Salib Dan Tasbih #2

669 23 1
                                    

***

Perbedaan kita adalah salib di leherku sementara tasbih yg terselip di tanganmu.

Chelsea membuka pintu rumahnya dengan pelan. Tenaganya benar-benar terkuras habis akibat menangis tanpa henti. Hatinya sangatlah sakit bagaikan dibilah dengan sebilah kayu yg sangat tajam. Tak pernah Chelsea fikirkan jika semuanya akan jadi seperti ini, rasanya akan sesakit ini. Chelsea melangkahkan kakinya ke arah dapur. Samar-samar ia mendengar beberapa barang berdenting disana, dan itu artinya sang Mamalah yg menyebabkan bunyi tersebut.

Chelsea mendudukkan dirinya di meja makan. Menelungkupkan kepalanya diatas tangan yg ia tumpuk menjadi satu. Mama Chelsea menoleh ke arah Chelsea. Terkejut! Itu yg Mama Chelsea alami. Mama Chelsea pun buru-buru mengelap tangannya yg basah karena baru saja mencuci piring dengan sebuah celemek yg di pakainya lalu menghampiri anaknya.

" Chels...!" panggilnya pelan sambil memegang pundak Chelsea pelan. Chelsea yg merasakan sentuhan Mamanya di pundaknya pun langsung mendongak. Memandang sang Mama parau lalu bangkit dan memeluknya erat. Mama Chelsea pun membalas pelukan Chelsea dan mengelus punggung Chelsea naik-turun bermaksud menenangkan.

" Ada apa ?" tanya sang Mama pelan. Chelsea pun perlahan melepaskan pelukannya dan kembali duduk di meja makan. Sang mama pun ikut duduk tepat di samping Chelsea.

" apa keputusan Chelsea buat lepasin Bagas itu salah Mah? Apa Chelsea egois sama Bagas?" sang Mama pun tersenyum lembut. Menghapus air mata Chelsea pelan dengan kedua ibu jarinya.

" Ga ada yg salah sama kalian berdua. Manusia di ciptakan memang berbeda-beda, tapi jadikanlah perbedaan kalian berdua sebagai keistimewaan. Jika tidak ada salah satu pun yg mau mengalah mungkin hubungan kalian akan tetap mengambang seperti ini. Tanpa arah tujuan. Tapi sebagai orangtua kita tidak berhak untuk memaksa kalian."

" lalu apa yg harus Chelsea lakukan Mah? Jujur, Chelsea sangat nggak ingin ninggalin Bagas. Sehari nggak ketemu sama Bagas pun Chelsea ga pernah bayangin Mah" lagi-lagi sang mama pun hanya tersenyum simpul.

" Bicarakan baik-baik sama Bagas dan cari jalan keluarnya. Karena kisah cinta kamu sama seperti Mama dulu" Chelsea menatap mamanya bingung. Sama ? Apanya yg sama?

" Mama sama Papa beda Agama?" Chelsea membelalakkan matanya kaget. Sedangkan Mamanya hanya terkikik geli.

" Makanya mama sama papa nggak larang hubungan kamu sama Bagas. Karena mama sama papa juga ngalamin kaya kalian. Namun berhak keputusan bersama kami, maka papa kamu yg mengalah dan ikut agama mama" Chelsea pun memeluk mamanya kembali dan menenggelamkan mukanya di leher mamanya. Entahlah! Chelsea suka jika memeluk mamanya dengan posisi seperti ini.

" Kalau misalkan Chelsea yg ikut Bagas Mah?" mama Chelsea mengelus rambut Chelsea sayang.

" jika itu pilihan kamu mama akan ijinkan" Chelsea pun semakin mengeratkan pelukannya.

***

Bolehkah aku meminta ? Aku hanya ingin tolong berikan Chelsea untukku.

Bagas memandang langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. Entahlah apa yg sedang Bagas pikirkan. Kini pikirannya sangat lemah. Bahkan tidak bisa lagi berfikir secara logis.

CEKLEK

Bagas menoleh ke arah pintu kamarnya dan menyembullah kepala Difa disana. Bagas melengos lalu mengalihkan pandangannya.

Difa membuka pintu kamar Bagas dengan lebar lalu masuk kedalam. Bagas masih saja seperti tak ada orang di kamarnya selain dirinya sendiri.

" Kak Chelsea di bawah tuhh" ucap Difa to the point di samping tempat tidur Bagas. Bagas memandang Difa dengan malas.

" bilang aja gue lagi tidur" ucapnya dengan nada memerintah. Entahlah ia sedang tidak ingin bertemu dengan Chelsea. Meskipun dalam hatinya ia sangat merindukannya dan ingin menyelesaikan masalahnya.

" yaudah! Gue ajak jalan aja deh kak Chelsea kalo gtu. Kasihan jauh-jauh kesini tapi di anggurin.

Salib dan TaabihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang