Tragedi

78 2 0
                                    

**

Siang itu aku sudah berencana untuk tidak datang latihan basket sorenanti, ya alasanya sangat sederhana, "BOSAN."

Tapi karena banyak temanku yang memintaku untuk datang ya akhirnya aku datang, tapi nanti mintak izin untuk pulang deluan. Ya rencana yang bagus, aku harus menelepon kakak untuk menjemputku nanti.

Sore hari itu pun memang sudah datang beberapa senior basket yang sudah menjadi alumni sekolahku, dan latihan kali ini terasa berbeda dan lebih menyenangkan karena ternyata senior-seniornya baik, ramah, dan jahil semua.

Ada kak Wira, rambutnya yang berdiri-diri seperti landak. Kak Ramadhan, hebat dalam shoot 3 pointnya. Kak Abdul, pendiri pertama eskul basek, Waw! Kak Mario, ketua basket tahun lalu yang juga baru lulus tahun kemaren. Kak Dhani, yang super lincah dan pinter drible bola basket. Dan satu lagi kak Juliansyah, sering iseng sama junior tapi tetep stay cool. Dan kalau di liat dari keseluruhan para senior ini beda-beda tahun lulusnya.

"Laras? Yang namanya Laras ada?" sahut kak Mario menanyakan semua junior yang sedang latihan.

"Aku kak," jawabku singkat.

"Itu abang nya udah nunggu di depan," kata kak Mario memberitahukan bahwa abangku sudah menjemput.

"Iya kak makasih."

"Iya..."

Dan aku pun meminta izin kepada semua senior untuk pulang deluan. Menyalami mereka satu persatu.

"Hati-hati di jalan Laras," kata kak Juliansyah lembut dan sedikit mengelus rambut ku.

"Jail banget kak Juliansyah ini..." gumamku.

***

"Siang kak...," sapaku sopan.

Aku baru datang latihan siang itu, dan langsung menyalami para seniorku yang sudah datang dari tadi.

"Kok baru dateng?" tanya kak Juliansyah yang baru mau aku salami.

"Ambil baju basket dulu tadi kak," jelasku.

Dan saat aku menyalami kak Juliansyah, dia mengelus rambutku lagi. "Iiihhh.... Kak Juliansyah ini...." gumamku geram.

Latihan pun di mulai setelah semua anggota datang, dan latihan pun di mulai dengan pemanasan.

Menyenangkan dan santai. Namun tak sengaja aku dan kak Juliansyah bertatap muka, mata kami bertemu dan dia hanya melempar senyum kepadaku.

Passing, lari, shoot, rebon dan layup. Itulah konsep latihan kami hari ini dan itu memakan tenaga yang banyak.

Berkeringat, untung nya sinar matahari tak terlalu menyengat sore itu, hanya berawan tapi tak terlalu banyak tiupan angin. Sebagian siswa sudah pada pulang, sedangkan sebagian lagi mengikuti eskul lain.

Setelah hampir pukul setengah 6 sore, dan latihan kali ini cukup berat tapi tetap tak terlalu terasa capek, akhirnya pendinginan dan itu tandanya latihan telah usai. Dan waktu itu di pakai para senior untuk bermain satu kuarter bersama junior basket cowok, sementara yang cewek bersiap untuk pulang sambil melihat cara bermain para senior.

Sekali lagi, kak Juliansyah melemparkan senyumannya padaku.

Capek, berkeringan dan pegal, aku pun langsung menujuh kamar dan lekas untuk mandi.

"Kliing.... Kliing...," hapeku berbunyi.
Satu undangan grup bbm, ku konfrim dan ada kontak para senior, yang junior juga ada tapi masih sedikit. Jadi untuk kelihatan gak begitu sombong aku meinvite para senior.

"Mandi ahh...." ku tinggalkan hape di atas kasur dan pergi mandi.

****

Hape ku berdering keras dan itu sangat menggangu tidurku, kulihat satu nomor tak di kenal sedang memanggil. Dengan hati-hati ku angkat.

"Halo...," kataku singkat "Ini siapa?" lanjutku.

"Ya halo.... Ini siapa?" sahut orang itu.

Rese nih orang, malah nanya balik.

"Ini Laras..., ini siapa ya?" kembali aku bertanya.

"Ohh Laras..., hari ini dateng latihan basket gak?"

"Iya dateng bentar lagi, ini siapa ya?" bahkan sampai aku bertanya untuk ke sekian kalinya.

"Ini kak Mario, cepet dateng ya Laras udah pada ngumpul nih."

Dan ternyata itu kak Mario, ya aku baru nomor hape nya.

"Iya kak...," jawabku singkat.

Sehabis kak Mario menelepon, aku pun menelepon Kiki untuk menjemputku dirumah, ternyata Kiki pun baru selesai bersiap-siap karena dia juga di telpon kak Mario juga. Bagus dong bisa "Nebeng" sama Kiki.

Tak terlalu lama aku menunggu Kiki dan dia sudah sampai di rumahku. Rumahku pun tak terlalu jauh dari sekolahan, tapi sepertinya Kiki pun ingin cepat-cepat sampai di sekolah.

"Ki pelan aja...," peringatku yang sudah takut melihat cara dia mengendarai sepeda motornya yang hampir mirip seperti pembalap "MotoGP," tapi Kiki tak mendengarkanku.

Dia kini berusaha menyalip mobil dari sisi sebelah kiri yang jalanannya berpasir karena bekas perbaikan jalan.

Tiba-tiba Kiki menekan rem depan motornya dan motor terpeleset.

"Duaaarr....."

Tak lama ku sadari, kami sudah terjatuh ke jalan.


Bersambung.
--------------------------------
Terima Kasih bagi kalian semua yang telah membaca dan jangan lupa Vote nya ya guys ;)
Kritik dan sarannya tempel di komentar ya guys ;)

RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang