Aku bermimpi aku menyukai temanku. Ia bernama Elang. Tentu saja itu hanya nama samaran. Dia tidak sadar kalau aku menyukainya karena dia menyukai perempuan lain.
Saat dia sadar bahwa aku menyukainya, saat itupula aku berusaha untuk melupakannya. Sampai hari dimana ada pertandingan bola, diapun mengikuti pertandingan bola tersebut. Aku ikut menonton dan memberikan semangat.
Saat selesai pertandingan dia menanyakan apakah aku benar menyukainya atau tidak. Namun sayang aku berkata tidak.
Aku langsung berlari keluar lapangan lalu ayahku menangkap ku. Aku sendiri bingung bagaimana bisa ada ayahku disini. Ia bertanya mengapa aku berlari, aku hanya menjawab tidak apa. Lalu ayahku bertanya, "kau menyukainya?" Astaga bagaimana ayahku bisa mengetahuinya?! Tentu saja aku berkata tidak. Setelah itu aku langsung berjalan pulang.
Keesokan harinya aku, Katty dan teman-temannya pergi berlibur. Ya, termasuk Elang. Katty sedang dekat dengan Almi, dan Almi adalah temannya Elang. Ketika Elang tau bahwa Almi mengajaknya pergi, ia langsung semangat.
Kami--lebih tepatnya mereka-- sedang bercanda-canda. Namun aku hanya melihat-lihat sekitar. Lalu kepalaku terasa pusing. Aku tidak kuat lagi dan tiba-tiba pandanganku gelap. Hal yang terakhir aku dengar adalah seseorang memanggil namaku.
Entah bagaimana bisa, didalam mimpiku aku bisa melihat diriku yang sedang pingsan, melihat bagaimana ekspresi Elang saat melihatku pingsan, melihat Elang yang sangat khawatir. Kurasa itu cukup keren.
Elang sangat khawatir ketika melihat aku terjatuh. Ia langsung menggendongku dengan bridal style. Ia pun langsung membawaku kerumah sakit.
Astaga aku tidak tega melihatnya khawatir seperti itu. Ingin rasanya aku mengusap wajahnya untuk menghilangkan kerutan akibat wajahnya yang terlihat khawatir itu. Bahkan Katty yang notabene-nya adalah sahabatku, ia tidak terlalu khawatir seperti Elang.
Sesampainya dirumah sakit, Elang tidak bisa diam. Duduk lalu berdiri lagi. Jalan bolak-balik sampai-sampai Almi memutar bola matanya pusing melihat tingkah laku Elang.
"Elang, tenanglah sedikit. Kau tidak perlu terlalu khawatir." Ujar Almi yang disusul anggukan oleh Katty.
"Bagaimana aku tidak khawatir, dia tiba-tiba pingsan Al." Jawabnya. Astaga dia benar-benar peduli terhadapku.
Tiba-tiba dokter yang mengurusku pun keluar. Elang dan yang lain langsung menghampiri dokter tersebut.
"Ia hanya kelelahan. Dan ia butuh banyak istirahat. Ia belum siuman. Kau bisa menjenguknya kalau ia sudah suiman. Tapi hanya satu orang yang boleh masuk menjenguknya. Karena ia butuh istirahat." Ucap dokter tersebut dan langsung permisi.
Elang dan teman-temanku yang lain pun bernapas lega karena tidak ada penyakit apapun yang di derita olehku.
Sebenarnya aku sudah siuman semenjak dokter itu keluar. Lalu aku merasa ada yang membuka pintu. Oh tidak itu Elang! Aku langsung menutup mata. Berpura-pura belum siuman. Aku hanya belum siap berbicara 4 mata dengannya. Ia pun langsung masuk.
Kurasakan ia menggenggam tanganku dan meremasnya lembut.
"Hei ini aku, Elang. Apa yang kau lakukan sampai-sampai kau kelelahan? Seharusnya kau istirahat di villa saja. Aku bisa menemanimu jika kau mau." Ucapnya. Astaga ingin rasanya aku memeluk dirinya. Namun jika aku memeluknya, pasti usahaku untuk melupakannya gagal total. Aku tidak mau itu terjadi.
Ia hanya membicarakan keadaanku. Tidak menyinggung soal perasaan kami. Oh serius? Kau berharap ia menyinggung soal itu? Tidak mungkin. Ia hanya kasian melihatku maka dari itu ia peduli. Gadis bodoh.
***
Seminggu setelah aku masuk rumah sakit saat liburan itu, sekolah masuk seperti biasa. Aku sedang berada di kantin sekolah bersama Katty.
Aku melihat ada Elang dan Almi yang berjalan ke kantin. Aku segera membuang muka dan beranjak pergi. Katty memanggil ku terus menerus. Aku tidak memperdulikannya. Aku benar-benar tidak siap untuk bertemu dengan Elang. Apalagi bertatapan dengannya.
Setelah menemukan tempat duduk yang sepi. Aku dan Katty membicarakan hal apapun. Namun tiba-tiba ada yang memegang pundakku dari belakang. Sehingga aku tidak bisa berdiri bahkan tidak bisa kemana-mana.
"Kudengar kau menyukai temanku. Dan ia pikir ia juga mempunyai perasaan yang sama denganmu." Oh ini Almi. Tapi bagaimana ia bisa tau? Dan aku tidak menyangka ternyata Elang mempunya perasaan yang sama. Aku benar-benar terkejut.
"Maaf mungkin kau salah dengar." Jawabku.
"Oh ayolah aku benar-benar mengenalimu." Balas Almi. Aku dan Almi memang tidak terlalu dekat. Namun Katty yang dekat dengannya. Sehingga kalau Katty mengajak pergi, selalu dengan Almi dan kawan-kawannya termasuk Elang.
"Hey apa yang kalian bicarakan?" Katty angkat bicara.
"Ia menyukai temanku." Jawab Almi. "Jadi apa kau mau menjadi pacarnya jika temanku itu menyatakan perasaannya?" Tanya padaku.
Astaga apa-apaan ini. Aku--entahlah aku tidak tau.
"Aku menunggu." Ucapnya.
"Aku--tidak. Aku tidak mau karena aku sama sekali tidak memiliki perasaan apapun terhadap temanmu." Ucapku lantang. Kuharap aku tidak akan menyesal dengan pilihanku.
Saat aku berbalik dan mau beranjak pergi, aku melihatnya. Aku melihat Elang dengan senyumannya yang memudar. Astaga aku menyakitinya. Tapi semuanya sudah terlanjur. Aku memang masih memiliki perasaan terhadapnya. Namun, aku tidak bisa. Aku hanya tidak bisa.
Aku langsung menuju toilet untuk membuang air mata yang sudah ku tahan sedari tadi. Kuharap ia bisa memaafkanku.
Aku pun bangun dari mimpi. Hingga muncul pertanyaan dibenakku "apakah aku benar-benar menyukainya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
ANYTHING
RandomBuku ini hanya sebagai pemenuh hasrat menulis. Ingin membaca? Silahkan. Tidak mau? Terserah.