Part One

98 5 2
                                    

Nona Papilaya Virginia.
Semenjak aku memasuki dunia sekolah menengah atas, aku semakin menjadi-jadi. Rambut berantakan, pakaian lusuh tak karuan, nilai-nilai tak ku pedulikan.
Tiada lagi yang mengingatkanku ketika aku berbuat salah, tiada lagi kicauan bibir-bibir dari orang tersayang. Mereka sibuk dan sengaja menyibukan untuk duniawi.
Persetan dengan mereka yang sibuk dan tak peduli lagi denganku, aku sudah memilih jalanku sendiri. Aku bahagia dengan duniaku sendiri.
Ayah Bundaku tak lagi aku masukan kedalam daftar orang tersayang. Apalah arti Ayah Bunda jika mereka tak sedikitpun mempedulikanku.
******

Seperti biasa aku melakukan aktivitas rutinku. Sekolah, main bersama teman gengku, pergi pagi pulang malam. Aku bahagia dengan duniaku. Dan kalian pikir aku dilarang, diomelin ayah bunda gegara aktivitasku? Sama sekali tidak.
Hidupku sudah ku pegang sendiri, tidak ada yang mengaturnya selain aku sendiri.
"Hey Non, apa kamu nggak bosen sama hidupmu?" Tanya Fello salah satu teman akrabku dengan nada mengejek
"Kalo aku bosen, aku bakal brenti hidup Fel." Jawabku santai melemparkan senyum sinis.
"Iya Non, lo tiap hari gini-gini aja, coba cari aktivitas lain, liburan bareng ayah bundamu kek, pacaran kek, atau apalah yang bisa bikin lo tertawa lepas" sahut Dito si berondong geng.
"Fel, Dit, aku nggak pernah mikir kejauhan, apalagi yang kamu sebutin tadi, jalan-jalan bareng ayah bunda? Ngimpi siang bolong juga kaga pernah aku, Dit" jawabku meyakinkan mereka berdua.
"Ya terserah lo ajasih, kita cuma nyaranin biar hidup lo ga monoton."
Aku nggak pernah kepikiran buat jalan-jalan sama ayah bundaku, sama sekali nggak kepikiran. Ya iyalah nggak pernah kepikiran, ketemu aja jarang. Mereka sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Buat ketemu aja susah, apalagi jalan-jalan. Mimpi panjang yang ga usai itu namanya.
****

Tapi setelah aku pikir-pikir, mungkin ada benernya juga kata Fello dan Dito. Hari ini aku bakal nyoba buat pacaran. Oke fix.
Buat aku, nggak susah buat dapetin cowok, apalagi dengan fasilitas yang aku bawa ke sekolah. Nggak bakal ada yang nolak aku.
Satu persatu aku deketin, nggak heran banyak juga yang nanggepin. Sampai aku bingung milih.
"Non, malem ini ada acara nggak?" Tanya Evan, gebetanku yang menurutku dia paling cool.
"Eum, malem ini aku niatnya pergi sama temen-temenku, biasa lah kita suka ngelayab kemana-mana." Sahutku dengan nada menolak halus.
"Gimana kalo malem ini kita pergi bareng? Ya sesekali lah kamu nggak ngelayab sama temen-temenmu itu. Siapa tau kita nemuin yang baru diluar sana." Jawab Evan dengan nada sok meyakinkan
"Gimana ya, aku udah janji soalnya sama mereka"
"Kali ini aja ya, please.." Evan memohon
"Oke. Kamu jemput aku jam 8 malam."
Malam ini aku coba buat jalan sama Evan, sebenernya aku nggak begitu suka dengan Evan. Tapi gimana lagi, aku harus nyoba.
Jam 8 pas klakson mobil berbunyi nyaring. Aku keluar dengan dandannan yang biasa aja karena Evan tidak spesial bagiku.
"Hey cantik, sudah siap?" Evan, merayuku.
"Ready, go."
Malam ini kita pergi ke sebuah Rumah Makan dekat Mall Nagoyahil, Batam. Dia memilih duduk paling depan karena ada sebuah band akustik yang lagu-lagunya itu kesukaan dia, katanya.
Jarum pendek sudah menunjukan pukul 11 dan jarum panjang tepat di angka 3. Dia mengajakku pulang.
Aku memilih duduk di belakang karena aku ingin tiduran. Malam itu aku tertidur lelap. Sampai di depan gerbang rumah, aku terbangun karena rem mobil yang begitu kentara.
"Udah sampai?"
"Udah, gih turun nanti kamu kena omel ayah bundamu." Evan membangunkanku sampai aku benar-benar melek.
"Thanks buat malam ini. Night van." Ku lemparkan senyuman merona.
"Okey."
****

Pagi datang menjemput mimpi-mimpi indah malam itu.
"Njir, udah jam 7. Mampus aku" gumamku.
Lantas aku mandi secepat mungkin dan berangkat sekolah. Seperti biasa, telat atau tidak, tetap tidak ada ayah bunda.
Aku berangkat sendiri dengan mobil pribadiku. Aku memarkirkan mobil dekat mini market karena sekolah tidak diperbolehkan membawa mobil. Sebenernya udah pada tau aku bawa mobil, tapi ya gitu, nggak boleh diparkir disekolah.
"Eh lo telat lagi!!" bentak Fello
"Diem, aku semalam ngedate sama Evan" jawabku sambil meletakkan tas ke meja.
"Ciye yang abis dinner nih, gimana rasanya?"
"Biasa ajasih, tapi dia cukup romantis" senyum manjaku menjelaskan bahwa aku bahagia dengan Evan.
"Ah nanti lama-lama lo juga cinta." Cubit Fello sembari menertawakanku.
"Diem lo."
****

Aku membangun sebuah hubungan dengan Evan lewat kebiasaan-kebiasaan kita makan bareng, nonton bareng, jalan-jalan ke Mall bareng.
Gebetanku yang lain sudah ku delete dari calon pacar.
Hari ini aku jadian.

Gadis BodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang