I always needed time on my own
I never thought i'd need you there when i cry
And the days feel like years when i'm alone
And the bad where you lie
Is made up on your side...Lantunan suara Avril Lavigne yang menyanyikan lagu when your gone terdengar di telingaku.
STOP!
Rasanya hatiku ingin berteriak untuk bilang berhenti kepada radio yang terpasang di depan mobil. Tapi aku hanya bisa terus mendengarkannya. Mendengar lagu itu seperti kepergiannya yang menyakitkan bagiku.
Aku hanya menoleh ke jendela samping kananku yang dingin dan basah di luar karena hujan yang turun. Hujan yang gerimis itu membasahi setiap sudut kota ini. Hujan yang turun dan ditemani langit gelap seperti hatiku yang saat ini sedang mencari penerangan karena terlalu gelapnya. Hujan sepertinya sangat mengerti tentang hatiku, dia ikut menangis karena melihat hatiku yang kacau.
"Maaf aku bukan yang terbaik untukmu, tapi kau selalu menjadi yang terbaik dihidupku. Dan hatiku selalu untukmu..." surat yang ia berikan kepadaku secara tidak langsung dan merupakan hari terakhir aku melihatnya disini. Ya hari ini.
Andai waktu bisa kembali pada saat itu. Saat aku mengatakan putus dengannya. Oh... itu bukan kemauanku. Itu hanya rasa amarahku terhadapnya. Tapi ia mengiyakan saja permintaan yang seharusnya ia tolak.
"Kak? Kenapa? Kenapa kakak selalu kayak gitu? Kita itu pacaran kak! Disini itu bukan aku yang ngatur ataupun kakak! Tapi kita! KITA kak!! Seharusnya kakak itu ngelarang aku! Atupun apa kek gitu." Suaraku terdengar jelas keseluruh ruangan pada saat itu. Aku memang biasa memanggil kakak kepada Reno, pacarku. Karena dia memang lebih tua dariku.
"Ya terus kamu maunya kayak mana Fa?"jawaban yang bisa ku tebak saat itu. Selalu begitu.
"Arrgghhh.... kakak ini bisa ngertiin aku gak sih? Heh? Masa kakak liat aku jalan sama dia gak marah? Seharusnya kakak itu marahin aku. Kakak gak cemburu apa?" Mata ku sedikit menyelidik ke arah binar matanya, mencari-cari rasa cemburunya padaku. Tidak ada.
Reno menolehkan kepalanya,"itukan temenmu Fa. Ya ngapain kakak cemburu. Basi kayak gitu mah." Cengiran ditampilkan dengan pedenya di muka yang memang ganteng pake banget itu.
"Sedikitpun?"tanyaku padanya yang dijawab anggukkan cepat. "Jadi selama ini bener ya yang dikatakan Tania. Kalo kamu itu gak pernah cinta sama aku. Kamu tuh cuma mau numpang status doang. Oww... atau ini semua ide mama? Iya kan? Udah iya aja deh." Aku berdiri dari kursi yang kutempati. Suaraku terdengar ke seluruh ruang tamu ini. Reno menengok cepat ke arahku dan wajahnya tersirat rasa kecewa padaku. Aku sebenarnya agak sedih karena ekspresi itu. Dia mungkin kaget aku berbicara seperti itu. Tapi, aku juga agak kaget saat ucapan yang keluar dari mulutku seperti itu. Apakah aku sudah tersulut api kecil yang sengaja diberikan Tania? Tapi aku juga perlu keterangan dengan semua sikapnya kepadaku. Apa aku salah?
"Fa, kamu kok ngomongnya gitu?"
"Ya kamunya itu loh!" Jawabku tegas. "Jadi benerkan ini semua karena mama. Kamu ngelakuin ini karena mama?"lanjutku dengan suara terisak. Entah kenapa aku menangis. Selalu seperti ini saat aku tak yakin dengan perkataanku. Seharusnya aku tak mengatakan ini. Ini salah! Tapi lidahku selalu menentang hatiku.
"Please, Fa. Jangan bawa-bawa mama."
"Tapi benerkan? Iya kan?" raut muka Reno berubah. Dia sepertinya ingin marah kepadaku. Aku sudah tau mengapa ekspresi itu ditujukan padaku. Seorang mama seharusnya tidak dilibatkan dalam pertengkaran kecil kami. Reno mungkin kecewa padaku. Reno yang sangat menyayangi mamaku ini sangat sedih dengan kepergiannya. Mamaku sudah kembali pada Sang Pencipta. Ayah dan kami ditinggalkan oleh mama. Kepergian yang terlalu cepat menurutku."Iya! Ini semua demi mama. Kenapa? Kamu gak suka? Hah?" Bentak Reno didepan mukaku sambil mengenggam pergelangan tanganku. Seketika itu pula linangan yang sedari tadi ingin tumpah keluar semua mengaliri pipiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Mistake [1/1 END]
Novela JuvenilKesalahanku adalah membuat kamu pergi meninggalkanku .NidaNadhifa.