Note 4

324 24 4
                                    

Priska Pov

Kringg kringgg...

Yap, apalagi kalau bukan bunyi bel sekolah yang aku benci berbunyi, menandakan jika pelajaran akan dimulai sebentar lagi. Aku mengerucutkan bibirku dengan sebal sambil menaruh kepalaku dimeja dengan malas.

Pandanganku terfokus dengan murid baru kemarin yang dengan terburu-buru masuk ke kelas, ya siapa lagi kalau bukan Sena yang sekarang menjadi teman sebangku ku. Menurutku ia sungguh sempurna entah mengapa aku sangat benci dan kesal kepadanya. Terkadang saat aku ke kantin untuk membeli beberapa camilan sebagian dari teman-temanku membicarakan paras dan kecantikan Sena. Bahkan 'Evan' cowo yang aku sukai sejak lama dan merupakan cowo favorit dan idaman semua murid perempuan disekolah ini. Perlahan-lahan ia mulai menyukai Sena. Kalian pasti bingung dan bertanya-tanya kan darimana aku mengetahuinya? Okey akan kuberitahu..
Aku mempunyai bakat yaitu bisa membaca pikiran orang lain...no no no just kidding okey..aku tidak sehebat itu aku hanya peka bahkan terlalu peka dengan keadaan. Itulah sebabnya aku mengetahui jika Evan menyukai Sena. Eughh! Rasanya aku ingin sekali mengacak-ngacak muka cantik Sena dengan memblenderkannya dengan mesin blender dirumahku.

"Pagi Sena..." sapaku kepada Sena sambil tersenyum dengan senyuman terbaikku. Kalian jangan salah paham dulu ya! Karena aku hanya berpura-pura baik terhadap Sena dan mulai menjadikannya sahabatku..ewh! Walaupun ini terdengar sangat menjijikan aku melakukan ini karena terpaksa agar dapat mensukseskan rencanaku.

"Pagiii..." sahutnya tersenyum kecil.

"Ehm..Sena?"

"Iya, ada apa?" Tanya Sena dengan tatapan bingung kearahku.

"Apa benar disekolah lamamu dulu benar ada pembunuhan besar-besaran? Upss..sorry aku kelepasan..maaf karena aku hanya penasaran sejak Putra kemarin memotong pembicaraan mu" aku menundukkan kepalaku dengan ekspresi pucat dan sedih..ingat ya! Ini hanya sebuah acting agar aku bisa menjadi sahabat Sena dan melakukan rencanaku.

"Ya, memangnya knp?" Tanya Sena.

Lalu aku mendongakkan kepalaku untuk menatap wajahnya ia mengerutkan kening dan memiringkan kepalanya tanda ia penasaran dan bingung.

"Ti..tidak apa-apa..hehe" jawabku.

'Huh...aku takut jika Sena curiga denganku bisa-bisa aku gagal melaksanakan rencanaku'-Ucapku membatin.

"Oh iya Sena..." Ucapku tak lama kemudian. "Kudengar..adik perempuan Putra juga bersekolah disana..jadi mungkin kau bisa memaklumi Putra yang memotong pembicaraanmu kemarin." aku memasang muka melas dan pucatku lagi.

Lalu Sena menganggukan kepalanya dan mulai melanjutkan aktivitasnya lagi. Aku yang melihat Sena seperti itu langsung tersenyum dengan senyum licikku tanpa sepengetahuannya. 'Sepertinya rencana ini akan berhasil'-batinku.

Bel pulang yang kutunggu-tunggu akhirnya berbunyi. Kulihat Sena sedang terburu-buru untuk merapikan buku pelajarannya dengan cepat dan bergegas pulang..ya sama seperti kemarin. Karena aku sangat penasaran dengan rumah Sena akhirnya kuputuskan untuk mengikutinya dengan jarak beberapa meter dibelakangnya. Aku mengangkat salah satu sudut bibirku karena Sena tidak menyadari keberadaanku dan tidak sepintar yang kukira.

Tling

Huh..dasar hp menyebalkan segera kulihat notif hp ku dan melihat siapa yang mengirim pesan pada saat-saat seperti ini ternyata Putra yang mengirimnya.

From: Putra

Pris? Lo dimana gue udah didepan rumah lo, ada yang mau gue omongin penting banget. Pasti lo tau sendiri kan apa yang mau gue omongin?

Dengan cepat aku mengetik beberapa huruf dilayar hpku dan segera menekan 'Send'

To: Putra

Hah? Lo didepan rumah gue??...et dah bilang dulu kek kalo mau kerumah gue. Sorry gue gk bisa besok aja ya? gue lagi ngikutin Sena pulang kerumahnya. Biar gue tebak, pasti Sena kan?-__-

Ketika aku menyimpan kembali hp ku di kantong rok ku. Kulihat Sena sudah tidak ada.

"Holy shit..kemana dia?!" Gumamku dengan sedikit berteriak sambil mengedarkan pandangan kesana kemari.

Aku memutuskan untuk berjalan lurus kedepan dengan hati-hati.

Tling

Aku mengabaikan notif hp ku dan terus berjalan sambil mengedarkan pandanganku.

Lalu...

"Aaaaaa..." pekik ku kaget ternyata Sena menepuk pundakku. Dengan reflek aku mulai mundur kebelakang dengan perlahan-lahan.

"Priska? Apa yang kamu lakukan disini? Apa kamu yang mengikutiku dari tadi??..." Sena melangkahkan kakinya dengan perlahan kearahku dan semakin dekat.

Aku menelan ludah 'Ternyata ia tahu jika aku mengikutinya'-batinku. "Hah?..ti..tidak a..aku tidak mengikutimu" ucapku dengan terbata-bata sambil menggelengkan kepalaku dan akhirnya...

Brukk

Tubuhku menghantam tembok dibelakangku menandakan jika jalan buntu dan tidak ada jalan keluar lagi. Aku pun mulai berkeringat dingin dan sekujur tubuhku bergetar dengan hebat.

Sena berjalan semakin dekat kearahku "Akhhhh!...Priska!! Cepat pergi dari sini! Aku tidak ingin kau menjadi korban selanjutnya!" Teriak Sena sambil memegang kedua kepalanya dan mengusirku.

Aku yang melihat Sena dengan bingung dan bertingkah aneh segera menganggukkan kepalaku dan pergi berlari secepat mungkin dan tergesa-gesa.

Tling

Tling

Tling

"Uh..apalagi sih Putra?!" Omelku sambil membuka pesan dari Putra. Aku menelan ludah ketika membaca pesan yang pertama.

From: Putra

Wth! Pris jangan pernah sekali-kali lo ngikutin Sena! Dia itu 'Psikopat' bahkan setiap hari dia selalu bawa pisau kesekolah dan punya dua kepribadian! Cepat pergi dari sana dan balik kerumah lo!!

Segera kubaca pesan dari Putra selanjutnya. Aku yang memegang hp dengan tangan gemetar hampir saja menjatuhkan hp ku.

From: Putra

Pris? Lo dimana?? Bales pesan gue biar lo gue jemput sekarang.

Pris?

Priska! Jangan bikin gue khawatir!!

Pris??

Priska!!

Aku yang mulai mengingat perkataan Sena tadi mulai membulatkan mataku 'Korban? Apa maksudnya dengan korban??'-batinku. Segera kututup hp ku dan kembali menyimpannya. Aku takut sungguh takut aku segera berlari kerumahku dan menutup pintu dengan kencang sambil menangis menahan airmataku. Ibuku yang melihatku seperti itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah sampai dikamar kulempar tas sekolahku disembarang tempat dan mulai menangis sejadi-jadinya dikasurku sambil meringkukkan tubuhku.

'Untung aku selamat...jika saja Sena tidak menyuruhku untuk pergi mungkin sekarang aku hanya berupa kenangan dimata orang lain' -ucapku membatin. Tak lama kemudian aku terlelap.

------------------------------------------------------

A/N

Vote & commentnya jangan lupa ya..
Votenya aja udah cukup kok...

Thanks~

My Psychopath NoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang