Ending

646 29 0
                                    

***

Perbedaan ini bukan berarti tanda agar kita saling menjauh, aku cinta kamu meskipun kamu beda. Sama seperti pelangi yg berwarna-warni, perbedaan warna dalam hidup itulah yg membuat hidup ini lebih indah. Bukankah memang ini alasan Tuhan menciptakan yg namanya cinta ? Supaya yg berbeda-beda menjadi satu. Chelsea mendongak menatap sosok tegap yg berdiri di sampingnya. Senyuman pun ia perlihatkan. Perlahan Chelsea bangkit berdiri di samping sosok itu.

" Kak Bagas ngga mau keluar. Jalan-jalan aja yuk kak ?" Chelsea mengerutkan keningnya bingung ketika Difa mengedipkan sebelah matanya. Lalu matanya berhenti pada sosok di bawah tangga dekat dengan ruang tamu. Chelsea pun mengangguk lalu tersenyum sumringah pada Difa.

" ide bagus Fa. Ayok?! " Chelsea pun berjalan mengikuti langkah Difa dari belakang. Matanya melirik ke arah Bagas sekilas yg tak menatapnya sedikitpun. Ternyata dia beneran marah batinnya dalam hati.

" gue jalan-jalan dulu ya kak ? Kapan lagi bisa jalan sama kak Chelsea kan ?" pamit Difa menepuk bahu Bagas pelan. Bagas bergeming tak menanggapi ucapan Difa. Ia tetap saja berdiam diri di tangga meskipun Chelsea melewatinya.

" silahkan masuk kak!" ucap Difa memperlakukan Chelsea layaknya seorang putri. Chelsea pun hanya tersenyum menanggapi perkataan Difa. Difa tau itu senyum yg sengaja Chelsea paksakan. Difa pun tau jika Chelsea kecewa karena Bagas tidak mau menemuinya. Dan Difa sangat sangat bahkan sangat yakin jika Bagas yg akan pergi dengan Chelsea, bukan dirinya.

" kak gue lupa bawa kunci mobilnya. Gue ambil di samping tv dulu ya ?" ucap Difa sedikit lantang karena posisi kaca mobil yg telah di tutupnya. Chelsea pun hanya mengangguk untuk menanggapi itu. Fikirannya sedang kacau saat ini. Sungguh ini tidak ada dalam fikirannya jika Bagas akan bersikap seperti ini. Chelsea memijit pelipisnya pelan. Membuat pusing yg ia rasakan sedikit mereda.

BRRAAAKKKK

Chelsea pun masih saja tak menoleh ketika Difa telah masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang kemudi. Chelsea hanya ingin istirahat sejenak untuk mengembalikan fikiran logisnya.

" gue anter lo pulang. Muka lo keliatan pucet" Chelsea tersentak, ini bukan suara Difa.

" Bagas! Gimana bisa kamu yg disini?" Bagas pun hanya melengos lalu melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumahnya. Difa pun tersenyum simpul melihat Bagas dengan Chelsea. Difa tau jika Bagas tak sungguh-sungguh untuk tidak menemui Chelsea. Bagas sendiri dengan secepat kilat menyambar kunci mobil di samping televisi ketika Difa berkata yg lebih tepat seperti teriakan tadi. Tanpa babibu Bagas langsung saja keluar rumah dan hendak masuk ke mobil. Namun langkahnya terhenti melihat Chelsea memijit pelipisnya pelan. Ia tertegun, ia tau Chelsea pasti merasakan hal yg sma sepertinya.

" Maaf!" ucap Chelsea lirih setelah beberapa menit terjadi ke heningan di dalam mobil. Ia sudah tidak sanggup lagi jika harus diam-diaman dengan Bagas seperti ini. Bagas dengan tiba-tiba menghentikan mobilnya dan menepi di pinggir jalan.

" Aku hanya ini hubungan kita ini akan berakhir dengan kebahagiaan. Bukannya berpisah karena adanya perbedaan. Walaupun jika memang kita harus berpisah,,, aku hanya ingin berpisah denganmu disaat aku tidak bisa berdiri dan bernafas lagi" nafaa Chelsea tercekat, matanya memanas mendengar penuturan Bagas. Hatinya sedikit lega karena Bagas tidak lagi menggunakan kata gue-elo lagi. Chelsea menunduk dalam, meremas tak selempang kecilnya. Menahan butiran kristal yg akan keluar sebentar lagi.

" Bukankah Tuhan yg menciptakan kita untuk saling mengenal dan mencintai, dan Tuhanlah yg merencanakan semua ini. Lalu mengapa cinta kita ini terlarang? " Chelsea tak lagi bisa menahan ketika air matanya tumpah. Bulir kristal itu dengan mudahnya keluar begitu saja. Bagas pun meraih kedua tangan Chelsea dan menghadapkan Chelsea dengannya. Ia dapat melihat ada raut penyesalan dalam mata Chelsea.

" Aku pernah berlari dalam gelap. Ketika sebuah mutiara yg aku sayang tiba-tiba menghilang tak berbekas karena kebodohanku. Tapi kemudian aku bertekad akan kembali lagi kedalam cahaya itu dengan caraku sendiri. Dan aku mulai sadar bahwa cahaya itu dirimu, Bagas" Bagas tersenyum geli. Lalu menatap kedua mata Chelsea dengan penuh sayang. Chelsea pun menatap balik mata Bagas dengan sorot menyesal atas apa yg ia lakukan di taman tadi.

" Selama ini aku tau jika cinta kita terlarang perbedaan agama. Kalau diriku mualaf, maka akan berakhir cinta terlarang kita" Bagas menggeleng kuat dan melepaskan kedua tangan Chelsea yg sedari tadi di genggamnya.

" nggak! Aku nggak setuju sama usul kamuu. Kamu ngga boleh ambil keputusan tanpa persetujuan orangtua kamu"

" tapi aku suka mendengar kamu membaca al-qur'an ketika di depanku. Aku juga suka ketika kamu menyanyikan shalawat untukku. Lagian mama udah ijinin aku" ucap Chelsea yg lagi-lagi menunduk. Bagas pun meraih tubuh Chelsea dan mengecup puncak kepalanya sayang.

" nanti kita omongin lagi masalah ini" Bagas pun merasakan Chelsea menganggukkan kepalanya.

Cinta karena perbedaan? Cinta itu tidak memandang perbedaan, Toh semua agama mengajarkan untuk kebaikan asal bisa saling menghargai. Bukankah cinta tidak mempersalahkan perbedaan, tetapi menerima segala perbedaan. Terkadang sepasang kekasih juga harus menunjukkan KEKUATAN CINTA mereka demi menyatukan CINTA mereka.

End

Salib dan TaabihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang