1. Such Bad News

13.5K 506 22
                                    

"Pak Nino punya anak perempuan. Bagaimana menurut kamu?"

Suara pria setengah baya yang terdengar sedikit menggema itu tak mampu membuat pemuda yang sedang duduk di hadapannya mengalihkan perhatian dari smartphone di tangannya.

"Rega, papa bicara padamu!" seru pria itu lagi, hampir menggeram melihat betapa cueknya anaknya itu.

Pemuda berwajah blasteran dengan mata berwarna kebiruan itu mendongak dengan malas, lalu tersenyum sopan pada pria setengah baya yang satu lagi, yang merupakan rekan kerja ayahnya, yang sedang duduk berhadapan dengan ayahnya dengan istrinya mendampingi.

"Saya yakin dia pasti sangat cantik. Mengingat ayah dan ibunya tampak menawan bahkan di usia yang tak lagi bisa dibilang muda," sahut Rega cukup sopan. Meskipun terkadang dia memang kurang ajar kepada ayahnya sendiri, namun dia bisa bersikap begitu sopan kepada orang lain yang berusia lebih tua.

Pak Nino tertawa. Gurat senang dan bangga tampak menghiasi wajahnya yang masih tampak menawan di usia pertengahan empat puluh. Membenarkan letak kacamatanya sejenak, lelaki itu merangkul santai pundak wanita yang duduk di sampingnya.

"Dia putri kebanggan kita. Iya kan, sayang?" tanyanya kepada istrinya.

Wanita di sebelah Pak Nino tampak mengangguk dengan senyum hangat di wajahnya. "Putri kami satu-satunya," sahutnya kemudian untuk menjelaskan.

"Penyatuan keluarga saya rasa akan memberi dampak baik pada masa depan dua perusahaan."

Oh, tidak. Rega merutuk di dalam hati begitu ayahnya mengeluarkan kalimat semacam itu. Jadi sejak awal itukah tujuan ayahnya membawanya serta dalam acara makan malam ini? Tentu saja pasti ada tujuan tersembunyi di dalamnya.

"Rega belum mempunyai calon?" tanya Ibu Sania, istri Pak Nino. Karena melihat ketampanan wajah pemuda itu, dia cukup yakin, pasti ada banyak perempuan yang mengejarnya. Apalagi wajah kebule-bulean masih menjadi favorit wanita Indonesia sampai saat ini.

Lidah Rega sudah begitu gatal ingin menyahut 'sudah' dengan lugas walaupun itu artinya dia harus berbohong. Karena pada kenyatannya dia memang tak pernah punya waktu untuk dibuang-buang hanya demi perempuan. Bahkan mungkin masa sekolah adalah terakhir kalinya dia pernah merasakan apa yang orang-orang sebut sebagai cinta. Tapi mungkin hanya cinta monyet belaka. Karena toh tak ada yang membekas di hatinya. Namun tatapan tajam ayahnya yang menatap lurus kepadanya berhasil membungkamnya. Hanya sebuah gelengan yang berhasil dilakukannya untuk menjawab pertanyaan Ibu Sania. Demi menahan dirinya dari sekali lagi membantah ayahnya.

"Dia masih muda sekali. Aku bahkan tak yakin putriku sudah ingin menikah atau belum. Tahun ini dia baru akan menginjak usia 21," sahut Pak Nino. Jelas sekali merasa ragu dengan usul perjodohan yang baru saja dilontarkan oleh pertner kerjanya itu.

"Rega sudah terlatih untuk menjadi lebih dewasa daripada usianya. Dia sudah siap menikah. Benar kan, Rega?" sahut Pak Firman, ditutup dengan lriikan tajamnya kepada Rega.

Ah, sekali lagi Rega hanya bisa terdiam. Ingin rasanya dia membantah ayahnya, seperti yang biasa dia lakukan setiap kali. Kalau saja dia tidak mengingat pesan ibundanya tentang betapa pentingnya kedua tamu mereka malam ini, dan juga pengaruh mereka terhadap masa depan perusahaan mereka yang sedang dalam tahap merintis kembali.

Tapi, apa katanya tadi? Terlatih untuk lebih dewasa daripada usianya? Memangnya siapa yang membuatnya menjadi seperti itu? Keluarga yang terpecah tentu saja telah membuatnya harus bisa menghadapi kerasnya kehidupan. Yang tak seindah kehidupan yang dimiliki oleh teman-temannya di luar sana. Dengan susah payah lelaki itu berusaha menahan dengusan kesal yang hampir saja dilakukannya.

"Kita minta saja mereka mempertimbangkannya," sahut ayah Rega lagi. Seperti tidak mau menerima penolakan.

"Pak Firman, tidak perlu terburu-buru, tidak baik juga memaksakan kedua pemuda-pemudi untuk hal ini," sahut Bu Sania dengan senyum ramahnya. Karena dia sama sekali tidak berpikir pernikahan yang bahagia akan tercipta dari sebuah pemaksaan.

The Day We Get MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang