Suatu pagi aku datang lebih cepat dari biasanya. Remi juga belum datang. Aku memakan bekal yang disiapkan bibi pagi buta. Makanan dari bibi belum habis, biasanya ada Remi yang bantuin aku makan. Kok tumben ya dia belum datang jam segini?
Jam menandakan pukul tujuh. Bel masuk kelas akhirnya berbunyi. Aku masih termenung memegang bekal yang-belum-habis-dimakan sambil memikirkan kenapa Remi belum datang. Gak biasanya dia telat. Kalau telatpun dia seenggaknya ngabarin aku dia kemana dan kenapa.
Aku melihat beberapa guru memasuki ruang kepala sekolah. Seperti ada yang ingin dibicarakan, entah apa. Penasaran aku mengintip dari jendela kecil dekat pintu masuk, banyak berkas murid-murid yang berserakan di meja. Para guru seperti sedang mencari sesuatu, tapi apa?
Sudah pukul 11 siang. Remi belum juga datang. Walikelasku pun tak membicarakannya sama sekali padahal kalau ada murid yang tidak masuk pasti akan dibahas. Tiba-tiba walikelasku datang, mengatakan bahwa ada salahsatu teman kita yang akan pindah sekolah. Mendadak? Sangat. Siapapun yang akan pindah itu tidak baik, tapi kenapa perasaanku tidak enak, ada yang mengganjal rasanya. Walikelasku pun melanjutkan perkataannya, belum sempat terdengar pandanganku memudar dan akupun terjatuh.
***
Aku terbangun di ruangan tempat murid-murid sakit diungsikan. Bisa disebut UKS. Mataku mengerjap melihat sekeliling, benar ini UKS. Mataku tertuju pada seseorang yang menatapku sedaritadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/49981764-288-k752535.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perpisahan yang Tak Terucap
Cerita PendekCerita ini hanya cerita biasa yang diberi tetes kesedihan di dalamnya. Selamat membaca.