Part 30 - I'm Trap

3.9K 144 13
                                    

Happy reading!!!!!!!!!!!

--

Sore hari di bulan Febuari tiba tanpa di undang sebelumnya, seperti biasa aku lebih baik menghabiskan waktu sore ini sembari mengenang masa lalu yang tak pernah bisa aku rasakan lagi. Mengenang masa lalu bersama dua pria yang aku cintai tapi saat ini aku tak bisa mencintai mereka seutuhnya.

Suasana sebuah supermaket dan tempat makan cepat saji di bilangan menteng hari cukup sepi. Tak seramai biasanya saat aku masih SMA. Gerimis membasahi jalanan. Aku mentap segelas kopi milikku dan membiarkan aku hanyut dalam duniaku sendiri sembari aku melepas penat karena pasien-pasien yang menyebalkan di rumah sakit.

Tiga tahun, bukanlah waktu yang sebentar untuk menyembunyikan segala kebohongan ini. Sejak malam itu, hubunganku dan Revan terkesan datar. Dan setelah, pertemuanku denga nenek aku makin bimbang. Apakah aku harus mengalahkan egoku? Apa aku harus menyerah dengan semua keadaan?

Aku bisa melihat Revan benar-benar frustasi saat aku kabur dari rumah dua hari itu. dia nampak kacau bahkan lebih kacau dari penampilan terkacaunya yang pernah aku temui. Namun tetap saja, hati ini masih bimbimbang dan masih menunggu di persimpangan jalan.

Sekarang, yang parahnya lagi setiap pagi tak ada pelukan atau morning kiss darinya seperti awal kami menikah. Setiap pagi semua terasa datar di rumah, di mobil, di rumah sakit. bahkan Vania makin gencar mendekati Revan karena aku dan Revan nampak benar-benar menjauh saat ini ini. Dan ini, membuat cemburu dan sakit hari tak karuan. Apa ini yang namanya sakit hati? Apa ini yang namanya cemburu?

Revan ternyata benar-benar serius untuk membatalkan kontrak kerja kami. Saat ulang tahun pernikahan kami dia malah membakar surat kontrak tertulis itu. Aku tak habis pikir kenapa dia mau membatalkanya. Dia bilang dia mencintaku tapi dia sendiri yang mengabaikanku. Lalu aku harus bagaimana? Aku harus melangkah kemana kalau seperti ini?

"Nadia?" Panggil seseorang. Aku menoleh kearah suara itu. dan... katakan ini mimpi.

"Dikta?" Kedua mataku benar-benar tak berkedip sedikitpun saat memandangi seorang pria di hadapanku.

"Sendirian aja?" Tanyanya ramah.

"Ya, gitu deh." Sahutku acuh. "Pusing ah di rumah sakit terus. Pasien banyak banget cerewet semua mumpung lagi istirahat."

Dikta langsung menduduki kursi yang kosong di sampingku. Dia nampak berbeda. Sejak terakhir aku melihatnya di pernikahan antara Fena dan Bobby beberapa bulan lalu. Dan sejak itu aku tak pernah bertemu apalagi melihatnya, banyak hal yang berubah darinya setelah beberapa bulan aku tak pernah bertemu denganya. Kulitnya nampak lebih gelap saat ini, rambut cokelat mudanya yang ikal itu nampak sudah panjang dan menutupi wajahnya, kedua kantung matanya benar-benar terlihat mencolok menghiasi wajahnya itu.

"Apa kabarmu?" Tanya Dikta memecahkan keheningan di antara kami.

"Baik, kamu apa kabar?"

"Tak terlalu buruk." Dikta tertawa renyah.

"Baguslah."

"Cie banget udah dapet jas putih." Ledek Dikta.

Aku tersenyum cangung. "Semuanya butuh perjuangan. Kamu, kapan bawa-bawa skesta rumah di depanku?"

"Ah, itu masih lama Nad. Aku cuman arsitek muda sepertiku mah masih di pandang sebelah mata."

"Kamu arsitek muda lulusan luar negri masa di pandang sebelah mata? Lalu, apa kabar dengan dokter muda lulusan dalam negeri sepertiku?"

Tangan kanan Dikta mulai mengengam tangan kiriku yang terdiam di samping tanganya itu. seketika ingatanku mulai di penuhi kenangan-kenangan yang tak dapat aku hapus dari memori otakku tenangnya. Kenangan manis sangat manis hingga aku tak bisa melupakan semuanya.

Fake Marriage (but) Real Love [Repost&new edition]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang