PROLOG

483 21 2
                                    

Bagai disambar petir, jantungku seakan berhenti berdetak. Napasku pun tercekat seakan aku kehabisan oksigen. Kakiku serasa lumpuh sehingga sulit untuk kugerakkan. Bagaimana bisa keluargaku telah menjodohkanku dengan keluarga Fayazka. Lelaki yang paling kubenci dalam hidupku setelah Abra-mantan pacarku.
Malam ini keluarga Fayazka akan datang melamarku secara resmi dan Bunda baru memberitahuku pagi ini. Sungguh kenyataan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Ini benar-benar mimpi buruk. Mimpi buruk yang akan menghantuiku seumur hidupku.
"Sayang, sudah selesai dandannya?"tanya Bunda dari luar kamarku. Aku segera tersadar dari lamunanku dan segera membuka pintu kamar. Menatap wajah Bunda yang terlihat sumringah begitu melihatku tampil mempesona malam ini dengan kebaya berwarna merah marun dan rambut yang dicepol dengan sangat apik. "Anak gadisnya bunda... cantik sekali."ucapnya sambil menggandeng lenganku untuk turun menemui keluarga Fayazka di ruang tamu.
Kulihat Fayazka menatapku tanpa putus hingga aku duduk dihadapannya. Aku berusaha tersenyum pada keluarga Fayazka seakan aku siap untuk dinikahkan oleh anaknya yang super duper nyebelin itu. Lihat saja, pernikahan ini akan batal karena aku akan menolaknya secara halus setelah jamuan makan malam ini berakhir.
"Kinan cantik sekali seperti bundanya..."puji tante Widya-mamanya Fayazka, aku hanya tersenyum tipis menanggapinya. Kutolehkan pandanganku pada Fayazka, dia sedang menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan. Tatapan benci kah? Terlebih kalau dia masih mengingat kejadian sebelas tahun yang lalu....
Kinan tersenyum puas melihat Fayazka yang ditertawakan oleh teman-teman sekelasnya. Terlebih itu karena ulahnya yang sengaja meletakkan kecoa didalam tas Fayazka. Kinan tahu bahwa Fayazka takut pada binatang satu itu karena dia pernah memergoki Fayazka yang sedang lari terbirit-birit begitu melihat kecoa yang terbang dihadapannya setelah pelajaran olahraga berakhir.
"Ini pasti ulah kamu!"ucapnya sambil menuding Kinan dengan jari telunjuknya.
"Kalo iya kenapa memangnya?!"tantang Kinan pada Fayazka. Fayazka segera menginjak kaki Kinan kencang, "Dasar perempuan aneh!"ucapnya lalu pergi meninggalkan Kinan yang terbengong-bengong setelah mendengar perkataan lelaki itu. Apa katanya..... perempuan aneh? Memangnya salah kalau aku bersikap seperti ini dengannya? Aku kan hanya ingin mendapat perhatian lebih darinya, maksudku.... agar dia bisa melihatku dan tidak mengacuhkanku sebagai teman sekelasnya. Ya karena.... aku menyukainya.
"Sayang, kamu terima apa tidak?"tanya Bunda sambil mengelus lenganku pelan sehingga membuatku tersadar dari lamunan akan kenangan masa kecilku dengan Fayazka. Aku yang masih linglung tanpa berpikir panjang segera menganggukkan kepala sambil tersenyum pada Bunda.
"Baik kalau begitu pernikahan akan segera dilangsungkan bulan depan."ucap Ayah dengan tegas dan tak lupa tersenyum padaku dan keluarga Fayazka. Aku yang terkejut begitu mendengar kata 'pernikahan' segera menutup mulutku yang terbuka akibat terkejut. OH MY.... apa yang barusan aku katakan?
"Karena sudah masuk jam makan malam, sebaiknya kita makan sambil membicarakan lebih lanjut mengenai resepsi pernikahan anak-anak kita."ucap Bunda sambil mengajak keluarga Fayazka ke ruang makan. Kini tinggal aku dan Fayazka yang masih diam mematung di sofa ruang tamu.
"Kenapa kamu tidak menolaknya?!"tanyanya sambil menatapku horror. Aku menatapnya dengan pandangan menusuk, "Mana aku tau kalau Bunda menanyakan hal itu padaku!"ucapku tidak mau kalah. Dia tersenyum sinis, "Ohya? Apa sebenarnya kamu... memang ingin menikah denganku?!"tanyanya sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
Aku menggeleng dengan cepat, "Cih, pede banget situ!"ucapku sambil memeletkan lidah. "Mana mungkin aku mau sama laki-laki yang takut sama kecoa? Ih gak gentle banget!"ucapku sambil tersenyum mengejek.
"Lalu kenapa kamu menganggukan kepala tadi?!"tanyanya lagi.
"Itu reflek! Lagi aku juga males nikah sama kamu, kamu kan nyebelin!"ucapku sambil mengembungkan kedua pipiku.
"Eh eh eh, kenapa kamu marah-marah sama calon suami?"tanya Bunda sambil menatapku bingung. Aku menggeleng cepat, "Bun... aku gak mau nikah sama dia!"ucapku sambil menunjuk Fayazka.
"Memangnya ada yang salah dengan Fayazka? Kalian kan sudah saling mengenal sejak lama..."ucap Bunda sambil mengelus pundakku. Aku diam tidak tahu harus berbuat apa lagi.
"Sudah... kalian lebih baik makan malam dulu. Terlebih kamu-Kinan... punya penyakit maag jangan dianggap remeh. Ayo cepat ke ruang makan."ucap Bunda padaku, aku hanya mengangguk pasrah lalu berjalan dengan malas ke ruang makan.
Setelah makan malam, aku dan Fayazka duduk di pinggir kolam renang sambil menatap langit. Aku diam dan dia juga begitu. Hingga akhirnya aku membuka suara terlebih dahulu.
"Gimana caranya supaya pernikahan kita batal?"tanyaku sambil meliriknya sekilas. Dia diam tidak menanggapi pertanyaanku. Aku berucap lagi, "Apa aku bilang aja ya kalau aku ingin membatalkan pernikahan dengan kamu karena kamu takut kecoa?"
Dia segera menolehkan kepala ke arahku, "Jangan pernah bilang seperti itu di depan keluarga kita... aku menerima perjodohan ini semata-mata karena aku tidak ingin dilangkahi adikku. Dia sudah memiliki kekasih dan ingin segera menikah. Aku sebagai kakaknya... mana mau dilangkahin sama adik sendiri?"
Aku tertegun... jadi karena itu dia menerima perjodohan ini denganku, "Tapi kamu kan bisa cari calon yang lain dan yang pasti bukan aku!"ucapku sambil menatapnya dengan kesal.
"Mama yang minta aku buat menikah dengan kamu karena dia merasa berhutang budi dengan keluarga kamu! Keluarga kamu telah menyelamatkan perusahaan Papaku yang hampir bangkrut."ucapnya sambil mengacak-acak rambutnya frustrasi. "Lagipula Mama bilang... kamu sedang cari jodoh dan Bunda kamu menyetujui perjodohan ini."
"Jadi kamu terpaksa menerima perjodohan ini?"tanyaku sambil menatap langit yang tidak dihiasi oleh bintang. Dia berdehem sejenak, "Hm y-ya...."lirihnya pelan. Hancur hatiku saat ini juga, walaupun aku sangat membencinya tapi dulu aku menyukainya....
"Yasudah kalo begitu... aku ada penawaran untuk kamu."ucapku sambil menoleh ke arahnya. Dia juga menoleh dan mata kami saling bersitatap. "Kamu tidak boleh menyentuhku setelah kita menikah nanti."ucapku pelan sangat pelan.
"Tidak pernah terpikirkan dalam benakku untuk menyentuhmu."ucapnya lalu segera pergi meninggalkanku yang masih terkejut akan jawabannya barusan. Cih, kenapa Bunda menjodohkanku dengan lelaki seperti itu sih?! Menyebalkan! Ini benar-benar akan menjadi mimpi buruk dalam hidupku! Menikah dengan laki-laki yang menyebalkan dan juga takut dengan kecoa. Hiks..... selamat tinggal kebahagiaan dan hai.... mimpi buruk yang mencekam.
***************
hey readers^^~
selamat datang di cerita baruku!
Yuk, di VOTE(klik bintang) dan juga di COMMENT^^~
Banyak yang VOTE, bakalan aku lanjut ceritanya^^~
salam hangat dariku, rindingdong :}
-Selasa, 22 september 2015-

YOU ARE MY NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang