak ini baju berapa harganya? Gaji lo seumur hidup belum tentu mampu ngebeli nih baju. Sengaja ya lo numpahin anggur di baju gue. Sirik kan lo sama gue !? Dasar cewek sialan. Sekarang gue ga mau tau, lo harus tanggung jawab!" teriak seorang perempuan berpakaian modis di depan pelayan itu.

Dian merasakan matanya memanas. Seumur hidup belum pernah dia ditampar orang, apalagi dimaki seperti ini. Dia sangat menyesali keputusannya menggantikan temannya yang sedang sakit sebagai pelayan di klub malam itu. Seharusnya dia tetap pada pendiriannya untuk tidak pernah memasuki klub malam terkutuk ini. Tapi karena permohonan Sasa dan tahu benar bahwa Sasa benar-benar membutuhkan pekerjaan ini, apalagi mengingat muka memelas Sasa saat mengatakan dirinya akan dipecat apabila tidak masuk malam ini karena malam minggu adalah malam haram buat para pekerja dunia klub malam untuk tidak masuk, Dian pun luluh. Dia bahkan berbohong pada orang tuanya dengan mengatakan akan menginap untuk persiapan UTS di rumah temannya.

Sedang sibuk dengan penyesalannya itu Dian merasakan rasa perih di kepalanya. Perempuan yang tadi tidak sengaja terkena tumpahan dari gelas yang sedang dibawanya karena Dian ditabrak pengunjung yang sudah mabuk dari belakang menjambak rambut hitam panjanya dengan sangat keras. Dia menjambak rambut sambal memaksa Dian mengikutinya keluar kamar mandi.

"TOLONGGG! AMPUNNNN MBAAA!!!" teriak Dian. Namun teriakannya itu tidak diacuhkan baik oleh Dian maupun orang-orang di sekitarnya yang masih asik dengan hiburan mereka sendiri. Dian ditarik keluar melalui pintu belakang. Dia berusaha meminta bantuan ke penjaga pintu namun ketika penjaga pintu melihat siapa yang sedang mernariknya penjaga itu hanya diam, bahkan langsung hormat ke wanita iblis itu.

Dian berusaha menahan tubuhnya namun dia kembali terkena tamparan yang membuatnya shock dan terdiam.

"Sekali lagi lo berusaha teriak gue ga segan-segan narik rambut lo sampe botak! Ngerti lo!?" kata perempuan itu kasar. Perempuan itu lanjut membawa Dian ke parkiran. Sesampainya di parkiran terdapat segerombolan pria muda yang sedang ngobrol sambil merokok dan minum di atas kap mobil. Terdapat deretan parkiran saling berhadapan yang tampaknya disediakan khusus karena ada tulisan TAMU VIP di tiang yang ada di dekat mobil-mobil mewah itu. Ada Ferrari, Porsche, BMW, dan Range Rover.

Mereka langsung terdiam melihat kedatangan Dian dan perempuan itu. Apalagi melihat posisi Dian yang rambutnya masih ditarik dengan muka kesakitan.

"Wow, ada apa nih Ver? Siapa nih yang jadi korban lo malam ini?" Tanya cowok bermata sipit berwajah oriental yang duduk di atas kap BMW.

"Nih Babu busuk berani-beraninya numpahin anggur di gaun Vera Wang gue. Ga tau apa dia gimana susahnya dapetin nih baju. Gue sampe harus rela ngemis-ngemis sama bokap gue demi dapetin gaun ini!"jawa Vera, nama perempuan iblis itu.

"Ampun Mba, saya bener-bener ga sengaja Mba. Ada yang.."

PLAKKKK

Ucapan Dian terputus oleh tamparan Vera. Kali ini tamparannya sangat keras sampai-sampai Dian jatuh terduduk di atas aspal parkiran.

"Wow, santai Ver. Cewek ini mungkin beneran ga sengaja." Ujar cowok berbaju biru yang tadinya duduk di atas kap Range Rover sambil berdiri. Tiga dari empat cowo yang tadinya sedang duduk di atas mobil masing-masing serentak berdiri melihat kekasaran Vera. Hanya tinggal satu orang yang tampak masih tidak terganggu dengan keributan itu. Dia masih asik tiduran di atas kap sambil menghisap rokoknya. Lengan kirinya dipakai untuk menutup matanya.

"Iya Ver, jangan emosi gitulah. Kasihan dia." Ucap cowok yang paling tinggi di antar mereka.

"Bangun lo Babu Bre*ngsek!" bukannya berhenti Vera malah makin emosi mendengar ucapan mereka. Dia menjambak rambut Dian lagi hingga Dian terpaksa berdiri.

"Ampun Mbaaa, ampunnn!" isak Dian di sela tangisnya. Dian tidak lagi dapat membendung tangisannya. Dia berlum pernah merasa semalu itu, dimaki dan dianiaya di depan orang asing. Apalagi di depan para tamu kaya ini. Kepala dan pipinya terasa ama sakit. Bokongnya juga terasa memar karena terjatuh tadi.

Dian adalah anak yang dibesarkan dengan kelembutan. Walaupun kehidupan keluarganya sangat pas-pasan namun mereka sangat bahagia. Ayah Dian bekerja sebagai guru ilmu social di SMP dekat rumahnya sementara Ibu Dian membantu perekonomian suaminya dengan menitipkan kue-kue bikinannya di kantin SMP tersebut.

"Diam lo Bi*ch, atau lo bakal ngerasain yang lebih parah dari ini!" ancam Vera.

"Diam!" tiba-tiba cowok yang masih santai tiduran di atas mobil itu bersuara. Hanya satu suara itu saja sudah cukup membuat Vera dan yang lainnya terdiam. Yang tertinggal hanya suara tangisan Dian.

Semua mata memandang ke arah pria itu. Dengan perlahan pria itu bangkit dari mobilnya dan berjalan ke arah Vera dan Dian. Dia memandang Dian dari atas ke bawah dengan sangat perlahan. Dian reflek berusaha menaikkan atasannya karena baju pelayan yang memang sudah rendah di bagian dada tambah memperlihatkan belahan dadanya karena ulah Vera terhadapnya. Namun gerakannya itu justru semakin menaikkan gaun bagian bawahnya dan semakin memperlihatkan pahanya yang hanya ditutupi stocking tipis. Pandangan pria itupun turun ke daerah paha Dian. Kemudian pria itu tiba-tiba meraih tangan Dian begitu saja dan menarik Dian ke arah mobilnya.

"Adri, mau kemana kamu? Gue belum selesai! Hei!" teriak Vera sambil melangkah mengikuti Dian dan Adri.

Adri sudah membuka pintu penumpang Porschenya dan mendorong Dian ke dalam mobilnya kemudian menutup pintu, berbalik dan berhadapan dengan Vera.

"Adri, urusan gue sama dia belum selesai! Keluarin dia dari mobil lo. Dia harus bertanggung jawab atas gaun gue!" rengek Vera kepada Adri.

"Dia milik gue malem ini. Minggir lo, atau lo mau berurusan sama gue?" Ucap Adri dengan suara pelan. Sontak Vera langsung mundur beberapa langkah dan tampak terperangah.

Adri kemudian dengan santai berjalan ke arah pintu pengemudi, masuk dan menyalakan mesin kemudian melaju pergi. Keluar dari parkiran klub malam paling terkenal di Jakarta itu.

Dian yang masih shock dengan apa yang dia alami hanya terdiam, tidak menyadari apa yang akan terjadi padanya malam itu. Malam yang akan merubah segalanya. Segalanya.

Jakarta, 17 September 2015

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untitled StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang