Awal dan Akhir

56 3 0
                                    

"Laras udah siap?"

"Ehh..., bentar kak," kak Abdul sudah bersiap untuk mengoleskan kan alkohol yang di pegang nya. Kucoba untuk menarik napas panjang-panjang.

Tiba-tiba kak Juliansyah meganggam tanganku, perharianku beralih ke arah muka nya.

"Tahan ya Laras, lewat doang kok," kata kak Juliansyah meyakinkan ku.
"Iya kak," jawabku singkat.

"Siap ya Laras," kak Abdul pun mengoleskan alkohol itu. Kututup mata sambil menahan perih yang membuat air mataku mengalir.

"Aduuhh," aku merintih pelan.

"Laras...," kak Jualiansyah memanggilku. Menatapku sebentar lalu mendekapku di pelukannya, "Tahan ya Laras...," bisik kak Juliansyah.

Aku hanya mengaguk pelan sambil terus menahan rasa perih, seperti ribuan jarum menusuk kakiku.
Aku merasa nyaman di pelukan kak Juliansyah. Dan aku suka rasa nyaman itu.

******

Hapeku bergetar, satu pesan bbm telah masuk. Segera aku buka dan ku baca.
"Laras udah baikan," pesan singkat dari kak Juliansyah.

"Sudah kok kak."
Dan itu berlanjut sampai malam hari.

"Kak Juliansyah," bisikku di tengah hening nya kamar ku.

Aku senang di perhatikan oleh kak Juliansyah. Semua cewek pasti sangat suka dengan orang yang memberi perhatian lebih, perasaan ini mungkin sangat nyata. Aku suka sama kak Juliansyah. Atau aku terlalu berharap? Semoga tidak. Aku suka dia Tuhan.

Aku hanya mendengar beberapa yang beredar di antara anak-anak basket, yang mengatakan bahwa aku dan kak Juliansyah seperti sepasang kekasih.

Bahkan kak Juliansyah sering datang ke sekolah untuk bertemu denganku, apalagi riwayat obrolan aku sama kak Juliansyah dari pertama hingga saat ini belum aku hapus.

"Kak...," sahutku pelan.

"Ya Laras?" jawab kak Juliansyah.

"Gak kak," aku tersenyum dan menunda untuk mengatakan tentang perasaanku kepadanya. Seharusnya kak Juliansyah yang deluan ngomong, dari semua yang bayak kita lalui, apa masih belum? Mau sedekat apa lagi kak? Kak Juliansyah ayo bilang kak! Aku suka kamu! Kak! Kamu sadar gak kak Juluansyah!

Ya ampun apa aku sudah gila karena terus menunggu pernyataan ini. Bukan! Aku hanya takut kak Juliansyah.... tak ada perasaan.... yang sama seperti aku rasakan.... aku takut.... dia hanya.... hanya menganggapku.... sebatas.... kakak adik. Itulah yang aku takuti.... Oh Tuhan....


....

Perlahan ku buka mataku, melihat langit yang bertabur bintang malam itu dan sinar bulan bersinar terang. Ku coba untuk berhenti mengenang kenangan tadi.

Dulu.... dulu sekali.... hingga aku tau bahwa kau bukan untukku. Kau hanya singgah lalu pergi meninggalkanku yang sudah banyak menaruh harap padamu.

Kak Juliansyah aku benci kau! Tapi rasa benci ku itu terus tertutup dengan rasa cinta ku yang selama ini ku pendam padamu. Sayang kau sudah tak bersamaku disini. Sakit rasanya mengetahui bahwa engkau lebih menaruh harap pada temanku, dan aku hanya sebagai penyambung bagi mu.

Tapi dengarkanlah ini kak Juliansyah, puisi yang ku buat untukmu.

"Meski engkau hanya laki-laki biasa...
Yang datang dengan biasa...
Tapi aku terpikat oleh senyum mu...
Oleh perhatian mu...
Oleh canda mu... yang membekas si lubuk hatiku...
Hingga kau renggut dan mencabik rasa sayangku...
Membuatku kecewa terhadapmu...
Terpuruk sendirian di dasar lubang yang dalam...
Menahan ego ku saat melihatmu mencintai orang lain...
Dengarkanlah ini kasih...
Aku cinta... Padamu...

Malam yang panjang setelah aku mengenang kenangan indah yang tercipta bersamamu. Mengingat setiap potongan-potongan kenangan, menghayati lalu menyimpannya lagi.
Ya untukku sendiri, saat kau datang lagi, maaf aku sudah jauh pergi bersama kenangan kita. Bukan melupakan, tapi menjalani hidup dengan kenangan itu.

Ku matikan musik dan pergi tidur.

---Selesai
-------------------------------
Terima Kasih bagi kalian semua yang telah membaca dan jangan lupa Vote nya ya guys ;)
Kritik dan sarannya tempel di komentar ya guys ;)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang