"Kamu!!" Ucap Kevin dan Milli berbarengan.
"Mau apa kau kesini?" Ucap Kevin ketus pada wanita yang sedang berdiri didepannya.
"Kevin, aku.... aku hanya ingin meminta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi antara kita kemarin kepada Milli," sahut Maureen masih berdiri terpaku ditempatnya.
"Sudahlah Maureen. Kami bahkan sudah melupakan kejadian itu," jawab Kevin dengan dingin.
"Kudengar, Ravi berulah lagi dengan berniat mencelakakan Milli. Sebenarnya, tujuanku kemari ingin menjelaskan dan mengakui sesuatu pada kalian," ucap Maureen ragu ragu.
"Menjelaskan apa maksudmu?" Kevin memicingkan matanya sementara Milli menatap Maureen penuh tanda tanya.
"Ehm, boleh aku duduk?" Tanya Maureen sambil menunjuk sofa yang ada di pojok ruangan itu. Kevin terlihat ragu untuk mempersilahkannya.
"Silahkan," jawab Milli yang sedang duduk menyandar pada bantal diatas tempat tidurnya.
Maureen menghempaskan pantatnya di atas sofa dan dengan masih sedikit ragu, ia menceritakan semuanya.
"Sebenarnya, pada hari dimana aku mengunjungimu di kantor Milli waktu itu, Ravi dan aku telah berencana mengatur agar kesalahpahaman terjadi diantara kalian. Dan tujuan kami adalah mencelakai Milli. Namun yang terjadi malah kau lah yang tertabrak oleh mobil yang dikendarai Ravi," Maureen menatap Kevin sebelum meneruskan kalimatnya. Terlihat Kevin yang menatap Maureen dengan tajam. Milli pun terperangah kaget mendengar pengakuan Maureen.
"Jadi, kau kemari untuk menyerahkan diri? Kau salah tempat! Pergilah kekantor polisi sekarang!" Jawab Kevin dingin dan tegas.
"Bukan Kevin, bukan itu. Aku menyadari kesalahanku dan mengakuinya pada kalian agar kalian berkenan memaafkanku. Saat ini aku benar benar terpuruk. Ravi ternyata telah menipuku dengan meminjam seluruh dana yang kumiliki bahkan hingga seluruh asset ku pun kugadai hanya untuk membangun kerjasama bisnis yang seperti ia janjikan. Saat ini aku benar benar bangkrut. Ravi telah membawa lari semua asset dan uangku jadi harapanku satu satunya adalah dengan meminta bantuan kalian agar Ravi bisa segera ditangkap," jelas Maureen dengan berurai air mata.
"Kau pikir kami akan percaya setelah semua yang telah kau lakukan pada kami, hah?" Sahut Kevin mendegus kesal.
"Kumohon percayalah padaku. Milli! Kita sama sama wanita. Kau pasti mau memaafkan semua kesalahanku ini. Aku benar benar sendiri disini. Tak punya keluarga dan seluruh hartaku pun habis tak bersisa. Kumohon berikanlah aku kesempatan sekali lagi. Aku hanya butuh maaf dari kalian," Maureen beranjak menghampiri Milli dan menggenggam tangan Milli meminta agar Milli memaafkannya. Kevin segera menepis tangan Maureen yang menggenggam tangan Milli was was jikalau Maureen berbuat sesuatu yang menyakiti Milli.
"Kau pikir hanya dengan meminta maaf, semua dosa dosamu bisa terhapuskan, hah? Jangan sentuh istriku!" Bentak Kevin yang mulai habis kesabaran. Milli memegang lengan Kevin mencoba menenangkannya.
"Kevin, please. Bukankah ia telah mengakui kesalahannya. Setidaknya kita maafkan saja dia," sahut Milli membuat Kevin langsung menoleh dan menatapnya heran.
"Sayang, dia wanita yang telah membuatmu salah paham padaku dan berakibat pada kecelakaan yang kualami. Masih bisa kau memaafkannya? Hatimu ini terbuat dari apa, hah?" tanya Kevin heran melihat sikap Milli.
"Berikan dia kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sayang. Dia sudah kehilangan segalanya. Itu sudah merupakan hukuman buatnya, bukan?" Jawab Milli menyentuh pipi Kevin lembut dan memberikan senyuman manisnya.
"Baiklah, Maureen. Kami akan memaafkanmu. Dan sekarang, kau boleh pergi karena Milli perlu banyak beristirahat dan belum bisa menerima banyak tamu," usir Kevin halus namun terkesan ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Office Boy
RomanceMilli Anastasya Sastro Hanggono terpaksa harus menikah dengan seorang pria yang notabene nya adalah seorang office boy di perusahaannya karena rencana konyolnya agar kesehatan sang papa tidak terganggu. Namun seiring berjalannya waktu, perasaan yang...