Salib dan Tasbih

1.1K 31 0
                                    

Salib dan Tasbih

***

Apakah rasa sayang dan cinta hanya untuk seorang yang se-Agama saja ?

" nggak. Gue ga setuju !" Bagas menggelengkan kepalanya kuat. Chelsea hanya melengos malas. Chelsea dan Bagas. Sepasang kekasih yg harus menerima cobaan yg sangat berat. Bukan karena kedua orangtua dari mereka menentang hubungannya. Namun perbedaan agamalah yg membentengi hubungannya. Bagaikan tembok rasasa yg sangat tinggi dan kuat.

Disinilah mereka sekarang. Sebuah taman yg menjadi haru-biru hubungannya. Bagas memandang Chelsea memohon. Menatap kedua manik mana Chelsea dengan rasa penuh sayang. Sedangkan Chelsea sebaliknya,ia berusaha mengalihkan pandangannya pada mata Bagas. Bagas paling tau kelemahan Chelsea. Ia tak akan bisa memandang matanya lama.

" keyakinan memang nomor satu. Tapi bati nggak akan bisa bohong " ucap Bagas meraih kedua tangan Chelsea dan menggenggamnya erat. Chelsea memejamkan matanya sejenak. Ini memang bukan keinginannya. Bahkan ia sangat ingin hidup bahagia dengan Bagas. Namun jika tidak ada salah satu yg mengalah. Entahlah!

" Hanya takdir yg menyatukan kita kelak,Bagas. Kita ngga bisa egois" dengan sekuat hatinya Chelsea memandang kedua mata Bagas. Dapat Chelsea lihat mata Bagas menyiratkan kesenduan dan memohon. Buru-buru mengalihkan pandangannya.

" ngga boleh egois? Dengan sikap kamu yg kaya gini kamu bilang ga egois ?" amar Bagas keluar. Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Ia melepaskan tangan Chelsea kasar. Mengacak rambutnya frustasi. Sungguh! Ia tak berniat membentak Chelsea seperti ini. Namun rasa sayang dan tak ingin kehilangan membuatnya lepas kendali.

" Ok ! Aku tau aku egois. Tapi aku egois demi kebaikan kita, Bagas. Kita udah dewasa bukana anak kecil lagi. Nggak mungkin kita menjalani hubungan ini tanpa ada tujuan" Bagas berdiri dari duduknya. Wajahnya memerah meredam amarah. Chelsea mendongak memandang Bagas sejenak lalu menunduk takut.

" Ya!" ucap Bagas singkat lalu pergi meninggalkan Chelsea sendiri di taman yg masih saja menangis. Ingin sekali Chelsea mengejar Bagas dan menjelaskan alasannya secara detail. Tapi Chelsea tau bagas butuh waktu untuk menenangkan diri. Chelsea mengamati punggung Bagas yg makin lama makin tak terlihat. Chelsea menjatuhkan tas kecilnya di rerumputan taman dan terduduk lelah. Entahlah ia bingung apa yg harus ia lakukan. Chelsea tau bahwa ia egois. Tapi bukanlah ini demi kebaikan untuknya dan Bagas? Aku dan kamu sama, ya sama. Sama-sama mencintai dan sama-sama takut kehilangan.

Apakah benar perbedaan keyakinan ini menjadi suatu pemisah antara dua insan yg saling mencintai ? Kalaupun iya Chelsea ingin mengubah takdir itu. Chelsea ingin menjadikan perbedaan ini menjadi suatu keajaiban. Mustahil! Ya Chelsea tau hal itu sangat mustahil. Kita sama-sama mendoakan. Aku dengan kedua tanganku yang mengepal menyatu, dan kamu dengan kedua tanganmu yang terbuka menyatu. Aku mencintaimu karena Tuhanku. Dan kamu mencintaiku karena Allah-Mu.

Chelsea pun bangkit dan berjalan dengan gontai untuk kembali ke rumahnya. Mungkin kali ini ia harus mencurahkan semua isi hatinya kepada sang Mama, memeluknya erat dan menangis sejadi-jadinya.

BRRAAAKKKK

" Bismillah! Biasa ajj lo kak!" Difa yg tengah menonton tivi di ruang tamu terlonjak kaget mendengar dentuman pintu yg berbunyi sangat keras akibat ulah Bagas. Bagas memandang wajah Difa sayu lalu ikut duduk di sampingnya. Difa! Difa adalah adik kandung Bagas. Dan Difa tau Bagas seperti ini karena apa. Difa pun melirik Bagas di sampingnya yg tengah menyenderkan kepalanya di bantalan sofa dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

" kenapa lagi sama kak Chelsea?" tanya Difa tanpa melirik Bagas karena ia tengah asik dengan siaran tivi di depannya. Bagas menurunkan kedua tangannya dan melirik Difa sekilas, melihat ke arah tivi dan memejamkan matanya. Malas menanggapi omongan Difa yg menurutnya sok tau itu.

" Lo mau gue ramal kk?"

" Persetan sama ramalan lo" ucap Bagas sakartis lalu pergi ke kamarnya di lantai atas. Difa pun hanya cekikikan melihat tingkah kakak satu-satunya itu.

TBC,

Salib dan TaabihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang