Tak kusangka, kami akhirnya memutuskan untuk melakukan perubahan. Disaat aku tidak tau harus merasa setuju atau tidak. Namun mau bagaimana lagi, aku sendiri pun sudah tidak peduli dengan semua ini. Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah mencoba untuk menjalani awal kehidupan baruku di kota yang penuh sesak dan terlihat sangat asing bagiku.
..
.
"Hey! Sedang menulis apa? Boleh kulihat?"
"Ehm? Tidak maaf," jawabku sambil menutup buku harian kesayanganku itu yang sudah menjadi sahabat karibku semenjak dia pergi.. Ya, dia.
"Huh, yasudah. Ohya, namamu Jenna kan?"
"Iya," ucapku pelan.
"Ok Jenna, kenalin yaa..namaku Rena," jawabnya sambil tersenyum lebar.
Aku pun hanya bisa membalas senyuman nya dengan senyum ala maksaku. Ya, bagaimana tidak.. karena memang dalam 6 tahun ini, aku tidak lagi tau bagaimana caranya tersenyum karena memang ingin tersenyum.. Complicated case,huh? I don't even know why. Hanya saja, aku merasa kalau hatiku tidak lagi sehangat dulu.. Yang ada malah getting cold and colder.
"RENA! Sini! Bantuin dong.. kan kita sama-sama piket hari ini!"
"Eh! Iya iyaa.. tunggu!" Rena pun langsung bangun dari tempat duduknya dan sebelum benar-benar menghampiri temannya, dia kembali membungkukkan badan nya ke arahku dan berkata, "Nanti kita lanjut ngobrol lagi yaa, Jenna." Kemudian dia langsung pergi menghampiri temannya yang kalau tidak salah bernama Peny. Ya, kalau tidak salah. Maklum, anak baru, butuh waktu lama buat bisa hafal nama teman baru. Apalagi untuk tipe orang yang acuh tak acuh sepertiku. Masih untung tadi ada yang tertarik buat ngajak ngobrol. Hmm..
..
.
KRINGGG!!
Tak terasa, bunyi bel pun berdering tanda waktu sekolah telah usai. Aku pun langsung bergegas pulang sambil mengecek hapeku, dan berharap Ayah datang menjemput seperti biasa. Bukannya manja, tapi memang Ayahku lah yang memanjakanku terus, mengigat aku tak memiliki ibu.
Satu jam sudah berlalu. Hujan pun semakin deras mengguyur halaman sekolah. Dan aku masih menunggu akan kedatangan Ayahku. Kenapa tidak? Karena hanya Ayah lah yang bisa kupercaya. Aku bisa dikatakan masih newbie di wilayah sekolah ini. Aku pun tidak berniat untuk mempercayai siapa pun lagi. Maka dari itu, yang kumau sekarang hanyalah kedatanganmu Yah.. Kenapa lama sekali sih?
"Hey Jenna!" teriak seorang perempuan yang suaranya terdengar familiar di telingaku.
"Belum pulang?!" lanjut perempuan itu, yang ternyata adalah Rena.
"Belum, aku lagi nunggu ayahku," jawabku polos.
"Ayah?! Kamu nunggu dijemput Ayahmu?" teriak Rena dengan nada kagetnya.
Ya, mungkin dia kaget karena aku semanja itu?
"Iya," jawabku singkat.
Dan aku yakin setelah ini dia akan mengecapku sebagai Anak Papi.. bukannya Anak Mami, dan berhenti mendekatiku.. Hahh—
Tapi ternyata aku salah.
"Huaaa! Enak bangeett, aku jadi ngiri sama kamuuu," ucapnya sambil memelukku erat.
"Kenapa harus iri?" lanjutku sambil berusaha melepaskan pelukannya risih..
"Kau tanya kenapa? Apa perlu kuperjelas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Of Us
RandomImpian. Awalnya aku tidak tau apa arti impian itu. Sampai akhirnya aku bertemu denganmu. Bila aku harus memiliki impian, yang kumau hanyalah keabadian. Ya, cinta abadi yang tak lekang oleh waktu. Pada awalnya, semua berjalan mulus seperti yang kuha...