[Chap II : Everything Changes]

3.6K 239 11
                                    

Nyatanya semua berubah.

Bukan hanya karena Naruto yang kini jarang hadir disisi Hinata, namun karena gadis itu juga memilih membatasi dirinya dari pria itu dengan sibuk menyelesaikan novelnya.

Sidang skripsi sudah di depan mata, jadi dia harus menyelesaikan novelnya secepat mungkin.

Jadi dengan alasan tersebut, dia bisa menolak Naruto untuk datang ke kamarnya saat malam. Dia juga mengatakan hal yang sama pada Sakura agar tidak menghubunginya dulu sementara.

Meski begitu, pada dasarnya Hinata memang hanya sedang menghindar. Atau lebih tepatnya, sedang berusaha menata kembali hatinya.

Dia juga sedang memberikan Naruto ruang untuk bersama Sakura. Agar Naruto tidak harus memikirkannya dulu sekarang.

Hinata berhenti mengetik pada laptopnya untuk memperbaiki letak kacamatanya sesaat. Matanya bekerja untuk mengamati setiap kalimat yang dia ciptakan dalam novelnya.

Aku tidak tahu... Kau bersikap seperti itu karena kau memang tidak sadar, atau kau sengaja menolak untuk mengerti?

Hinata tersenyum masam membacanya, lalu mendesah lelah.

Kalau dipikir, ingin sekali dia mengatakan kalimat itu pada Naruto juga.

Tapi apakah Naruto akan paham dengan maksudnya ya? Atau malah Hinata yang akan berbalik terlihat bodoh?

Ah-sudahlah. Lagipula Hinata akan memulai untuk bisa merelakan perasaannya pada Naruto sekarang. Karena... Apa lagi yang bisa dia harapkan? Pria itu tidak akan mungkin tahu jika bahkan Hinata sama sekali tidak memberitahunya.

Meskipun Hinata sudah melakukan segalanya untuk Naruto, dengan selalu berada disisinya... Tapi tetap saja mereka punya gelar persahabatan sebagai alasan disini.

Apalagi lelaki itu bodoh dalam hal kepekaan.

Hinata sedang mereguk coklat panasnya saat ponselnya berkelap-kelip.

Saat Hinata memeriksanya, dia sama sekali tidak terkejut melihat siapa yang baru saja mengiriminya pesan.

From : Naru
Kau masih bangun?

Hinata menghela napas, dia melirik jendela kamarnya yang sejak pulang sudah dia tutup. Hinata kembali memikirkan Naruto.

To : Naru
Belum. Aku sedang menyelesaikan novelku.

Hinata segera mengirimnya. Tak lama kemudian, balasan Naruto tiba.

From : Naru
Aku ingin meneleponmu... Aku janji tidak akan cerewet. Sudah hampir seminggu kita tidak bicara.

Hinata termangu pada isi pesan Naruto. Sembari menimang, dia terus berpikir.

Jika saja dia bisa, Hinata juga ingin membalasnya dengan kalimat 'aku juga merindukanmu!'

Hei-bukankah Naruto juga mencoba mengatakan hal itu barusan? Bahwa dia merindukan Hinata? Hanya saja, dengan diksi pada batas seorang sahabat.

Hinata berpikir. Setelah ini mereka akan disibukkan dengan skripsi dan sidang. Hinata yakin, mereka pasti akan sangat jarang berhubungan.

Apalagi setelah menyelesaikan kuliah, Naruto sudah didapuk untuk bekerja di perusahaan ayahnya di pusat kota. Ada kemungkinan jika pria itu mungkin akan pindah kesana untuk beberapa lama.

Hinata juga, setelah kuliahnya selesai dia ingin langsung membuat novel keduanya, sebelum dia memulai pekerjaannya di perusahaan percetakan milik pamannya.

Hah-apa mereka akan bertemu sesering dulu?

Naruto memang jelas-jelas berada disamping rumahnya. Tapi tetap saja... ini berbeda. Hinata merasa jika semakin hari dia semakin kesulitan untuk menjangkau Naruto meskipun dia menyandang predikat sebagai teman terdekatnya.

Give Me Love [NaruHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang