"Dasar kau bodoh!"
Pria berwajah manis dengan mantel coklat karamel yang menutupi dirinya dari dinginnya suhu kota Seoul yang saat itu tengah di guyur hujan itu tengah berdiri di depan halte.
"Luhan-ah! kau benar-benar bodoh!"
Pria itu mengumpat pada dirinya. Pasalnya, alasan ia berdiam diri hingga terasa membeku di halte bus itu karena ia lupa membawa payung lipat merah mudanya. Tak biasanya ia meninggalkan payung kesayangannya itu. Karena ia selalu ingat perkataan ibunya untuk selalu 'sedia payung sebelum hujan.' Dan lihat ia sekarang. Tengah berdiri dengan badan yang menggigil kedinginan menunggu hujan yang entah kapan berhenti. Ingin menaiki bus percuma saja. Jarak rumahnya hanya tinggal beberapa blok lagi dari halte. Menerobos dinginnya hujan? Tentu saja big no! berdiri di depan halte saja sudah membuat dirinya kedinginan. Apa lagi menerobos hujan.
"Anu..."
Ia terlonjak dari tempat berdirinya saat tiba-tiba sebuah suara menyapanya. Tepat di telinganya. Luhan melihat seorang lelaki tengah berdiri di sampingnya sambil tersenyum. Luhan membalas senyumnya untuk alasan sopan santun.
"Apa kau sedang menunggu bus disini?" Tanya lelaki yang lebih tinggi dari Luhan sehingga membuatnya sedikit mendongakkan kepalanya. Luhan menggeleng.
"Ani. Aku sedang menunggu hujan."
"Apa kau punya janji dengan hujan?" Tanya pria itu konyol. Luhan memutar bola matanya. Dasar bodoh.
"Ani, maksudku, aku sedang menunggu hujan reda." Pria itu ber'Oh' ria.
"Kau tak membawa payung?"
"Tidak. Sialnya aku meninggalkan payungku dirumah. Ah! aku benar benar bodoh!" Luhan kembali merutuki dirinya sendiri. Memukul beberapa kali kepalanya dan berhenti setelah ia merasa sakit. Pria disampingnya itu tersenyum geli melihat tingkah konyol Luhan.
"Nona apa kau mau meminjam payungku?" Tawar pria itu sembari mengeluarkan payung lipat berwarna biru lautnya.
"Kau bilang apa? Nona? Aku ini namja bodoh!"
Heol! Satu lagi daftar seseorang yang menyebutnya wanita. Hei, tak lihatkan wajah tampan nan manly yang dimilikinya? Ia seorang namja. Tapi Luhan, kau harus menyadari bahwa wajahmu memang seperti wanita-wanita di animasi komik. Cantik, dan juga manis.
"Kau namja? Benarkah? Aku tak percaya. Kau jauh dari kata namja nona kecil. Wajahmu manis sekali melebihi seorang namja. Dan suaramu, lembut sekali. Hanya karena kau memakai celana untuk seragam sekolah, kau tak bisa menipuku. Kau yakin kau seorang namja?"
Luhan mendelik kesal atas ucapan pria tinggi disampingnya itu. Ia terkadang merutuki tuhan yang telah menciptakannya dengan wajah cantik dan suara lembut seperti wanita. Hei! Dia seorang namja. Tapi, ya, ia harus bersyukur juga punya wajah manis seperti ini. Membuatnya menjadi salah satu orang populer disekolahnya.
"Aku namja tuan. Tak lihatkah? Jadi tolong."
"Ah.. baiklah-baiklah. Aku mengerti. Kau namja. Jadi apa kau mau meminjam payungku?" tawar pria itu lagi. Luhan menatapnya ragu. Satu sisi ia ingin sekali cepat sampai dirumahnya yang hangat dan segera mengisi perutnya yang keroncongan itu. tapi, ah! dia bingung!
"Bagaimana dengan dirimu? Kau akan kehujanan jika kau memberikan payung itu padaku."
"Jangan khawatir. Aku akan menelpon Paman Lee untuk menjemputku. Dimana rumahmu?"
"Tidak jauh. Hanya tiga blok dari sini. Tapi tuan, aku tak yakin meminjam payungmu. Bagaimana aku aku akan memulangkanya?"
"Hei, rumahku juga tak jauh dari sini. Bagaimana jika kita pulang bersama? Jadi kau tak perlu memulangkannya." Pria itu memberi saran. Luhan tampak setuju dan mengangguk.
"Baiklah... terimakasih tuan..."
"Oh Sehun, namaku Oh Sehun."
~FATE~
"Jadi tuan..."
"Oke. Berhenti memanggilku tuan. Umurku sama denganmu." Rutuk seorang Oh Sehun.
"Ah... ne, ne." Luhan mengangguk. "Jadi Sehun, kau bukan berasal dari sini. Kau baru pindah dari Itali dua minggu yang lalu."
"Emm."
"Kau yakin?" Luhan nampak mengerutkan dahinya. Sedikit tak percaya dengan omongan orang yang baru saja ia kenal beberapa menit lalu ini.
"Kau tak percaya?"
"Ani... hanya saja, pengucapanmu cukup bagus dan seperti orang Korea lainnya. Wajahmu juga, bukan tipe wajah orang Itali. Kau yakin?"
Sekali lagi. Sehun mengangguk. "Tentu. Orang tuaku orang Korea. Setiap hari aku menggunakan bahasa Korea. Jadi itu wajar bukan?"
"Baiklah baiklah. Terserah kau saja."
Mereka berhenti didepan rumah dengan pagar hitam sebatas kepala orang dewasa didepannya. "Kita sampai. Terima kasih atas bantuannya Oh Sehun-ssi."
"Tak masalah."
~FATE~
"Hei bukankah kau Oh Sehun?"
"Luhan? kau bersekolah disini juga?"
Dua pria tampan yang menjadi pusat perhatian di sekolah itu terkejut satu sama lain. Tak menyangka jika mereka bertemu lagi dengan mengenakan seragam yang sama. Takdir membuat mereka bertemu di sekolah yang sama.
"Terimakasih untuk yang kemarin kalau begitu."
"Tak perlu dipikirkan. Anggap saja itu kebaikkan dari teman barumu." Sehun berujar. Luhan tersenyum mengangguk.
"Ehm! Chingu."
'manisnya..'
~FATE~
Oh Sehun dan Luhan. Dua orang yang saat ini menjadi pusat perhatian setiap siswa di sekolah Anyang Art High School. Bukan hanya karena keduanya adalah seseorang dengan visual menawan yang membuat para wanita berteriak seperti sasaeng fans yang bertemu dengan idolanya. Lebih tepatnya bukan hanya itu. dua orang yang selalu menempel kemana saja itu membuat mereka bingung. Luhan memang anak yang pandai bergaul dan ramah. Tapi melihat Luhan yang langsung terlihat akrab dengan anak yang baru saja sehari masuk sekolah itu membuat mereka bingung. Kau dapat menemukan Luhan disamping Sehun dimanapun. Di perpustakaan. Di taman. Dilapangan. Bahkan mereka satu kelas dan masuk dalam organisasi yang sama. Bahkan banyak yang berkata, bukan hanya pertemanan yang terjalin diantara mereka.
"Sehu~n"
Pria manis itu memanggil temannya yang ia lihat tengah duduk di taman di sebuah kursi batu sambil tersenyum sendiri.
"Oh... Luhan. Ada apa?"
"Seharusnya aku yang bertanya. Kau kenapa? Tersenyum seperti orang gila. Membuatku takut." Luhan bergidik.
"Ini..." Sehun menunjukkan ponselnya pada Luhan. "Aku menyukainya."
"Kau menyukainya?" Luhan bertanya lagi. Ia mengambil duduk dihadapan Sehun. Sehun mengangguk sambil terus tersenyum dan memandangi benda kotak berwarna hitam yang teengah menampilkan sebuah gambar seorang wanita. Tunggu. Bukan wanita dengan pakaian kurang bahan seperti yang ada di ponsel Kai teman Luhan yang selalu berpikiran kotor itu. Bukan. Itu hanya sebuah poto seorang gadis dengan pose cute yang Sehun ambil dari akun sosial medianya. Stalker. "Em... aku menyukainya."
"Katakan saja." Luhan berujar dengan penuh semangat.
"Tapi... bagaimana jika ia menolakku?"
"Itu tidak mungkin. Sehun adalah seseorang yang tampan. Dan juga baik. Ia tak mungkin menolakmu. Percaya padaku." Ujar Luhan meyakinkan. Sehun tersenyum.
"Gomawo Lu. Kau benar-benar teman yang baik."
"Itu gunanya teman."
~FATE~
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE [END]
Fanfiction"Ibu ku bilang es krim dapat menenangkan pikiranmu." . "Aku tak peduli jika aku tak normal lagi. aku akan mengatakannya padamu!" . "Berhenti mendekatiku Sehun! Aku membencimu!" . "seharusnya aku mengetahui ini sejak lama. Mianhae, saranghae..." ~...