2

518 8 0
                                    

Aku turun dari mobilnya yang sudah terparkir di basement parking lot apartemenku. Ia juga turun, membukakan pintu mobil deretan kedua dan membantuku membawa belanjaan. Aku berjalan cukup cepat ke pintu masuk lift.
"Al, kuantar ya?" ucapnya.
Aku menoleh ke arahnya. "Tidak usah. Aku bisa sendiri kok jalan ke kamarku."
"Anu, aku tidak cuma mau mengantarmu sebenarnya. Boleh tidak aku menginap di apartemenmu hari ini? Aku sudah capek kalau harus mencari hotel malam ini juga," jelasnya sambil cengar-cengir.
Aku menghela napas. "Baiklah. Kau boleh menginap di apartemenku. Masih ada 1 kamar kosong."
Ia buru-buru menjajariku, tangannya menggaet leherku. "Kamu baik deh, Al."
Aku hanya bergumam seadanya. Ia sama sekali tidak tahu, bahwa selama perjalanan menuju kamar apartemenku aku terus menerus berusaha untuk mengontrol detak jantungku.
Akhirnya sampailah kami di kamar apartemenku setelah perjalanan singkat yang terasa panjang karena kulalui dengannya. Aku membukakan pintu apartemen dan mempersilakannya masuk. "Apartemenmu bagus juga, Al. Rapi," pujinya dengan mata jelalatan kesana kemari.
Setelah menaruh belanjaanku di dapur, aku menghampirinya yang sedang duduk di sofa ruang tengah. Di tanganku tersampir sehelai handuk dan aku menggenggam setangkai sikat gigi.
"Hei," aku mencolek bahunya. "Ini handuk dan sikat gigi, bisa kau pakai. Kamu bawa baju sendiri kan?"
Ia langsung menunjuk tas ransel yang tadi dibawanya. "Di mobil masih banyak. Aku belum sempat mencari hotel atau apartemen makanya barang-barangku masih di mobil. Anyway terima kasih untuk pinjaman handuk dan sikat giginya."
Aku buru-buru mendorongnya ke kamar mandi sebelum akhirnya aku membersihkan diri di kamar mandi pribadiku yang ada di kamar. Setelah melalui hari yang melelahkan, bersih-bersih badan terasa sangat nyaman bagiku.
Selesai mengganti pakaianku dengan piyama dan menggelung rambutku, aku kembali ke ruang tengah dan menemuinya yang sudah berganti pakaian. Menggunakan sweatpants dan kaos oblong pun tidak mengurangi ketampanannya. Sialan memang.
Aku duduk di sebelahnya yang sedang mengutak-atik ponselnya.
"Hey, how about movie-marathon? Sounds good, right?" tanyaku padanya. Ia mengangguk, dan kulihat binar di matanya.
Aku memasukkan sekeping DVD ke dalam CD Player lalu kembali duduk di sampingnya. Hal ini mengingatkanku pada waktu-waktu dimana kita masih SMA. Kami sering mengadakan movie-marathon di rumahku, setiap bulan setidaknya 2 kali. Esoknya kami bangun siang dan sarapan dengan masakan andalanku, toast with melted cheese dan scramble egg. Menu sarapan favorit kami dan memang salah satu yang paling mudah dibuat.
Sementara ia tengah menikmati film yang kami tonton, aku pergi ke dapur. Menghangatkan 2 porsi mac and cheese menggunakan microwave dan meracik hot chocolate, yang lagi-lagi juga andalanku. Ia selalu mengapresiasi masakanku, sesimpel apapun itu.
Setelah semuanya beres, aku membawa makanan dan minuman kami ke ruang tengah. Ia menerima porsinya dengan senang hati.
"Sudah lama kita tidak melakukan hal ini ya Al," gumamnya. Aku hanya mengangguk. Suasana hening lagi.
"Al, pernahkah kamu mengharapkan sesuatu yang jelas tidak mungkin kau capai?"
Pernah. Mengharapkanmu menjadi milikku adalah salah satunya.
"Entahlah. Aku sudah lupa. Kenapa memangnya?" alih-alih menjawab pertanyaannya sesuai seperti apa yang ada di benakku, aku justru berbohong.
Ia tersenyum tipis. "Mendambakan sesuatu memang menyenangkan, Al. Tapi ketika kau menyadari bahwa ada perbedaan antara harapan dan realita yang terjadi, itu menyakitkan."
Aku terdiam. Merenungi perkataannya.
"Kamu kenapa? Kenapa tiba-tiba kamu membicarakan hal itu?" tanyaku.
"Tidak apa-apa. Hanya ingin saja," kilahnya.
Aku tidak yakin itu jawaban yang sebenarnya. Tapi berpikir bahwa ia memiliki privasinya sendiri, aku tidak bertanya lebih lanjut dan memilih untuk mengunyah makananku.
Setelah makanan dan minumanku habis, aku mulai tidak konsen menikmati film yang kutonton. Sudah tiga film kami tonton malam ini. Rasa kantuk mulai menyerangku. Aku menyenderkan kepalaku di bahu sofa dan merapatkan selimut yang kupakai. Tidak butuh waktu lama, rasa kantuk menarikku ke alam mimpi.
Tunggu, sejak kapan bahu sofa jadi senyaman ini?
***
Aku terbangun dan mendapati tubuhku sudah sepenuhnya terbaring di sofa. Kemana perginya sahabatku yang semalam menemaniku duduk di sofa ini? Dengan bekal mata yang masih belum bisa melihat dengan jelas, aku berjalan tersaruk-saruk ke dapur. Siapa tahu ia ada di sana.
Benar saja, aku tengah menenggak air mineral begitu melihatnya memasuki dapur. Tangannya mengelus-elus perutnya. Wajahnya memelas.
"Al, buatkan aku sarapan dong. Aku lapar," pintanya. Aku ber-hm mengiyakan. Seperti biasanya, aku membuat menu sarapan andalanku. Tidak butuh waktu lama untuk menyajikannya di meja makan. Ia kegirangan melihat makanan yang tersaji di hadapannya.
"Rasanya sudah seabad aku tidak makan masakan buatanmu ini, Al," ucapnya, kemudian memasukkan garpu yang menusuk scramble egg ke mulutnya.
"Berlebihan kamu. Terakhir kali kamu makan ini baru setahun lalu kan," sanggahku. Ia hanya memamerkan cengirannya.
"Eh, bagaimana kabar Alia?" tanyaku.
Ia tersedak. Buru-buru aku mengambilkannya segelas air putih. Ia langsung meminumnya.
"Udah baikan?" tanyaku sambil mengelus tengkuknya. Ia mengangguk.
"Memang ada apa sih kamu sampai tersedak gitu," kataku. "Alia memangnya kenapa?"
Ia terdiam sejenak. "Aku dan Alia sudah berakhir, Al."
Hatiku mencelos.
"Semuanya karena salahku. Aku bukan pacar yang baik untuknya. Aku bahkan tidak datang di pesta ulang tahunnya, Al. Aku tahu aku tidak perhatian dengannya, tapi bukan berarti aku tidak menyayanginya. Kupikir Alia baik-baik saja kalau aku sibuk karena kuliah, ternyata tidak, Al. Alia justru memutuskanku," ulasnya.
Aku tidak tahu harus berkata apa. Hatiku bersorak karena itu berarti aku memiliki kesempatan untuk mendapatkannya.
"Padahal aku belum ingin mengakhiri hubunganku dengannya, Al," ucapnya parau.
Selamat, sahabatku.
Kau berhasil mengangkatku ke langit ketujuh dan langsung menghempaskanku ke bawah sekuat-kuatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

02:37Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang