From : 4D Lyn
Aku kesal pada jerapah itu. Pentingkah dia muncul di acara premier Oppa? Menyebalkan.
Eonni, cemburulah sedikit! Kau pasti sakit, bukan?
From : 4D Lyn
Bahkan mereka tidak ada chemistry. Produser acara itu terlalu memaksa.
Aku yakin dia tidak diundang ke acara itu.
From : 4D Lyn
Meningkatkan rating dengan cara yang buruk. Taktik yang bagus, bagaimana menurutmu?
From : 4D Lyn
YA, reply my message, Sist. Aren't jealous??
He's your boy, pleaseeeeeeee...
Aku tertawa geli membaca rentetan pesan singkat dari Lyn, sepupu Siwon yang berdarah Korea – Jerman itu. She knows our relationship and yes, she is Siwon's fans too. Aku tak tahu banyak tentang Lyn, tapi Lyn tahu banyak tentangku. Gadis ini seperti Lady Bond, pandai memata-matai orang. Aku tak pernah risih ketika ia mengetahui lengkap seluk beluk keluargaku. Anggap saja aku sedang tertular famous virus dari Siwon sampai namaku harus terukir cantik di daftar idola kebanggaannya.
"Ada yang lucu?"
Hembusan nafasnya dapat aku rasakan di area tengkuk. Tsk, bocah ini, senang sekali membuat aku seperti orang... gila.
"Lyn, sepupumu. Mau kubacakan?"
Menawarkan diri untuk membacakan pesan menggelitik kupikir tidak salah. Ini adalah hiburan, aku ingin lihat bagaimana reaksinya.
"Pesan pertama. Aku kesal pada jerapah itu. Pentingkah dia muncul di acara premier Oppa? Menyebalkan." Aku sengaja memotong kalimat terakhir. Itu akan jadi bahan candaan si tuan kuda nantinya.
Siwon sukses mengernyitkan dahi, "Jerapah?"
"Bahkan mereka tidak ada chemistry. Produser acara itu terlalu memaksa." Lagi-lagi aku harus menghilangkan bagian terakhir, takut Siwon akan mengamini ucapan sepupunya itu tentang chemistry. "Mau aku lanjutkan tidak?"
"Selagi tak merugikanmu."
"Baiklah. Tapi menurutku tidak usah. Kau akan patah semangat dibuatnya."
Siwon menatap malas ke arahku. Ia tahu pesan selanjutnya adalah sesuatu yang buruk. "Dari awal memang tak seharusnya kau membaca pesan gadis nakal itu."
Menyebalkan. Orang macam apa yang menghina sepupunya sendiri? "Ya ya ya lepaskan!!"
Ada masa saat ia menunjukan sifat mesumnya. Menghembuskan nafas di leherku, memeluk pinggangku dari belakang, apa lagi setelah ini?
"Kau sudah mengerjakan perintahku, sweet heart?" Mulai lagi. Selalu dengan kata-kata yang membuatku mual.
"Sudah." Aku berusaha menyingkirkan tangannya yang tampak seperti anaconda. Terlalu erat melingkar, membuatku sesak nafas. "Makanlah."
"Mau menemaniku?"
"You're not little boy anymore. Lakukan sendiri! Aku mau cuci piring." Yes, pelukannya terlepas.
"Kau tahu aku tidak bisa makan sendiri. Ayolah, princess."
"Stop call me princess. Ini bukan negeri dongeng!!" Apa dia lupa kekasihnya ini paling benci dipanggil princess? Menggelikan.
"Okay, okay sweetie. Sorry..." Sesalnya kemudian. Aku jadi tak tega sudah memarahinya. "Mana makanannya. Aku sudah lapar."
Tak ada sahutan. Tanpa bertanya pun seharusnya ia sudah tahu dimana aku sajikan masakan yang tadi aku buat. Kelakuannya saja yang terlalu manja.
Dua menit berlalu, aku memperhatikannya duduk diam menatap makanan dihadapannya. Apa Siwon marah padaku?
"Kau mau aku suapi?" Baiklah, meluluhkan hati untuk sang kekasih bukanlah sesuatu yang salah. Aku menganggap ini sebagai permintaan maaf karena sudah mengabaikannya.
"Tidak perlu." Siwon bergerak cepat. Ia langsung menyantap makan siangnya dengan brutal.
"Pelan-pelan, sayang. Kau bisa tersedak nanti." Aku menuangkan air ke dalam gelas. Takut pria itu mendadak...
And well, tepat dugaan. Kekasih tampanku ini tersedak dengan tidak elit. Siwon menyemburkan semua isi mulutnya dan kemeja yang ia pakai terlihat tampak menjijikan.
"Yoo... maaf." Tatapan penyesalan itu membuatku tersentuh.
Aku tak menjawab. Ia masih menunggu respon dariku. "Kau seperti bocah." Vonisku sarkatis kemudian.
"Biar kubantu."
"Tidak usah. Lebih baik kau ganti baju. Aku akan buatkan makanan yang baru."
"Yoo..."
"Apalagi?"
"Hari ini aku akan ke Beijing."
Beijing katanya? Bukankah baru kemarin ia kembali dari Beijing? Oh, aku lupa. Kekasihku ini memang super sibuk. Mega Bintang, hampir saja aku melupakan profesinya.
"Kau kesana lagi?" Pertanyaan yang bodoh.
Siwon mengangguk lemas. "Aku akan disana selama dua bulan."
Dua bulan? Dan aku tidak akan melihatnya selama itu? Hey, tunggu! Ini sudah biasa buatku.
"Bersama Nona Wen?" Lagi-lagi pertanyaan bodoh. Tentu dengan top model itulah, siapa lagi? "Ah, itu bagus. Syutinglah dengan benar. Kau harus menampilkan rating tertinggi."
Aku tak suka tatapannya. Aku juga bisa dengar hentakan kakinya, itu tanda protes atas ucapanku barusan. Apa ada yang salah? Menurutku itu biasa.
"Kau selalu seperti ini. Kapan kau bisa mengerti aku?" Aku bisa mendengar sungutannya dari dalam kamar. "Asal kau tahu, aku lelah dan sekarang sudah harus kembali ke Beijing. Kemarin produser melarangku pulang, tapi aku tetap bersikeras untuk pulang." Kini ia muncul dengan kemeja lain dan pastinya bersih. "Aku pulang untuk melihatmu, tapi kau malah bersikap seperti ini. Apa aku salah lagi?"
Tuhan, sejahat inikah diriku? Perkataan tadi itu sungguh membuatku teriris. Ia menanggung beban atas nama profesionalitas dan aku? Aku justru menghempaskannya dengan mudah. Bodoh.
"Jaga dirimu. Aku pergi."
Siwon masih sempat berpamitan. Mungkin kalau aku ada di posisinya tak akan sudi aku mengucapkan pamit untuk kekasihku. Tapi pria itu, aku benci jadi pembuat masalah. Aku menatap gamang kepergiaannya tanpa ingin menghadang. Mungkin sebentar lagi aku akan menyesal. Itu pasti.
"Haissh... bodoh."
To : Liu Wen's Virtual Husband
Take care sweet heart. Safe flight.
Kau harus memberiku kabar setiap hari. Aku mencintaimu.
-Your Princess-
Kuharap Siwon mau membacanya. Star, see you two month later.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star
FanfictionQuinn Park Eugene atau yang lebih akrab disapa Yoojin adalah seorang desainer kelas dunia. Gadis muda dan berbakat ini merupakan kekasih dari superstar kebanggaan Korea, Choi Siwon. Tak ada satu pun media atau orang luar yang mengetahui hubungan ked...