Udang Dibalik Batu

20.4K 793 13
                                    

"Ehm, sayang. Bisakah kita kedalam sebentar. Ada yang ingin kubicarakan," Milli menggeret lengan Kevin masuk kedalam menuju ruang tengah rumah mereka.

"Apa yang mereka berdua lakukan disini. Dan mengapa penampilan banci kaleng itu tiba tiba bisa berubah drastis seperti itu?" Tanya Kevin tidak sabar menunggu penjelasan dari Milli.

"Sayang, tenang dulu. Begini, Farel meminta pertolonganku untuk menitipkan Mareen selama kurang lebih tiga hari lamanya karena........," Milli menjelaskan panjang lebar kepada Kevin sambil duduk bersisian dan menggenggam tangan Kevin agar Kevin tak langsung tersulut emosi.

"Apa? Tidak!! Aku tidak setuju!! Beri saja mereka uang untuk menginap di hotel sementara waktu," tolak Kevin mentah mentah setelah mendengar alasan yang diutarakan Milli.

"Sayang, kalau kita melakukan itu, sama saja kita seperti menghina mereka. Kumohon, berbaik hati lah sedikit. Farel adalah sahabatku, sayang. Please, lakukanlah demi aku," pinta Milli sambil mengatupkan kedua tangan di dada memohon agar Kevin memberi ijin.

"Tidak!!" Sahut Kevin singkat dengan wajah yang kaku dan rahang yang mengeras.

"Argio..... dimana ya Argioku yang dulu? Argioku yang seorang office boy ramah dan baik hati? Hmmh, aku merindukannya," gerutu Milli sambil mengusap usap perut buncitnya.

"Argio sudah sukses sekarang! Dia sudah menjadi CEO tampan dan kaya raya!" Sahut Kevin memalingkan wajahnya kearah lain dan memasang tampang kesal.

"Hiks.... hiks... malaikatku, daddy-mu jahat sekali dengan mommy. Kita pergi aja yuk!" Milli mengeluarkan air matanya sambil beranjak berdiri akan meninggalkan Kevin.

"Ehm, sayang. Kau mau kemana? Oke... oke jangan menangis lagi," Kevin ikut berdiri dan mencegah Milli dengan memegang pundaknya dan mengusap airmata di pipinya.

"Aku mau cari Argioku!" Seru Milli sambil mempoutkan bibirnya.

"Argio-mu ada disini sayang, dihadapanmu," jawab Kevin gemas melihat tingkah Argio.

"Bukan!!" Gumam Milli sambil sesenggukan.

"Oke!! Oke!! Aku menyerah!! Baiklah, kau boleh menerima Maureen menginap disini dengan syarat, ia harus tidur di kamar tamu di lantai bawah dan jangan paksa aku untuk bersikap ramah kepadanya. Mengerti," Kevin benar benar putus asa dan menyerah melihat air mata Milli.

"Benarkah itu?" Seketika wajah Milli berubah berbinar.

"Iya sayang," sahut Kevin sambil mencubit pipi Milli gemas.

"Terima kasih, sayang," sahut Milli sambil mengecup bibir Kevin singkat.

"Eits!! Tapi itu semua tidak gratis ya. Kau harus membayar kebaikanku ini," ucapan Kevin membuat Milli sedikit bingung.

"Maksudnya?" Tanya Milli.

"Kau akan tahu nanti. Setelah kau mengurus mereka, aku tunggu kau dikamar, sayang," bisik Kevin lembut di telinga Milli dan segera berlalu dari hadapan Milli menuju kamar mereka. Milli pun mengerti apa maksud dari perkataan Kevin barusan.

Setelah Milli mendapat ijin dari Kevin, ia pun kembali ke ruang tamu menemui Farel dan Maureen.

"Farel, kau boleh meninggalkan Maureen disini bersamaku. Kevin telah mengijinkannya," ucapan Milli membuat Farel dan Maureen tersenyum sumringah.

"Oh Milli, terima kasih banyak. Kau memang sahabat terbaikku," ucap Kevin sambil memeluk Milli.

"Tak perlu berterima kasih padaku. Sudah sepatutnya seorang sahabat hadir disaat susah dan senang, bukan?" Sahut Milli.

"Milli, kau memang wanita berhati mulia. Aku semakin menyesal pernah berbuat jahat padamu waktu itu," ucap Maureen dengan mata berkaca kaca.

"Sudahlah Maureen, lupakan saja masa lalumu itu. Jadilah pribadi yang baru yang nantinya bisa jadi kebanggaan buat dirimu," sahut Milli penuh motivasi dijawab dengan anggukan mantap dari Maureen.

My Husband My Office BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang