Jieun terduduk di sofa di dalam kamarnya dengan wajah yang masih terbilang pucat. Ia masih membayangkan rasa aneh nan menyeramkan yang pernah ia makan. Pikirannya terus tertuju pada masakan yang Yeewon masak untuk makan malam. Rasa masakan itu sangat aneh, seperti makanan ternak, tapi juga seperti bau darah. Membayangkan masakan itu membuatnya ingin muntah. Cklek pintu kamar terbuka, disitu sosok Taekwon datang sembari membawa sbeuah cangkir mungil. Lelaki itu mendekati Jieun dan memilih duduk di sampingnya. Wajahnya mensinyalkan kekhawatiran dengan muka yang terus ia tolehkan pada Jieun. Ia memberikan cagkir mungil itu kepada Jieun. Dan Jieun menerimanya dengan hati hati. Gadis itu melihat ke dalam cawan, sebuah liquid cokelat bening yang mengeluarkan aroma jasmine. Ia tahu betul ini adalah teh, dan beberapa detik kemudian Jieun menyeruputnya dengan yakin.
"Itu teh hangat, aku yang membuatnya," ujar Taekwon, Jieun lekas menoleh canggung.
"Bukan...eh..aku tahu ini teh..ya ini teh,"Sahut Jieun terebata.
"Maafkan kakaku tadi ia tak bermaksud membuatmu muntah, kau tahu kan dia tak bisa memasak?"Taekown mencoba menutupi kesalahan Yeewon dengan membiarkan Jieun menganggap Yeewon tak sedikitpun pandai dalam hal memasak. Jieun mengangguk anggukkan kepalanya. Kini ia mulai merasa baikkan karena teh hangat buatan Taekwon.
"Kau merasa baikkan? Duduk diam di sini, aku akan membuatkan makanan untukmu,"Taekwon lekas berdiri namun tangan Jieun mencegah kepergiannya. Taekwon dapat melihat tatapan mata itu. Ia pun kembali terduduk dan menatap Jieun dengan ramah.
"Aku tak berselera lagi.., aku kenyang!"papar Jieun.
"Kau tadi memuntahkan semua makanan yang kau makan?" ujar Taekwon, wajahnya dipenuhi oleh kerutan di kening dan alisnya terus naik turun menatap kebohongan yang Jieun katakan.
"kau tak percaya padaku?" tanya Jieun mencoba meyakinkan Taekwon. Lelaki itu hanya bisa mengulas senyum tipisnya.
Black Romance - Trust Me!
Im yours, and treat me like a human who you loves"Oh bye Jieun, jaga kesehatanmu dan sampaikan salamku pada suamimu!" bip Eunji menutup telponnya setelah bunyi bip terdengar. Gadis itu melangkah menuju sofa yang terletak di ruang tamu. Di sana sudah terdapat dua makhluk yang tak asing lagi dihidupnya, Jinri dan Hyunwoo yang duduk sambil memakan cemilan. Karena merasakan kehadiran Eunji, lekas Jinri dan Hyunwoo berlomba menyembunyikan toples snack yang sudah mereka habiskan berdua saja.
"Apa yang Jieun katakan?" Tanya Jinri mencoba mencari topik pembicaraan yang mungkin akan menjadi pembicaraan mereka selama 1 menit kedepan. Sembari menyembunyikan toples yang sudah kosong, Jinri pun mencoba mencari posisi nyamannya untuk duduk.
"Dia sedang sakit, jadi kita tak banyak bicara,"tutur Eunji jujur.
"Apa sakitnya parah?" Tanya Hyunwoo panik dan nampak sangat khawatir.
"Hanya keracunan makanan,"jawab Eunji singkat.
"Apa? Keracunan makanan?" Pekik Jinri dan Hyunwoo bersamaan, mereka seakan kompak dan kaget atas berita ini.
"Kita harus menjenguknya? Ayo kita jenguk dia!"rengek Jinri berisi keras untuk menjenguk Jieun sahabat baiknya. Eunji hanya bisa menghela nafas melihat Jinri memohon kepadanya seperti anak kecil agar bisa pergi menjenguk Jieun yang sedang sakit.
"Itu berlebihan, dia akan sembuh dalam waktu sesingkat mungkin. Oh ayolah jangan ganggu dia, ini masih hari ketiganya menjadi pengantin baru!" tukas Eunji dan perlahan tatapan bahagia Jinri berubah otomatis menjadi tatapan penuh kebencian, seakan tak terima tentang usulannya yang di tolak mentah mentah oleh Eunji. Bibir gadis itu mendesis, maklumlah Jinri masih tak bisa berpikir sedikit dewasa. Ia selalu manja dan selalu diperlakukan manja. Tapi itulah Jinri, Kekanakan dan egois sudah mendarah daging. Semua yang diinginkan Jinri harus terkabul, dan disitulah Eunji datang untuk membuyarkan semua permintaan Jinri si anak manja. Terkadang kehadiran Eunji seperti seorang ibu, seorang yang sedikit berpikiran dewasa, seorang penengah di kala Jinri, Hyunwoo, dan Jieun saling menyalahkan satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Romance [Leo Vixx - IU]
Ngẫu nhiênVampire mulai merajalela, Juga cinta yang tak mampu terbendung lagi. Apa mungkin mereka dapat bersatu?