Katak

1.5K 44 0
                                    

Anak ini akan di namai Mei.
Mei yang akan tumbuh cantik seperti ibunya.
Mei yang akan merekah seperti warna bunga mawar.
Mei yang sangat manis....

Kenapa kau ingin sekali menamainya Mei?

***

Mei pov.

Hari ini hari pertama ku bersekolah disekolah baru, bukan karena tahun ajaran baru, melainkan karena aku dipindahkan.
Entah mengapa, teman-teman atau orang-orang disekitarku begitu tidak menyukai aku.

Ada yang tahu kenapa?
Semua pun akan menjawab tak tahu dan tidak menjawab sama skali. Bahkan ada langsung menjauhi ku tanpa aba-aba jika aku mendekati mereka.

Hanya kakak ku lah yang dekat denganku. Dia yang benar-benar selalu mengerti aku. Kakak ku duduk dikelas 3 SMA. Awalnya sekolah ku dekat dengan sekolahnya, tapi karena aku pindah, jarak sekolah kami jadi jauh. Bahkan dirumah pun kami jarang bertemu. Terkadang aku merindukan kakak ku.

Sekarang aku ada disekolah baru. Aku duduk dikelas 2 SMP. Teman-temanku disekolah baru memanggil ku Mei.

Banyak yang bertanya, mengapa namaku seperti nama bulan dalam satu tahun. Ya aku hanya menjawab, karena ibuku ingin sekali aku lahir dibulan Mei. Akhirnya aku dinamai Mei, Meilia.

***
Kenapa kau melakukan ini padaku?
Ambil saja Resy,
Aku tak butuh Resy.
Dan jangan sakiti anak ini...

"Ccrrrkk!" Terdengarlah suara benda tajam menembus kulit, bahkan menembus sangat dalam. Darah bercucuran dimana-mana.

Jangan pernah menghalangiku.
Jika kamu tak mau kehilangan anak ini.
Kamu yang membuat aku tergila-gila dengan permainan ini.

***

Resy pov.

Hari ini jadwalku praktek biologi di labolatorium. Tapi sebelum begegas keruang praktek aku sempat teringat adikku.

***
Flashback
***
"Aku ingin mencoba membelah tubuh katak itu kak." Ucap Mei polos sembari menunjuk katak yang sedang bersembunyi dibalik semak.

Hari itu sedang hujan, dan kami berdua duduk disuatu gubuk dekat rumah, karena hujan terlalu deras.

"Kamu ga takut? Liat daleman katak itu? Darah katak itu? Emangnya ga bakalan jiji?" Tanyaku heran dengan wajah yang datar.

"Engga kak. Ga akan. Aku ingin sekali."

"Tapi kan disini ga ada alat bedah yang bersih?"

"Apakah alat bedah itu ada dirumah sakit? Digunakan dokter-dokter disana?"

"Ya, tapi jika kamu mau, kamu bisa menggunakan cutter ini. Tapi ini sangat tajam, jangan lengah."

Entah setan apa yang merasuki ku, sehingga aku memberikan cutter kesayanganku yang sedari tadi ku genggam. Itu bahaya, aku sadar. Aku bisa mencelakai adikku. Tapi di sisi lain hatiku, aku senang melihat adikku bereksperimen ilegal seperti itu. Seketika, aku tersenyum menyeringai sembari melihat adikku. Dan berkata,

"Adikku lebih pintar dari aku."
Aku mengelus-elus rambutnya yang baru tumbuh sebahu.
Adikku merespon, ia tersenyum sepertiku dan berkata,

"Kak, lihat ini. Sangat menyenangkan, kau harus mencoba membedahnya juga."
Adikku tersenyum lebih menyeramkan daripada aku, ia memegang sebelah kaki kaki katak yang telah dimutilasi dan mengeluarkan daleman dari katak itu.

Sangat memuaskan melihatnya, adikku yang berusia 4 tahun telah bisa memainkan pisaunya dengan lihai ~

***
"Res, lo ngapain ngelamun? Praktek mau mulai nih." Kanaya menyeru ku.

Jika Aku Seorang PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang