PROLOGUE : OUR TEARS FALL TO OUR HEART
Rintik hujan sudah membasahi bumi sedari tadi. Tiga puluh empat orang masih disana. Berdiri di tempat yang sama sedari pagi meski kini sudah ada yang mulai tak sanggup berdiri. Bukan karena fisik mereka terlalu lelah atau dinginnya hujan membuat lutut mereka bergetar kedinginan. Hanya saja... Hanya saja mereka belum sepenuhnya mengerti apa yang terjadi dan menolak untuk mengerti. Karena ketika mereka mengerti, mereka akan ditampar kenyataan yang ingin mereka ingkari keras-keras. Padahal, kenyataan itu tidak akan pernah bisa mereka ingkari. Karena dia sudah pergi. Benar-benar suadah pergi dan tidak ada satupun yang bisa menggapainya kembali.
"Kalian tidak pulang?". Tanya seorang laki-laki dari mereka. Mereka hanya terdiam. Laki-laki itu menghela nafas lelah.
"Aku akan pulang bersama paman dan bibi. Aku khawatir mereka jatuh sakit". Lantas laki-laki itu pergi bersama sepasang suami-istri paruh baya meninggalkan tempat tersebut. Tinggal tiga puluh satu. Hanya tiga puluh satu. Bukan tiga puluh dua.
"Kau, suka hujan. Bukan begitu Nes?". Tanya salah seorang perempuan dari mereka.
"Apa kau tidak rindu hujan-hujanan lagi?". Tanya gadis itu terus. Ia tidak peduli gadis itu tidak akan bisa lagi menjawab pertanyaannya. Sebagian dari mereka menggigit bibir bawah mereka kuat. Ada juga yang mulai terisak.
"Kalau aku sih, jelas rindu. Rindu mengomelimu agar berhenti bermain hujan atau agar tidak membasahi pakaianku. Kau jahil sekali, Nes". Gadis itu tertawa getir. Gadis itu mulai menangis, diikuti oleh teman-temannya kecuali satu orang.
"Kau selalu suka hujan, 'kan Nes?. Berbahagialah, hari ini hujan dan kau tidak akan mendengarkan omelan dariku atau bibimu. Berbahagialah Nes, hujan mungkin akan meluruhkan laramu selama ini. Berbahagialah Nes, hujan begitu mencintaimu sebagaimana kami mencintaimu". Gadis itu memanjaatkan doa sebagaimana teman-temannya yang lain.
'Tuhan, ampuni dosanya. Ia sudah menderita selama ini, tempatkan lah ia sekarang di surga-Mu'.
Satu persatu dari mereka pergi kecuali satu orang. Tak ada satupun yang mengajak laki-laki itu untuk pulang. Tak ada. Takut membuat sosok teman mereka itu hancur bagaikan gelas kaca yang jatuh ke lantai. Tempat itu mulai sepi. Tingal seorang saja. Satu laki-laki saja. Laki-laki itu mendekat kemudian tubuhnya jatuh ke tanah. Dia terdiam cukup lama hingga akhirnya ia berkata,
"Apa disana sudah tidak sakit, Nes?. Apa sakitnya hilang?". Tidak ada jawaban, hanya suara hujan yang ada. Laki-laki itu terdiam kembali.
"Boleh aku curhat Nes?". Deru angin semakin kencang.
"Aku jatuh cinta pada seorang gadis. Aku benar-benar sudah jatuh". Perlahan, liquid bening itu mengalir.
"Gadis itu bilang, dia juga mencintaiku. Tetapi sebelum aku bisa menjawabnya, gadis itu sudah pergi. Ke tempat yang tidak akan pernah terjangkau olehku. Aku sangat sedih, Nes. Ada penyesalan yang mengrogoti hatiku sedikit demi sedikit.
Tetapi disisi lain aku bahagia. Karena gadis itu sekarang tidak akan kesakitan lagi. Dia akan terus tersenyum dan tertawa seperti saat ia bermain di tengah hujan.
Gadis itu kamu, Nesia Rayna Putri. Ya Nes, aku mencintaimu.
Maaf, kalau aku terlambat bilang. Tapi aku benar-benar cinta kamu, Nes. Aku cinta kamu. Perlu berapa kali bilang agar kamu percaya, Nes?.
Aku cinta kamu, Nes. semoga kamu mampu mendengarnya dari sana".
Laki-laki itu mengusap nisan dihadapannya sebelum akhrinya ia beranjak pergi. Langkahnya terasa berat dan menyakitkan, seolah-olah ingin tak ingin pergi dari sana. Namun, ucapan sang gadis terus memenuhi gendang telinganya.
"Hiduplah dengan baik. Kau harus selalu tersenyum".
Laki-laki itu yakin, setelah ini hatinya akan kebas dan lupa cara untuk tersenyum. Meski mungkin hanya untuk sementara waktu, namun rasa sakit yang telah terukir hingga dasar hatinya itu permanen. Sejauh apapun waktu berlaru, luka tetap ada dan selamanya akan terus begitu.
###
AN : Doumo, minna-san!. anyeonghaseo, hallo!.
saya ngerusuh lagi disini. sebenarnya nggak ada niatan untuk publish cerita ini. hanya saja ya, untuk memuaskan hobi. semoga readers-san berkenan. mohon kritik sarannya, Ai masih newbie. setelah ini, mungkin saya akan publish cerita lain yaitu "Kidnap Me, Please" dan update "Broken". tapi nanti. sekarang saya dikejar-kejar bayang-bayang uts, deadline proposal riset, dan lain sebagainya. dan untuk "Broken" kenapa dilanjutkan?. karena ada seseorang yang mengancam akan mencekik saya kalau tidak saya teruskan. TT. jadi silahkan ditunggu.
Monggo di review.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSURD SUNSET
Teen Fictionorang bilang, masa-masa SMA itu tidak terlupakan. penuh warna. ada merah, biru, abu-abu, atau malah hitam. ada senang, sedih, tawa, canda, marah, pertengkaran, atau malah kehilangan. X MIA 6, generasi kedua kurikulum 2013 di SMA Garuda Jaya, berang...