Saat kali pertama aku bertemu denganmu, entah mengapa aku nyaman jika melihat wajahmu. Aku merasa bahwa ada yang berbeda di dirimu. Ketika kau melihatku, jantungku berdebar. Aku terlalu takut untuk menatapmu. Takut jika kau sudah memiliki seseorang. Lucu, menggemaskan, dan menyenangkan. Itulah yang pertama kali kupikirkan saat melihatmu. Kurasa kita bisa menjadi teman dekat. Atau.. Lebih.
Setiap hari aku menggali informasi tentangmu. Aku mencari foto-fotomu. Tidak banyak, namun aku memiliki satu foto favoritku. Didalam foto tersebut terdapat dirimu yang sedang membaca buku. Senyummu sangat manis, wajahmu tenang, dan kau terlihat tampan.
Ingin rasanya menceritakan hal bahagia ini kepada temanku. Tapi sayangnya, aku tidak memiliki teman. Katakan aku adalah orang yang terlalu tertutup. Dan ya.. Kurasa aku tidak pantas menyukaimu yang bisa dibilang orang terkenal.
Dulu aku tentu mempunyai sahabat. Sahabat baikku. Aku sangat menyayanginya. Dan begitu pula sebaliknya. Dia tau segalanya tentangku dan aku juga tau segalanya tentangnya. Tak jarang kami dibilang kembar oleh orang-orang yang baru bertemu kami.
Hingga pada suatu hari, pikiranku dikelabui oleh pikiran jahat. Pikiran itu mengatakan kejelekan dari sahabatku. Awalnya aku tidak mempedulikan pikiran itu. Namun, semakin hari otakku semakin terbuai akan pikiran itu.
Perlahan, aku mulai meninggalkan sahabat baikku. Sungguh bodohnya aku. Dan akhirnya penyesalanpun datang menghampiriku. Aku sangat kehilangan sosok sahabat baikku. Sangat kehilangan.
Miris memang. Tapi, aku mencoba untuk mengembalikkan keadaan seperti dulu. Namun, tidak akan pernah bisa. Dengan terpaksa, aku harus merelakannya. Ya, ini salahku. Dia pantas mendapatkan sahabat yang lebih baik dariku.
Apa boleh buat. Aku harus menyimpan cerita bahagiaku tentangmu, sendirian.
Semakin lama, aku semakin menyukaimu. Namun, kau tidak tau itu. Ya, tentu saja. Kalaupun kau tau, apa kau peduli? Kurasa tidak. Aku terus mencari informasi tentangmu. Dan hingga akhirnya kita dipertemukan lagi didalam satu organisasi.
Saat itu aku terus memandangmu. Mengagumi ciptaan Tuhan yang indah ini. Kau tertawa bersama teman-temanmu. Ingin rasanya aku ikut tertawa bersamamu. Namun, aku hanya dapat tersenyum.
Banyak orang-orang yang kurasa seumuran denganku. Aku mencoba untuk berbaur dengan salah satu perempuan. Namun, dia terlalu cuek terhadapku. Aku tidak tahan jika harus selalu sendiri.
Aku mencoba lagi mendekati salah seorang perempuan lainnya. Kurasa percobaan yang kedua ini akan berakhir seperti percobaan yang pertama. Tidak! Tidak berakhir seperti peecobaan pertama! Aku berhasil! Tunggu. Tapi apa akan bertahan lama? Ah entahlah.
Sesekali aku melihat kearahmu. Kau masih tertawa bebas bersama teman-temanmu. Jika waktu bisa berhenti, maka aku akan memberhentikan waktu dan memotretmu. Setelah itu akan kujadikan hiasan dikamar. Ah tentu saja tidak. Terlalu berlebihan.
Hingga ada sesuatu yang harus kutanyakan kepadamu. Betapa cepatnya jantungku berpacu. Aku harus mengumpulkan niat agar aku bisa menghubungimu. Aku mulai mencoba untuk menghubungimu. Dengan jantung yang berdebar, aku menunggu balasan darimu. Betapa senangnya diriku saat melihat ada balasan darimu.
Semakin lama, kita mulai dekat. Aku tau kalau kau tidak memiliki seseorang. Namun, aku tau kalau kau sedang mengagumi seseorang dan orang itu bukan aku. Sakit memang, namun begitulah kenyataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANYTHING
RandomBuku ini hanya sebagai pemenuh hasrat menulis. Ingin membaca? Silahkan. Tidak mau? Terserah.