Maura's PoV
Aku berjalan seorang diri di atas trotoar Jalan Gading Mas, suasana di sekitarku masih sangat sepi. Memang tak sepenuhnya tanpa suara, tapi suara lidi sapu yang digesekkan oleh pasukan kuning ke aspal tak mampu memeriahkan suasana. Bahkan ketukan sepatu pantofle ku juga tidak bisa menambah kebisingan. Yah, beginilah hidup di kota kecil. Lingkungan yang masih asri dan hijau, di sepanjang jalan tertanam pohon-pohon dikotil yang berdiri megah. Hijau daunnya benar-benar memanjakan mata, dan oksigen yang dilepaskannya membuatnya semakin sejuk. Jadi, aku tak pernah bosan dan kelelahan jika berjalan kaki seperti ini.
Sinar matahari sedikit demi sedikit mulai menembus sela dedaunan. Tidak membuat silau, sinar itu menghangatkan badanku yang dibalut dengan almamater SMA Cahaya Nusantara. Almamater berwarna biru tua ini yang membuatku semakin berjalan ke depan menuju tujuanku, sebuah bangunan tingkat 3 yang sangat megah dan luas, SMA Cahaya Nusantara. Meskipun dalam pikiran terbesit, di situ bukan tempatku. Tempatku yang seharusnya adalah sebuah SMA yang berakreditasi internasional. Tapi ya sudahlah, mungkin aku ditakdirkan untuk menjadi salah satu dari mereka. Semua sekolah sama saja, mengajarkan dan memberikan ilmu kepada muridnya, hanya saja beberapa faktor terkadang membuat pamor suatu sekolah menjadi turun.
Gerbang tinggi berwana hijau telah terlihat beberapa meter di depanku. Sejenak, ku melirik jam tangan merahku. Yosh! Aku bisa lebih pagi dari kemarin. Lalu berlari kecil menuju gerbang itu.
'tuk tuk tuk'
Sekarang suara sepatuku terdengar sangat nyaring di lorong sekolah, meskipun hanya aku seorang diri yang lewat di sini. Yah, di ruangan tertutup bunyi yang kita buat akan menggema sehingga terdengar sangat nyaring. Dengan catatan ruangan di sekitarmu sedang hening dan tidak ada suara lain.
'sret'
Aku menggeser pintu kelas, seperti biasanya hanya terlihat deretan bangku yang sedikit berantakan dan papan tulis putih yang masih berisi tulisan deretan angka-angka, bekas pelajaran matematika kemarin. Aku melangkahkan kaki kananku terlebih dahulu. Kata ibuku, segala sesuatu harus dimulai dari kanan agar hasilnya baik. Sembari memanjatkan doa, aku berjalan menuju bangkuku yang terletak di pojok kanan paling belakang.
'kling'
Bunyi penanda notifikasi dari ponselku. Daily Update Japanese Information. Itulah yang tertulis di notifikasi ponsel cerdasku. Ku buka pop up aplikasi tersebut. Sebuah informasi tentang single terbaru AKB48, grup idol terbesar di Jepang. Aku benar-benar sangat bersemangat membaca berita tersebut, member favoritku ternyata masuk dalam single tersebut.
Layar ponselku berkali-kali aku scroll, aku mulai dilanda kebosanan. Terdengar suara nyaring seorang gadis dengan kerudung yang menutupi kepalanya kecuali wajahnya. Lebih tepatnya menyapa ku. Siapa lagi gadis ceria di kelas ini jika bukan Khaznah. Namun aku hanya menjawab dengan mengernyitkan dahi dan menenggelamkan kepala ditumpukan tangan. Sebenarnya aku juga ingin menjawab sapaan gadis manis nan ceria itu, namun- entahlah aku hanya takut dia akan menjadi korban kekejaman mereka.
Beberapa menit berlalu hanya kuhabiskan dengan merenungi segala kesalahanku di masa lalu. Hingga suara bel terdengar menusuk gendang telinga ku.
Tampak guru gagah dengan seragam khas seorang guru mengamati seisi kelas yang tidak lengkap. Yap, siapa lagi jika bukan Olivia. Gadis dengan kecantikan yang tersirat karena tertutup dengan tingkah yang cenderung seperti seorang lelaki. Kepribadian yang berantonim dengan ku. Dunia gemerlap milik Olivia hanya sebuah angan kosong bagiku. Sebenarnya aku ini apa?? Duniaku hanya memutar, terus begitu hingga waktu berhenti. Aku lelah hidup seperti ini, aku menyesal dengan kehidupan ku yang dulu. Jika aku bisa memutar waktu, jika aku bisa- ahh hidupku penuh dengan kata jika.
***
Author's PoV
Tett.. tett.. tett..
Jam istirahat membuat mata yang hampir terpejam menjadi terbuka lebar. Jika gadis normal akan menggebu-gebu jika jam istirahat, Maura hanya mengambil bekal dari dalam tas dan memakannya dalam diam.
" Hai Maura, aku makan disini ya," ucap khaznah tanpa menyadari perubahan raut wajah milik Maura.
Mereka berdua saling terdiam, hingga Khaznah berpikir bahwa ini waktu yang tepat.
" Maura," panggil Khaznah yang tidak mendapat respon dari lawan bicaranya.
" Kamu bisa menutupi semua apa yang kamu sembunyikan kepada orang lain, tapi tidak untukku. Katakan semuanya saat kamu sudah siap, percayalah kamu bisa menganggap ku lebih dari teman. Karena aku tau semuanya, Maura Alkena Fahrenheit ," ucap Khaznah menggebu-gebu dan berlalu pergi meninggalkan Maura yang terperangah dengan ucapan Khaznah.
Hanya satu kalimat yang terus menari nari dibenak Maura, 'siapa dia?'. Tanpa banyak berpikir, Maura segera beranjak dari tempat duduknya dan mengejar Khaznah untuk menjawab kalimat yang terus mengiang ngiang di kedua telinganya.
Pertanyaan demi pertanyaan terus bertumbuh subur dalam pikirannya. Namun saat maura hampir mencekal lengan milik Khaznah, Olivia menghadang niatnya.
"Apa sih yang lo lakuin? Kenapa banyak hal janggal yang sering gue lihat?," pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Olivia. Namun, itu cukup menambah keterpanahan Maura. ' siapa Olivia? Siapa khaznah? Siapa mereka?'. Alih alih menjawab, Maura menghentakkan tangannya untuk melepas cekalan olivia. Dan berbalik menuju pintu kelas dan berlari dengan langkah gontai, biarlah pertanyaan pertanyaan itu dijawab dengan otaknya yang cerdas itu.
Saat Khaznah melihat apa yang terjadi didalam kelas, Maura dan Olivia. Khaznah segera menghampiri mereka. Belum sempat Khaznah tiba dihadapan dua gadis itu, maura sudah pergi entah kemana.
Khaznah mendapat tatapan tajam dari bola mata milik Olivia yang berwarna onix menyala. Khaznah mengerti akan tatapan itu, kemudian mereka berdua berlari untuk mengejar Maura.
Saat sampai di tikungan koridor sekolah, kedua gadis itu hanya mampu menghela nafasnya dengan kasar.
" Kemana Maura?," tanya dua gadis itu bersamaaan.
*tbc
ada yang nunggu next part nya? di tunggu vomment nya ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
What You See?
Teen Fiction"What you see?" Matahari. Matahari merupakan sumber energi terbesar di bumi. Jumlah tenaga matahari yang sampai ke bumi menyamai 1370 watt per meter persegi setiap saatnya. Cahaya matahari menempuh masa 8 menit untuk sampai ke bumi. Cahayanya yang t...